the best advice

2.8K 433 50
                                    

hari ini Haechan kabur dari rumah setelah pertengkaran hebat antara dirinnya dengan Doyoung, bukan karena apa, ia hanya tak tahan mendengar cacian yang begitu menusuk hatinya. untuk hari ini saja ia berharap tidak ada yang terluka, terutama perasaannya.

Haechan ingin menenangkan fikirannya. mengumpulkan kembali mental yang sempat terguncang beberapa waktu yang lalu. mempersiapkan hatinya selapang lapangnya untuk mendengar kembali perkataan yang seharusnya tidak pernah ia dengar.

sungai Han menjadi tempat pilihannya untuk mengembalikan fikirannya. menenangkan hatinya, dan mengobati luka ditangan kirinya akibat Doyoung yang dengan sengaja melemparnya dengan pecahan piring runcing.

sangat sakit.

tapi ia sudah biasa.

biasa menahan dan biasa diam.

tidak membantah, tidak protes, dan tidak marah.

ingin sekali melampiaskan semuanya.

tapi pada siapa? semesta?

aaahhh bahkan semesta tidak pernah peduli dengan keadaannya.

fikiran Haechan melayang. menatap nyalang langit yang sangat cerah. hendak mengadu nasib, tapi menurutnya hanya akan menghabiskan tenaga.

tidak ada yang spesial dari sungai Han. ombak yang tenang, angin yang berhembus kencang, buih air yang muncul ke daratan. namun Haechan sangat menikmatinya.

Haechan tersenyum sendiri saat memikirkan semua kenangan yang melintas begitu saja dikepalanya. kenangan saat ia menjadi yang paling disayang. menjadi kebanggaan semua orang. Haechan memejamkan matanya. merasakan sentuhan angin pada pipi tirusnya.

"Eomma appa bagaimana kabar kalian? baik? tentu. aku yakin kalian baik baik saja. tapi aku? apa kalian tahu kalau aku sedang tidak baik baik saja? ahhh tidak, aku memang tidak pernah baik baik saja. boleh aku ikut? ikut keatas bersama kalian?"

lagi. air matanya kembali keluar, mengalir deras tanpa suara. hanya isakan yang terdengar. terdengar sangat pilu. Sangat menyakitkan.

"bukankah akan sangat menyenangkan berada disana bersama kalian?"

Haechan menghela nafas, menumpukan tangannya pada sandaran pembatas, menatap gerak gerik air dibawahnya.

"tidak. tempatku bukan disana, eomma appa aku berjanji akan terus melanjutkan hidupku meskipun aku selalu berada dititik terendah kehidupan."

Haechan bangkit dari sandarannya, lalu beralih menatap pada sandal yang penuh darah.

"aku akan membeli sandal baru lalu pulang kerumah."

.....

Haechan kembali saat makan malam, ruang makannya tampak sepi, biasannya mereka ber-8 akan berkumpul dimeja itu, menikmati hidangan sedap dari maid, dibumbui dengan beberapa candaan yang membuat suasana terasa hangat.

tanpa dirinya.

"bibi, kemana semuanya pergi?."tanya Haechan.

"semuanya sedang makan malam diluar tuan."

setelah mendengar penjelasan dari salah satu maid dirumahnya Haechan langsung pergi kedapur, membuka lemari penyimpanan bahan baku untuk mengambil satu bungkus Ramyeon lalu membawanya menuju kamar tanpa dimasak terlebih dahulu.

Haechan sudah terbiasa memakan ramyeon mentah. jika ia ketahuan sedang memasak ramyeon ia akan dimarahi habis habisan. karena Haechan hanya diperbolehkan makan selembar roti tanpa selai.

menurut Haechan ramyeon mentah adalah hidangan paling enak yang bisa ia makan jika sedang berada dirumah. dibandingkan dengan satu lembar roti tanpa selai yang terasa hambar saat menyentuh indra perasa nya.

intact but fragile ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang