Di teras rumah kediaman Khun Wang. Pasangan yang harmonis hingga tua itu sedang membicarakan suatu hal. Ditemani dua gelas teh hangat, sambil memandangi bunga-bunga yang bermekaran di taman, suasana sore hari jadi begitu nyaman karenanya.
"Wang, kau mengambil cuti berapa lama?"
"2 bulan, oh iya.. 5 tahun lagi sepertinya aku akan pensiun, Aom.."
"Iya Wang, umurmu saat ini sudah genap 50 tahun.. Kemana kita akan mewariskan sisa harta kita, kita bahkan tak punya anak dan saudara"
Bibi Aom kemudian menyeruput tehnya. Keduanya memang sama-sama anak tunggal, bahkan mereka juga tak punya anak. Itu membuat mereka merasa hidup sendirian selama ini. Khun Wang sangat sibuk selagi muda, ia pergi dari pulau ke pulau untuk mengantarkan penumpang, sehingga tak sempat untuk memiliki waktu lama berdua dengan istrinya. Untuk mengadopsi anakpun belum sempat juga, karena Khun Wang membuka beberapa restoran saat itu jadi Bibi Aom yang meng-handle semuanya. Pada saat Khun Wang cuti-pun dipenuhinya dengan mengurus restoran-restoran itu bersama istrinya. Hari-hari muda mereka dihabiskan untuk bekerja hingga tak punya waktu untuk memikirkan anak. Ketika sadar umur tak lagi muda dan tak memiliki siapapun, barulah terasa jika mereka tetap membutuhkan seorang anak atau setidaknya teman mengobrol di rumah. Seperti percuma memiliki segalanya tapi merasa sendirian.
"Wang, pengadopsi Krist akan dihukum mati.. Apakah kita bisa mengambil alih?"
"Kita sewa pengacara untuk itu, besok kita urus sebelum pria busuk itu mati.."
"Benarkah??", Bibi Aom sangat bersemangat mendengarnya.
"Tentu saja..apapun itu demi membuatmu bahagia, aku akan melakukannya selagi masih dalam hal baik"
"Aku sangat-sangat mencintaimu Wang, aku tak pernah salah memilih mu", Bibi Aom tersenyum dengan sangat lebar pada Khun Wang.
Sore itu mereka habiskan untuk berbincang-bincang soal masa lalu yang telah banyak mereka lewati. Khun Wang terlihat sangat mencintai istrinya, terlihat jelas dari sorot matanya begitu juga sebaliknya
***
Hari dimana tetua desa menjalani hukuman mati pun tiba. Khun Wang beserta istri melihatnya untuk yang terakhir kali. Mereka tak mau mengajak Krist dan Singto, karena ada hal yang harus diurus selain melihat tetua desa mati.
Kini pengalihan hak asuh Krist sudah jatuh pada Khun Wang dan istrinya. Bibi Aom sangat senang dan tak sabar untuk bertemu Krist. Dia berkali-kali meminta suaminya untuk pulang dan berkendara lebih cepat.
Setelah 25 tahun lamanya, mereka memiliki seorang anak walaupun pengalihan hak asuh. Itu tak membiarkan Krist dipandang sebelah mata, Khun Wang dan istrinya sangatlah baik dan menyayangi Krist seakan menyayangi anak kandungnya sendiri. Mereka telah menantikan hal ini sejak puluhan tahun.
Sesampainya di rumah, Bibi Aom lebih dulu masuk tanpa menunggu suaminya yang masih memarkirkan mobil di garasi.
"Kriisstt..! Kriisst..!", Bibi Aom setengah berteriak mencari Krist.
Terlihat Krist dan juga Singto sedang memasak makan malam untuk mereka. Itu semakin membuat Bibi Aom yakin jika ia tak salah mengambil pengadopsian Krist.
"Iya Bibi Aom..? Ada apa?"
"Mulai sekarang kamu panggil aku Mae ya, kamu sudah menjadi anakku dan Wang.. Kami telah mengambil alih hak asuh mu dari tetua desa itu.."
"Hah? Apa benar?", Mata Krist membulat dan berhenti dengan kegiatannya karena sangat terkejut.
"Benar Krist, mulai sekarang kamu panggil aku Pho, awas saja memanggil Pria Tua..!", Khun Wang menyusul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Here [Completed] - SINGTO×KRIST
Fanfiction[Boys Love] Seorang pemuda bernama Singto Prachaya ditugaskan untuk menjaga sebuah pulau yang ternyata menganut aliran sesat. Di sana, Singto bertemu dengan anak penduduk desa yang bernama Krist Perawat yang ternyata memiliki keinginan yang sama unt...