XII. MEET SINGTO'S MOM

85 11 6
                                    

Jadi Krist menolongku sampai segitunya? Aku jadi merasa bersalah karena berpikir itu adalah mimpi. Bahkan aku sudah cerita ke pasien lain di kamar ku, aduuh.. Bahaya kalau Krist tau, dia pasti bakal kecewa. Ternyata dia baik juga, sangat baik malah.

"Krist, terimakasih banyak ya kamu udah nolong aku.. Kamu mau imbalan apa? Tapi nanti ya kalau aku sudah mendapatkan pekerjaan.. ", Ucap Singto dengan ekspresi sedikit sedih.

"Kau ini terlalu banyak berpikir.. Sudahlah tak apa.. Tapi kalau kau maksa, aku ingin kau"

"Maksudnya?"

"Bodoh sekali memang kau ini! Tidak peka!"

Bagaimana mungkin diusianya yang sudah menginjak kepala dua tak mengerti perkataanku. Membuatku kesal saja. -Krist

Maksudnya ingin aku apa sih? Ingin aku, ingin apa? Ingin? Mau? Mau aku? Kenapa mau aku? Memangnya aku punya apa? -Singto

"Sudah lupakan saja Sing, aku tau otakmu tak akan sampai"

"Hmm.. Jadi kalung dari mae ku ada padamu? Aku mencarinya bolak-balik di kamar rawat inap kemarin.. Itu satu-satunya kenangan dari mae.. Kenapa kamu main ambil saja sih?"

Harusnya dia minta ijin dulu padaku, itukan milikku_-

"Apa? Aku sudah minta ijin padamu, tapi kau diam saja", Krist menanggapi dengan acuh tak acuh.

Iya juga sih, tapikan saat itu aku masih belum sadar.

"Tap-"

"Sudahlah Singto.. Kau ini berlebihan.. Mending kita besuk tetua desa itu, kau mau tidak? Sebelum dia keburu mati.."

Krist beranjak dari kasurnya kemudian keluar kamar untuk menemui Khun Wang. Sementara Singto hanya memandang punggung Krist yang perlahan menjauh dan menghilang dari pandangannya.

Pak tua itu kan sudah berjanji mau besuk lagi setelah Singto sadar. Hari ini aku akan menagih janjinya. Oh itu dia di teras, eh tapi.. Sedang bersama istrinya.. Aku jadi tidak enak..

Krist berhenti di tengah-tengah ruang tamu. Ia berpikir sejenak sambil memainkan jari-jarinya dengan pandangan yang kosong.

"Loh, Krist? Kenapa bengong?"

Ternyata selagi Krist menyelam dalam pikiran sempitnya, Istri Khun Wang (Khun Aom) ingin mengisi kembali tehnya ke dapur. Tapi begitu masuk, ia disuguhkan dengan Krist yang berdiri tanpa melakukan apapun kecuali memainkan jari-jarinya.

"Eeh.. Khun Aom, anu.. Aku mau besuk tetua desa bersama Khun Wang.. Tapi kulihat sepertinya lain kali saja.."

"Ooh begitu, panggil saja Bibi Aom.. Kebetulan sore ini kami akan menjenguknya, bagaimana kalau sekalian?"

"Wah..benar khu- eh, bibi..?"

"Iya, bersiaplah..", Bibi Aom menjawabnya dengan senyum menghangatkan khas seorang ibu.

Hangat sekali.. Aku belum pernah mendapatkan senyum itu dari seorang ibu. 'Orang tuaku' di desa tak pernah sekalipun bersikap seperti ini. Karena ternyata mereka bukan orang tuaku.

Krist menjadi murung hanya karena diberi senyuman hangat dari Bibi Aom. Dia berjalan ke arah kamarnya dengan pandangan melihat ke bawah dan punggung yang bungkuk.

"Kamu kenapa Krist, dimarahi Khun Wang?"

Singto bertanya karena melihat Krist berjalan dengan tak biasa.

"Jangan sok peduli padaku! Bersiaplah kita akan besuk pria busuk itu..", Krist menjawabnya dengan melirik sinis Singto.

"Bersiap bagaimana, kita kan tak punya baju? Begini saja tak apa kan"

Stay Here [Completed] - SINGTO×KRISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang