Minggu pagi, Singto berkebun bersama Bibi Aom. Ia terlihat lebih cerah dari sebelumnya, tak ada lagi bulir bening yang mengalir. Sembab di matanya kini telah hilang.
Bibi Aom mengajari Singto merawat tanaman, bagaimana membuatnya tetap subur dan terus tumbuh, seperti cintanya pada Paman Wang, tak akan pernah mati. Singto jadi melupakan rasa dukanya dan juga soal Krist, ini membuat hatinya sedikit membaik. Apakah perasaannya untuk Krist akan terbalaskan dan menua bersama seperti Bibi Aom dan Paman Wang?
Tak akan baik tinggal seatap dengan seseorang yang kusukai, bahkan aku tidur dengannya. Aku akan pindah saja, untung gajiku lumayan cukup untuk menyicil rumah. Walaupun sederhana, itu sudah lebih dari cukup untukku. Aku harus membicarakan ini dengan Bibi Aom.
"Hmm.. Bibi, sepertinya aku akan membicarakan sesuatu, dengan Krist juga.."
"Mau membicarakan apa Singto..?"
Krist datang membawa nampan minuman dan beberapa mangkuk camilan, ia menginterupsi pembicaraan mereka.
"Maaf aku mengganggu kalian, aku sudah membuatkan kalian minuman dan beberapa camilan"
"Kalo gitu, kita bicara di teras saja Singto", Bibi Aom mengajak Singto untuk duduk bersamanya.
" Krist, ambillah kursi satu lagi, Singto ingin berbicara"
Bicara? Tumben sekali, kenapa perasaanku tiba-tiba sedikit tak enak ya.
"Ada apa Singto?"
"Begini Bibi, Krist.. Aku sepertinya akan tinggal sendiri.. Lagipula, gaji dari Paman Wang sangat cukup untuk menyicil rumah.. Aku tau Bibi Aom dan Paman Wang tak akan keberatan kalau aku terus tinggal di sini, tapi aku ingin memulai kehidupanku.."
"Apa kamu sudah yakin Singto?"
"Iya bibi, beberapa hari lalu aku sudah melihat-lihat rumah di perumahan dekat restoran.. Sepertinya aku akan tinggal di sana"
Apa ini karena dia menyukaiku? Tapi kenapa harus pindah? Apa karena aku tak juga menjawabnya? Bukannya dia sendiri yang bilang kalau tak perlu dijawab, bagaimana sih.
"Kalau memang sudah yakin dengan keputusanmu, bibi tak akan melarang.. Teruslah jaga dirimu dan jangan lupakan kami.. Pintu rumah kami selalu terbuka untukmu.."
"Iya Bibi, Krist.. Sebelumnya aku sangat-sangat berterimakasih pada Krist, Paman Wang, dan juga Bibi Aom, kalian bertiga adalah sebab kenapa aku masih nenghirup udara di sini.. Jika tak ada kalian, mungkin aku sudah tak ada.. Aku bahkan tidak bisa membalas kebaikan apa yang harus ku berikan pada kalian"
"Sudahlah.. Tak perlu dipikirkan Singto, teruskanlah hidupmu.. Dengan sering berkunjung ke sini, itu sudah membuat kami merasa bahagia"
"Kapan kau pindah Sing?"
"Sepertinya mulai besok, Krist.. Nanti sore aku akan pergi untuk mengurus rumah"
"Sendirian? Bersama Krist saja.. Krist, mau kan temani Singto?"
"Tentu saja mae..", Ucap Krist sambil tersenyum.
***
Singto menaiki bus langganannya bersama Krist. Mobil Paman Wang sebenarnya ada di rumah karena tak dibawa bekerja, tapi Singto ataupun Krist tak bisa mengendarainya. Ini membuat mereka kemana-mana menggunakan kendaraan umum.
Langit sore khas perkotaan menjadi pemandangan satu-satunya di sini. Dijam pulang kerja, jalan raya akan sangat macet. Mereka bahkan sudah berangkat sejak jam 4 sore, ini sudah 2 jam lamanya hingga langit berubah warna tak juga menghilir hingga ke tujuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Here [Completed] - SINGTO×KRIST
Fanfiction[Boys Love] Seorang pemuda bernama Singto Prachaya ditugaskan untuk menjaga sebuah pulau yang ternyata menganut aliran sesat. Di sana, Singto bertemu dengan anak penduduk desa yang bernama Krist Perawat yang ternyata memiliki keinginan yang sama unt...