Selama tiga bulan setelah tragedi punggung, Krist sama sekali tak mau berbicara dengan Singto. Krist mengaku dirinya terjatuh di jalan pada saat pulang menuju rumah, tentu saja Bibi Aom tak menaruh curiga, selama ini cidera Krist dirawat oleh Bibi Aom.
Krist hanya bersikap baik jika di depan Bibi Aom ketika Singto berkunjung ke rumahnya. Namun pada saat Bibi Aom pergi ke kamar atau melakukan kegiatannya, situasi canggung kembali melanda. Krist tak sedikitpun berbicara pada Singto, sementara Singto selalu berusaha mengajak Krist bicara dengan bertanya hal ringan, tapi Krist tak pernah mau menjawabnya. Ia juga belum mau membahas soal kejadian terakhir, karena takut membuat Krist semakin marah.
Flashback
Hari ini, Singto libur bekerja. Tapi karena terbiasa bangun pagi, masalah pekerjaan rumah dan pembersihan diri telah ia selesaikan semuanya pada pukul 6. Tanpa membangunkan Krist yang masih terlelap, Singto sedang memasak makanan yang sedikit normal di dapur.
Karena kebisingan yang dibuat Singto, Krist perlahan membuka matanya. Tetapi yang dilihatnya keadaan kamar masih sama seperti semalam. Gorden yang tertutup rapat dan lampu yang masih menyala. Kemudian ia melihat jam dinding yang ternyata telah menunjukkan pukul 7 pagi. Krist segera bangun walaupun kondisi punggungnya masih sakit.
Krist berjalan dengan memegang dinding menuju ke sumber bising di luar. Ketika membuka pintu kamarnya..
Tokk.. Tokk..!!
Suara pintu diketuk menginterupsi kegiatan Krist. Ia berhenti dan akan berjalan ke arah pintu. Namun Singto segera datang dan melihat Krist yang berbelok ke arah pintu.
"Eh, Krist? Sudah bangun.. Duduklah di meja makan, aku sedang masak.. Biar aku yang buka", Singto berlalu menjauhi Krist.
Sementara Krist tak bereaksi apa-apa, ia segera menuruti perkataan Singto yang menyuruhnya untuk menunggu di meja makan. Kebetulan, Krist sudah lapar sekarang. Letak dapur dan meja makan saling berhadapan, Krist bisa melihat kekacauan yang Singto buat di sana. Namun ia tak berniat untuk membantu karena cidera di punggungnya masih hangat.
Singto membukakan pintu, ternyata Fah yang bertamu. Dikedua tangannya menjinjing kantung plastik berisi sayuran dan bahan-bahan makanan. Singto menebak jika gadis itu ingin membantunya memasak. Ia menoleh ke arah meja makan, dilihatnya Krist terduduk dengan tatapan kosong. Kemudian ia melihat ke arah dapur yang dalam keadaan kapal pecah. Matanya kembali lagi pada Fah yang masih tersenyum dengan cerah di depannya.
"Phii?? Kenapa diam saja? Lihat.. Aku baru saja pulang dari pasar bersama mae.. Biarkan aku masuk dulu!" , Fah memaksa.
"Ah baiklah, masuk.."
Fah yang merasa diijinkan segera berjalan ke dapur sambil mengoceh.
"Aku diminta mae untuk membantu-" , Fah berhenti saat melihat Krist yang duduk di meja makan. Ia segera memberi salam pada Krist yang hanya dibalas tatapan tajam. Itu membuatnya sedikit tertekan, namun ia tetap melanjutkan tujuannya ke dapur.
"Aow Phi Sing.. Kau sedang membuat apa? Kenapa semua bahan dan tempat ada di konter dapur?", Fah segera membereskan benda-benda yang tak perlu.
Singto berjalan menuju dapur, ia melihat ke arah Krist dengan menganggukkan kepalanya. Berharap Krist mengerti kode yang ia berikan. Namun Krist sama sekali tak merespon, bahkan matanya semakin tajam menatap Singto.
"Jadi phi mau membuat omelet? Kenapa segala peralatan kau keluarkan? Kita tak perlu panci besar atau bahkan baskom plastik Phii.. Astaga, kau juga mengeluarkan semua ukuran wajan? Untung aku meminta mae untuk membantu mu..", Fah terus mengoceh sambil membereskan peralatan yang menyampah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Here [Completed] - SINGTO×KRIST
Fanfic[Boys Love] Seorang pemuda bernama Singto Prachaya ditugaskan untuk menjaga sebuah pulau yang ternyata menganut aliran sesat. Di sana, Singto bertemu dengan anak penduduk desa yang bernama Krist Perawat yang ternyata memiliki keinginan yang sama unt...