II. BEGINNING

95 19 2
                                    

Sore itu kepala desa mengumpulkan warganya untuk memperkenalkan Singto. Singto berhasil menarik hati para wanita muda di sana, karena senyumnya yang sangat menawan, wajah yang sudah jelas tampan dan juga terlihat kalem, itu membuat para gadis tak bisa tenang.

"Sing, mainlah ke rumah ku, aku sering membuat anyaman.."

Ucap gadis berambut panjang yang dikepang kebelakang.

"Jangan dia Sing, ke rumah ku saja, aku akan mengajakmu berkeliling dan memperkenalkan daerah ini padamu.."

Gadis kedua berambut lurus kecoklatan sebahu.

"Ke rumahku saja, jangan mereka berdua.. mereka sangat cerewet, kupingmu bisa sakit jika bergaul dengan mereka, ke rumah ku saja, tidak jauh dari bagian depan pulau.."

Gadis ketiga tidak mau kalah, rambutnya dikuncir ekor kuda di belakang.

"Hei hei.. tenanglah kawan, bukankah kita selalu mengerjakan hal bersama-sama? Jangan egois seperti ini, berikan saja Singto padaku dan kalian tidak usah ikut campur"

Ucap gadis terakhir dengan rambut panjang namun hanya digerai.

"Kau pun sama saja, sudah-sudah terserah Singto mau ke rumah siapa, iya kan Sing?"

Gadis pertama dengan rambut panjang di kepang berusaha menengahi.

"Ah iya.."

Setidaknya penduduk desa menerimanya. Singto tidak percaya jika penduduk desa sangat ramah padanya, bahkan saling berebut untuk memintanya berkunjung ke rumah mereka.

Setelah acara perkenalan selesai, para warga kembali dengan kesibukannya masing-masing karena hari sudah mulai gelap.

Bosan sekali. Aku sama sekali tak ada teman mengobrol, anak laki-laki seumuranku hanya Krist, yang lain gadis-gadis. Aku tidak mungkin mengakrabkan diri dengan para gadis kan? Bisa dituduh cabul, walaupun mereka senang jika aku bergabung, tapi bisa saja akan ada salah paham, biar bagaimanapun aku harus menjaga nama baikku di sini.

Aku melihat bintang di luar, aku duduk di pasir pantai menghadap ke laut. Jalan menuju desa hanya diterangi obor, kenapa tiba-tiba aku merinding. Pantas saja tak ada yang keluar rumah, pasti mitos-mitos masih sangat kental di sini.

Bintang terlihat seperti debu-debu yang menyala. Apa mae ku melihat bintang yang sama denganku?

***

Di pagi buta, Krist sudah bangun dan berjalan kaki ke arah pantai untuk berolahraga dan mencari udara segar. Namun, Krist sangat kaget hingga membulatkan matanya lebar-lebar. Takut jika dia masih berada di alam mimpi. Ia mengucek-ngucek matanya beberapa kali.

Astaga, apakah itu Singto? Kenapa dia terbaring di luar? Bahkan air laut hampir membawanya ke lautan. Krist berbicara dalam hati sambil berlari menuju Singto yang tergeletak di pasir pantai.

"Hei kau.. Bangun.. Hei.. Astaga badannya dingin sekali, tapi dia masih hidup.."

Biar aku gendong sajalah, dia pasti kedinginan semalaman tertidur di sini. Selama bertahun-tahun aku baru melihat penjaga pulau sebodoh dia. Apa yang dia pikirkan, benar-benar hilang akal.

"Enteng sekali badanmu, kau makan apa sebenarnya? Kenapa kau tidur diluar sih? Apa kau sudah gila? Aku saja merasa kedinginan dengan baju berlapis ini dan kau hanya menggunakan kaus, aku tidak habis pikir"

Krist menggendong Singto ala bridal style, untung jarak rumahnya dekat jadi Krist tidak akan kesusahan. Ia membuka pintu rumah itu dan membaringkan Singto di ranjang kayu. Menyelimutinya namun selimutnya sangat tipis, ia membuka lemari pakaian untuk melapiskan selimut itu.

Stay Here [Completed] - SINGTO×KRISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang