Kenisbian

10 2 0
                                    

Cerita pendek ini bukan tentang siapa yang salah dan siapa yang benar, pula bukan tentang siapa hero dan siapa villain-nya. Cerita ini saya buat hanya untuk menunjukkan ke-humanistik-an, ibaratnya sebagai metafora yang menyimbolisasikan dunia dan realitanya yang makin hari semakin abstrak dan liar.

"Gone Girl"-nya David Fincher dan "Taxi Driver"-nya Martin Scorsese adalah ilham utama cerita ini.

Dan selayaknya "Taxi Driver", unsur satire pun tercantum dalam cerita ini. Bedanya, satire dalam "Taxi Driver" menyerempet orang-orang "berdasi" pemilik takhta, sementara cerita ini, satir-nya mengarah pada ... ah, sudahlah! Kalian akan tahu jika membacanya.

Terakhir, semoga makna dari pesan dalam cerita ini bisa ter-deliever dengan baik kepada kalian, para pembaca yang budiman.

------------------------------------------------------

***

"..., wanita yang telah dipacari sang aktor selama empat tahun itu, ditemukan oleh asisten rumah tangganya pada tanggal dua puluh enam Mei dua ribu sembilan belas. Saat ditemukan, korban berlumuran darah dan sudah tak bernyawa, dengan tubuh yang setengah telanjang. Sementara GH terbaring tanpa busana di samping wanita itu dalam kondisi tak sadarkan diri. Dugaan sementara, motif yang mendasari GH melakukan tindakan brutal ini lantaran cemburu...." Demikian penggalan bunyi naskah berita yang disuarakan penyiar di televisi.

"Gue pikir kejadiannya hari ini," kata seorang laki-laki menanggapi berita yang sedang ia tonton tersebut.

"Nggak, udah dari kemarin." Perempuan di samping laki-laki itu menyahut sembari matanya fokus ke layar televisi.

Selagi suara si pewarta terdengar berlanjut, layar televisi menunjukkan terduga pelaku yang dengan wajah tertunduk sedang digiring pihak berwajib keluar dari rumah mewahnya.

Pelaku dikenal sebagai aktor yang ramah. Banyak pihak tak menyangka dengan apa yang dilakukan aktor blasteran berusia dua puluh tiga tahun itu, salah satunya adalah pihak penggemar beratnya, terlebih seorang penggemar wanita yang kini sedang menatap layar televisi dengan tatapan tak percaya.

Penggemar itu melontarkan kata kasar sebelum lanjut berkata, "Sumpah, gue bener-bener nggak percaya dia bisa ngelakuin ini semua. Orangnya aja friendly gitu."

"Dira, lo cuman liat dia di TV. Lo nggak tau seperti apa dia di belakang layar." Laki-laki dewasa yang duduk di dekat wanita bernama Dira itu berdecak.

"Jadi, menurut lo dia yang ngelakuin semua itu?" tanya Dira, si gadis penggemar berat sang aktor.

"Nggak juga. Gue nggak punya hak buat nge-judge orang hanya dari apa yang gue lihat, apalagi sebatas cuman di TV."

"Bijaknya kakak gue yang satu ini." Dira tersenyum sesaat, kemudian matanya kembali ke televisi, dan perlahan senyumnya luntur. "Tapi gue bener-bener masih nggak nyangka aja sih--"

"Mending nonton yang lain sebelum lo dibikin stres sama masalah orang yang bahkan sama sekali nggak kenal sama lo," potong sang kakak seraya bergerak hendak meraih remote televisi dari tangan Dira.

"Apaan sih?!" Dira mengelak hingga remote itu tak terjangkau kakaknya. "Bentar, ih."

Laki-laki berambut cepak itu berdesah berat. Pasrah saja! Ia berusaha memaklumi adiknya. Dira memang sudah tergolong fanatik dalam mengidolakan aktor yang menjadi terduga pelaku tersebut.

Penggalan's Kisah Dalam MenitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang