VII. BEING A REBEL ISN'T A CRIME

78 19 6
                                    

Pukul 1 siang, Krist mengetuk pintu rumah Singto. Tak ada jawaban. Tak ada sahutan.

Biasanya dia cepat membukakan pintu..

Krist mendorong pintu kayu itu, dikunci. Kemana Singto, Krist bertanya-tanya.

Apa dia di kamar mandi?

"Singtoo.. ini aku, bukakan aku pintu..", Krist setengah berteriak. Namun..

Masih tak ada jawaban.

Dilihatnya sampan masih setia di tempatnya, seperti kemarin. Tidak mungkin Singto pergi tanpa sampan kan, laut di selat ini cukup dalam. Krist mencari di sekitar pantai, tapi tidak menemukan siapapun.

Krist mendobrak pintu kayu itu, ia berpikir jika Singto mungkin tertidur di dalam. Tapi..

Tak ada siapapun. Pintu kamar mandi juga terbuka. Sekarang waktu yang bagus untuk kita pergi, tapi kemana kau sekarang?

Krist duduk di ranjang kayu, ia bosan menunggu, bahkan tas ransel masih setia bertengger di punggung. Ya, mungkin saja Singto pergi berkeliling di pulau kan, hari ini bisa jadi hari terakhir mereka berada di pulau itu. Maka Krist putuskan untuk menunggu.

Sudah 1 jam lamanya, Krist sangat bosan. Ia membuka-buka lemari kayu yang ada di sana, di samping bagian yang terisi baju ia melihat ada 2 peti kayu berbentuk kubus yang bertumpukan. Yang dibawah berwarna coklat tua dan yang di atasnya berwarna coklat lebih muda.

Sebenarnya Krist sudah melihat itu, tapi dulu masih ada 1, sekarang sudah bertambah lagi. Ia kemudian mengangkat kedua kotak kayu itu, tidak terlalu berat dan tidak terlalu besar. Krist menaruhnya di ranjang kayu.

Kenapa Singto tidak cerita kalau dia diberi barang tambahan? Aku buka sajalah, siapa tau kan isinya emas atau benda berharga. Atau malah pakaian nya juga? Kebetulan sekali ini tidak dikunci.

Diluar dugaan, isi kotak kayu berwarna coklat tua adalah benda tajam. Berisikan 1 pisau yang cukup besar, 2 pisau yang ramping namun panjang, dan 2 pisau lipat. Krist tidak tau namanya apa, ia menyebutnya semua itu pisau. Krist menyeringai.

Kenapa aku tidak penasaran membukanya dari dulu? Aku harus mengamankan ini.

Krist memasukkan semua benda tajam itu ke dalam tasnya. Ia lanjut membuka kotak berwarna coklat lebih muda dari yang sebelumnya.

Woaahh.. ya, ya.. benar sekali aku memang membutuhkan ini. Untung saja aku membawa tas yang besar. Aku bisa menghancurkan pulau ini sebelum aku pergi dengan Singto!

Di kotak kedua yang baru saja dibuka berisi 3 bahan peledak lengkap dengan korek api kayu dan 1 liter minyak tanah di botol plastik. Itu adalah pemberian Kapten kapal saat mengantarkan Singto ke pulau itu.

Krist mulai mencari benda-benda yang sekiranya penting, ia juga memasukkan buku catatan para penjaga sebelum Singto. Setelahnya hanya beberapa baju Singto saja.

Dia memang tidak punya banyak barang ya, katanya ke sini untuk bekerja selama 1 tahun. Tapi pakaiannya bahkan cuma 5 setelan. Ah lupakan saja itu, tidak penting. Sekarang aku harus benar-benar mencari Singto.

***

Semua tempat sudah dijamah oleh Krist, tapi ia tak juga melihat batang hidung Singto. Krist juga mendobrak pintu-pintu warga, takut jika Singto disembunyikan di dalamnya.

"Hei.. hei..!! Ada apa denganmu Krist?!"

Teriak salah satu gadis dari gazebo salah satu rumah itu, sedang menganyam rotan bersama dengan 2 gadis lain. Teman-temannya. Mereka memang tidak ikut menjual hasil tangkapan nelayan, karena akan sangat berat untuk mereka.

Stay Here [Completed] - SINGTO×KRISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang