"Dia sebenarnya membutuhkan seseorang untuk bersandar dan mengeluh,tapi siapa?"Bagi seorang remaja bernama Harsa Aditama, selalu di abaikan dan di asingkan oleh keluarganya sudah termasuk makanan sehari-hari baginya.
Sejak dia kecil dia tidak tahu apa itu pelukan seorang ibu dan ayah. aneh memang, tapi itulah yang harus dijalani oleh Harsa, terkadang Harsa diam-diam menangis di sudut kamar miliknya tanpa di ketahui oleh siapapun.
Jujur Harsa selalu iri dengan kakak dan adiknya yang selalu mendapatkan pelukan dan perlakuan hangat dari kedua orang tuanya.
"Harsa juga mau kayak kakak sama adek. Yang disayang sama mama papa" Batin Harsa.
Harsa hanya tersenyum tipis, mengingat dirinya hanya sebagai pelengkap tanpa arti di keluarganya ini.
Ingin menyalahkan takdir? namun dia tidak bisa dan itu mustahil, sekeras apapun Harsa mencoba semuanya tetap sama. Pada akhirnya dia hanyalah seorang anak yang butuh kasih sayang dari keluarga dan anak yang merasa terbuang.
Pagi ini beberapa keluarga berkumpul di meja makan untuk sarapan sebelum melakukan aktivitas masing-masing.
Hal ini juga yang dilakukan oleh keluarga Aditama. Canda dan tawa mengisinya di ruangan ini. Ocehan- ocehan mereka Terdengar sangat menyenangkan.
Saat Harsa turun untuk sarapan, lihatlah Harsa Bahkan tidak pernah di suruh turun untuk sarapan, setiap hari Harsa selalu pergi sendiri tanpa harus diingatkan.
Harsa melangkahkan kakinya untuk bergabung dengan orangtuanya serta kakak dan adiknya. Namun sekali lagi tidak ada yang mengetahui keberadaannya.
"Udah sekarang kita makan dulu yuk"ucap
Kaila."Bunda, boleh enggak nanti rotinya nya aku bawa ke sekolah" tanya si bungsu keluarga Aditama Arinka.
"Iya nda aku juga mau rotinya di bawa ke sekolah"ucap Dika anak sulung keluarga dirgantara.
Kaila pun tersenyum, "boleh sayang nanti bunda siapin ya"ucapnya kepada putra dan putrinya.
"Yey makasih bunda" ucap Dika dan Arinka bersamaan.
Di sisi lain Harsa hanya diam sejak tadi, tanpa menyahuti percakapan keluarga itu.
Sejujurnya Haikal ingin sekali tertawa bersama dengan keluarganya namun ia urungkan karena kehadirannya hanyalah angin lalu saja bagi keluarganya.
"Bunda, boleh enggak aku minta rotinya juga ucap Harsa pelan.
Kaila yang tadinya tersenyum kini menatap tajam ketika melihat harsa.
"Enggak rotinya udah habis buat di bawa sama kakak dan adik kamu" ucap dingin kaila
"Tapi nda itu masih ada sedikit boleh ya aku bawa"ucap memelas Harsa.
"Bunda bilang enggak ya enggak, kamu ya kalo di bilangin njawab aja" ucap kaila setengah berteriak dan pergi dari meja makan itu.
Sesak itu yang Harsa rasakan saat ini.
"Ayo hari ini ayah yang anter ke sekolah". Ucap adikta
"Beneran yah? Ucap Harsa dengan semangat.
"Ayo Dika, Arinka ayah tunggu di mobil ya"ucap adikta.
Harsa hanya bisa tersenyum tipis, ia kira dia yang diajak. Ternyata ajakan itu di tunjukan untuk Dika dan Arinka,anak yang selalu di banggakan nya.
Harsa tidak tahu kesalahannya dimana, bahkan Harsa tidak mengerti, kenapa bisa mereka sampai membenci Harsa seperti ini.
Terlalu sulit untuk mengetahui alasanya mengapa mereka melakukan ini pada Harsa.
Lagi dan lagi, Harsa harus melihat bagaimana ia diperlakukan dan diasingkan di keluarganya sendiri, yang seharusnya menjadi rumah untuk tempat bersandar dan mengeluh.
Dengan langkah gontai, harsa berjalan dan segera keluar dari rumah untuk pergi ke sekolah.
Selama perjalanan harsa terus menerus memukul dadanya, ada rasa sesak seperti membuncah di dalam dirinya. Ia ingin menangis tapi ia tidak bisa, seolah-olah rasa sakit itu tertahan oleh sesuatu.
Harsa menepuk dadanya, agar rasa sesak itu hilang dari dadanya.
"Harsa gak boleh nangis, jadi laki-laki harus kuat gak boleh nangis" ucap anak laki-laki itu seakan memberikan kekuatan pada dirinya sendiri, malang memang anak yang berumur 16 th itu.
TBC
Haii ada yg kangen gak? Hehehe maap ya updatenya agak lama😄 makasih buat yang udah mau baca, silahkan tinggalkan komen dan vote di cerita ini ya.
Bye bye pembaca tersayang ❤️👋
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNGA TERAKHIR [SELESAI]✅
FanfictionHATI-HATI TYPO BERTEBARAN‼️ Tolong biarkan dia merasakan kebahagiaan walau hanya sesaat, Tolong, sekali saja dengarkanlah rintihannya. •Bunga Terakhir "Dia sedang terluka, kenapa semesta tidak mengizinkannya untu...