human journey

2.7K 408 88
                                    

"ibu ayah tolong kembali, aku sangat takut sungguh."

rintihan kecil terdengar dari mulut kecilnya, ia kedinginan namun tak ada satu orang yang peduli, ia ketakutan namun tak ada satu orang pun yang memahaminya, ia kelaparan namun tak ada satu orang pun yang mau melihatnya.

Haechan terbangun dipagi hari dengan keadaan sekujur tubuh panas, semalam ia dihukum tidur diteras belakang dengan hujan lebat yang menyertai malamnya. pagi yang menyesakkan, penuh dengan kabut kemarahan, bukan marah pada saudaranya namun marah pada dirinya sendiri sebab terlalu lemah untuk sekedar melawan.

Haechan menegakkan tubuhnya untuk berjalan menuju kamar setelah ia melihat pintu rumah sudah kembali dibuka. berjalan gontai, kepalanya seperti ingin pecah.

"sakiittttt." lirihnya sambil terus berjalan tertatih menuju bilik kamar usang miliknya.

saat sudah sampai didepan kamar yang menjadi saksi bisu kesakitannya, Haechan membuka pintu itu dan tak lupa menutupnya kembali.

berdiri menghadap cermin kecil untuk melihat penampilan kacaunya, "kenapa wajah ini pucat sekali hiks?" ucapnya pada diri sendiri.

"hiks hikssss hyunggg." rintih Haechan memecah keheningan didalam ruang sempit itu, meringkuk menangisi nasib sialnya. haechan terus saja menangis tanpa suara, menggigit bibirnya kuat agar tak ada yang menyadari tangisannya. ia tak ingin dianggap lemah.

.....

berbeda dengan orang orang yang sekarang tengah menikmati sarapan mereka dengan khusuk. meja bundar ini penuh tawa, hangat sekali rasanya.

"hyung apa haechaniee sudah makan? aku sangat khawatir dengan nya." lirih Renjun berpura pura.

"ada apa denganmu? bukankah kau selalu dibully disekolah? jangan terlalu baik pada anak sialan itu." Sahut Taeyong.

"jika bukan karena wasiat mediang ayah dan ibu yang meminta kita untuk mengurusnya mungkin sudah ku buang jauh jauh bangkai busuk itu."

"bangkai busuk siapa yang kau maksud?" Tanya Yuta sedikit tak terima.

"siapa lagi kalau bukan Haechan. ahhh bahkan aku jijik hanya dengan menyebut namanya."

diam diam Renjun tersenyum miring mendengar pembicaraan saudara nya, ia berhasil merebut semua yang Haechan punya.

"mereka menganggapku bangkai busuk rupanya." batin Haechan yang ternyata sedang berada didapur untuk mengambil stok roti khusus untuknya.

"Lee Haechan kemarilah ikut makan dengan kami." pekik Renjun saat netranya tak sengaja menemukan Haechan tengah berjalan tertatih kearah kotak roti itu.

Haechan hanya diam tanpa berniat menjawab sapaan Renjun yang ia tahu jika itu hanyalah manipulatif belaka.

"Haechaniee?" panggil Renjun lagi dengan suara yang ia buat sedih.

"HEH SETAN, APA KAU TAK MENDENGAR RENJUN BERBICARA?!!!"

"kenapa kau diam saja sialan?"

Haechan tak berani melihat kearah saudaranya yang tengah memangdangnya dengan tatapan marah, Haechan hanya bisa menunduk takut.

tanpa Haechan sadari Jungwoo sudah mendekat kearahnya.

PLAK

PLAK

pipi kiri dan kanan nya ditampar dengan sangat keras oleh Jungwoo.

Haechan tidak melawan, ia hanya bisa menahan perih dan panas yang menjalar dari pipinya hingga ke tengkuk belakanganya. karena tamparan yang Jungwoo berikan sangatlah keras.

intact but fragile ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang