pain in inevitable

2.8K 404 56
                                    

Yibo sudah pulang sedari pagi tentunya dengan sedikit paksaan yang ia berikan agar laki laki itu segera pergi.

Haechan tengah melihat 2 kalung yang berada ditangannya, liontin indah hasil ia menabung selama 4 bulan terakhir.

"cukup indah meskipun tidak mahal." kata Haechan dengan senyum lebarnya.

Haechan beranjak untuk mengambil kotak kecil yang ia beli dipasar tadi. harganya sangat murah. ia tidak punya cukup uang untuk membeli yang mahal.

Haechan dengan telaten menata posisi benda tersebut untuk dimasukan kedalam kotak yang akan ia gunakan sebagai tempat hadiah.

"waaaah cantik nyaaaa." pekik Haechan senang lalu memakai salah satu dari kedua kalung itu dileher nya.

CEKLEK

pintu usang kamarnya dibuka secara tiba tiba membuatnya berjengit kaget.

mau apa Yuta kesini? apa ia berbuat salah lagi?

"Yuta hyung mi-mianheeee." ucap Haechan ketakutan, matanya tertutup rapat dengan kedua tangan yang menyilang untuk melindungi kepalanya. ia takut dipukuli lagi.

Yuta yang melihatnya meringis perih, segitu traumanya Haechan kepada dirinya.

hatinya sangat terpukul melihat kondisi Haechan saat ini.

"hyung miahne." lirih Haechan pelan.

namun semua pemikiran buruknya sirna kala ia marasakan usapan halus dipucuk kepalanya

"adik kecil sedang apa? kenapa serius sekali." ucap Yuta dengan suara bergetar. ini pertama kalinya ia berbicara dengan nada lembut pada Haechan.

Haechan mendongak matanya berkaca kaca. air siap tumpah dari bola mata indah miliknya.

GREEEP

Yuta mendekap sang adik kuat, ia tidak ingin menangis didepan adik manis nya. ia tidak ingin adiknya semakin rapuh karena melihat nya menangis.

"hyu-hyung." ucap Haechan terbata-bata. ia tidak punya kalimat untuk diungkapkan. ia merasa sangat bahagia untuk saat ini.

"maafkan hyung sayang, hyung janji akan melindungi mu mulai saat ini." janji Yuta pada Haechan.

Haechan mengangis sendu. ini saat yang ia nantikan selama ini.

meskipun yang berubah hanya Yuta saja namun ia masih bersabar untuk menantikan semua hyungnya kembali sayang kepadanya.

"sudah jangan nangis, hyung kesini ingin melihat senyum mu bukan tangisan mu." kata Yuta sambil mengusap bulir bulir bening yang menempel dipipi kesayangannya.

Haechan tertawa, "aku tidak menyangka hyung akan dekat lagi dengan ku."

Yuta tersenyum, tak ingin menanggapi perkataan haecahn, "lagi ngapain? ini buat siapa?" tanya Yuta sambil meraih kotak kecil yang ia yakini itu adalah bingkisan.

"hadiah buat Jaehyun hyung." ucap Haechan senang.

"waaah bagaimana bisa kau menginagtnya? hyung saja lupa."

"hyung kan memang pelupa."

Yuta menoyor pelan kepala Haechan, "enak saja." ucap Yuta, "boleh hyung buka?"

Haechan mengangguk, "buka saja."

yuta membuka tutup kotak itu, matanya ikut berbinar melihat kalung yang menurutnya sangat cantik disana, "cantik sekali. hyung yakin Jaehyun akan menyukainya."

"benarkah?" tanya Haechan antusias.

"benar sayang."

"semoga saja begitu hyung."

intact but fragile ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang