Perbedaan

103 3 0
                                    

"Aku ingin menangis, tapi keadaan yang memaksaku untuk kuat bak tembok yang kokoh"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku ingin menangis, tapi keadaan yang memaksaku untuk kuat bak tembok yang kokoh"

Setiap Harsa disekolah, Harsa selalu memilih duduk di bangku paling belakang entah apa alasannya, baginya kesendirian itu lebih menyenangkan dari pada keramaian.

Tidak banyak yang dilakukan oleh anak laki-laki itu. Hanya duduk, mendengarkan guru, istirahat dan pulang kerumah.

dia bahkan tidak pernah sekalipun bermain dan nongkrong seperti anak seusianya.

Sebenarnya Harsa bukanlah pribadi yang pendiam, namun jika kalian mengenalnya lebih dekat, Harsa sebenarnya sosok yang ceria, mudah bergaul dan suka tertawa.

Tapi entah mengapa, sejak saat itu Harsa adalah anak yang paling merasa disingkirkan diantara orang-orang disekitarnya.

Mungkin alasanya adalah sejak Harsa masih di sekolah dasar, Harsa dituntut untuk selalu mendapatkan nilai yang bagus dan meraih peringkat 1. Bahkan tidak hanya itu kedua orang tuanya pun menuntut Harsa untuk bisa menyamai prestasi yang diraih oleh kakaknya Ardika bumi Aditama namanya.

Tidak ada yang salah, namun cara kedua orang tua haikal lakukan sesaat setelah mereka tahu bahwa Haikal tidak bisa menyamai kakaknya, mereka semua pasti saja selalu membanding-bandingkannya. Bahkan tak jarang ucapan mereka katakan kepada Haikal terkadang sangat menyakiti perasaannya.

Terkadang bumi selalu bertanya kepada dirinya sendiri, kenapa dia tidak bisa menyamai prestasi yang diraih kakaknya?  Kenapa dia dan kakaknya Ardika selalu dibanding-bandingkan? Padahal sudah jelas bahwa Harsa dan Ardika adalah dua orang yang berbeda. Apakah ketika ingin mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya, apakah harus meraih juara?

Seperti saat ini, Harsa hanya menghela nafas panjang, saat melihat hasil ujiannya. Sepertinya dia akan mendapatkan masalah hari ini.

Rasanya Harsa ingin sekali melarikan diri dan tidak ingin pulang kerumah, tapi sepertinya percuma. Karena mau tidak mau, Harsa harus siap mendapatkan bentakan dan kemarahan dari orang tuanya, karena tidak mendapatkan hasil yang diharapkan oleh orang tuanya.

Dengan langkah gontai, Harsa melangkahkan kakinya, untuk pulang dari sekolahnya. Sambil merapalkan doa di sepanjang jalannya, agar ketakutannya tidak terjadi.

Tidak butuh lama, harsa sudah sampai di depan rumahnya. Jantungnya berdetak sangat cepat, haikal menghela nafas panjang dan memberanikan dirinya untuk masuk kedalam rumah.

Baru saja harsa masuk, ada suara seorang perempuan yang memanggilnya.

"Harsa sini nak" panggilnya kepada Harsa

Harsa menoleh dan seketika badannya bergetar hebat, entahlah karena apa. Padahal saat ini Kaila hanya memanggilnya saja.

Harsa pun mendekati bundanya, "i-iya nda?" Ucap haikal gugup

"Mana hasil ujian kamu hari ini?"ucap kaila sambil tersenyum kearahnya

Entah karena apa senyuman yang di perlihatkan kaila sangat menyeramkan bagi harsa.

"Mana harsa? Sini bunda mau liat hasilnya" ucap kaila

Mau tidak mau, haikal mengeluarkan hasil ujiannya dan menyerahkannya kepada bundanya. "i-ni nda"ucap Harsa seraya menyerahkan hasil ujiannya itu.

Kaila menerimanya, dengan senyuman yang terpatri di wajahnya lalu mengamati hasil ujiannya itu dengan seksama, namun setelahnya, wajah yang tadinya tersenyum berubah menjadi terlihat sangat marah.

"Harsa kenapa kamu dapat hasilnya cuman segini?" Ucap kaila dengan nada yang tinggi

Harsa tidak berani menjawab bahkan untuk menatap bundanya dia hanya menundukkan kepalanya.

"Jawab Harsa Aditama!" Bentak kaila

"Mma-af bunda" ucapnya lirih

"Inget kata-kata bunda nggak"

Harsa pun menganggukkan kepalanya.

"Apa?"

"Harsa harus dapat nilai yang tinggi kayak kak Dika" ucap Harsa dengan nada yang bergetar

"Terus kenapa ini cuman dapat segini?"

"Mm-aaf nda"

Kaila meremas kertas ujian haikal, dan melemparkannya ke wajah Harsa.

"Maaf,maaf. Kamu itu kalo bunda suruh belajar itu ya belajar! Bodoh banget"bentak kaila

Sumpah demi apapun ucapan kaila barusan sangat menyakitkan bagi haikal, Harsa merasakan dadanya sesak luar biasa.

Jujur, harsa ingin menangis, namun tidak bisa karena jika ia menangis pasti bundanya akan semakin marah nantinya.

"Liat kakakmu! Pintar, gak perlu disuruh, bisa dapat nilai tinggi bisa banggain bunda sama ayah lha kamu?"

Harsa hanya mampu menundukkan kepalanya, dan meminta maaf. "Ma-af nda" ucapnya

"Sana pergi bikin bunda marah aja kamu tu" ucap kaila

Harsa hanya menghela nafas, dan beranjak pergi dari sana. Dengan sesak yang tertahan di dadanya saat ini.

Harsa ingin menangis, ingin sekali berteriak kepada semesta kenapa hanya dia yang diperlukan seperti ini? Kenapa dirinya selalu di bilang bodoh? Harsa tidak mengerti, bisa-bisanya semua orang menyuruhnya untuk menyamai Dika kakaknya. Padahal sudah jelas bahwa Harsa dan Ardika adalah dua orang yang berbeda, mereka berdua tidak bisa disamakan. Walaupun bisa menyamai Dika tapi dia tetap saja berbeda.

Memang benar kata semua orang, hanya Ardika dan Arinka yang menjadi kebanggaan kedua orang tuanya, hanya Ardika dan Arinka yang dapat pengakuan, iya hanya Ardika dan Arinka.

Harsa terperosot di balik pintu kamarnya yang kini tertutup, diam-diam ia menangis. Sekali saja harsa hanya ingin mendengar pengakuan dan apresiasi dari kedua orangtuanya. Sekali saja harsa ingin bundanya mengatakan"Kamu sudah berkerja keras harsa tidak apa-apa...." Hanya itu yang haikal inginkan, apakah itu terlalu sulit untuk dikabulkan Semesta?

"harsa bodoh banget ya?" Gumamnya pada dirinya sendiri.

TBC






Hii😄 gimana kabarnya? Baik, maap yak updatenya agak lama masalahnya ini saya lagi sibuk sama sekolah jadi lupa deh mau up ok deh selamat membaca mohon untuk komen dan vote ya makasih


Dan sampai jumpa para pembaca tersayang ❤️👋

BUNGA TERAKHIR [SELESAI]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang