𖠵៸៸ ❛ ⁴ ' tacenda જ fushiguro megumi ⸝⸝

717 87 10
                                    

𓏲࣪ ،، Tacenda ˊˎ-

"In the end, I still can't say it."

🦋ꪶ Fushiguro Megumi x You ˒༢

⌨ ⋮ Jujutsu Kaisen © Akutami Gege

✎ ⋮ Story © BadassMochi

────────────

Mimpi yang semalam lelaki itu lihat rasanya sungguh nyata. Masih terasa di setiap permukaan kulitnya kala ia menatap ke luar jendela. Di mana salju tengah turun di saat senja menampakkan diri.

Wajahnya yang sering kali tertawa karena hal sepele terbayang-bayang di dalam kepalanya. Bak kaset yang terus berputar dan tak pernah berhenti. Sesekali dirinya larut dalam bayangan sang kirana. Ah, tidak. Selamanya ia terbayang-bayang di sana. Dengan paras ayu milik gadis itu di dalam pikirannya.

"Rawr!"

Geraman yang berasal dari belakangnya mengejutkan si jejaka. Ditolehkan kepalanya, di mana gadis yang sejak tadi ia pikirkan sedang berdiri di sana. Dengan wajah jahilnya yang menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.

"Apa yang kau pikirkan, Megumi?"

Lelaki berjenama Megumi itu hanya diam, kemudian menggeleng. "Tidak, bukan apa-apa, (Y/n)."

Sebelah alis (Y/n) pun terangkat. "Kau yakin? Wajahmu tidak berkata sesuai ucapanmu."

"Ya. Aku yakin."

Tanpa berkata lebih lanjut, Megumi beranjak ke dapur. Mengabaikan (Y/n) yang juga mengikuti langkahnya ke sana. Sepertinya lelaki itu ingin memasak makan malam. (Y/n) pun mengetahuinya. Maka dari itu, ia memilih untuk membantu. Toh memang sudah seharusnya mereka saling menolong karena tinggal di satu atap yang sama.

"Kau ingin makan apa untuk malam ini?" Megumi pun bertanya seusai ia menggulung lengan sweater berwarna navy yang ia kenakan. Tangannya kini beralih mengambil apron yang menggantung di sudut dapur.

"Apa saja. Semua masakan Megumi selalu enak," jawab (Y/n) dengan wajahnya yang normal. Tak ada senyum, tak ada cengiran di bibirnya. Namun, matanya menyiratkan ketenangan juga kebahagiaan yang fana.

"Baiklah."

Selama beberapa saat Megumi memunggungi (Y/n). Sementara gadis itu berdiri di belakangnya. Manik (e/c)nya menyorot teduh ke arah lelaki itu. Seiring dengan langit di luar sana yang perlahan berubah menjadi malam yang gelap.

Tungkai kakinya perlahan melangkah mendekat. (Y/n) melingkarkan kedua lengannya pada perut milik Megumi yang terasa keras akibat otot-otot perutnya. Seketika keduanya terdiam dengan posisi demikian. Megumi terlampau membeku di tempatnya berdiri. Ia baru saja memasukkan sayur kol ke dalam panci berisi sayur-sayuran lain.

"Hei, Megumi."

Yang dipanggil masih diam. Mulutnya terkatup rapat dan tak mengucapkan apapun. Sementara yang memanggil pun tak berniat untuk berkata lebih lanjut. Membiarkan panggilannya itu lenyap ke udara.

"Kau sudah tahu, 'kan?"

Diam masih dilakukan oleh Megumi. Bunyi kompor yang dimatikan terdengar. Sampai tiba-tiba lelaki itu berbalik dan mengunci pergerakan (Y/n) di atas permukaan meja makan yang kosong. Keduanya saling bersitatap. Sekali lagi, membiarkan waktu merangkai bunga.

"Mengapa kau diam saja, Megumi? Tolong jawab pertanyaanku," ujar (Y/n) lagi. Berusaha membuat Megumi mengatakan apa yang ingin ia katakan padanya. Meskipun mustahil dan mungkin akan menyakitkan, setidaknya gadis itu tahu. Apa yang dipikirkan oleh Megumi sama atau berbeda dengan dirinya.

"Maaf, (Y/n)."

Megumi justru mendekatkan wajahnya di sisi wajah (Y/n). Namun, pandangannya tetap ke bawah, menghindari tatapan gadis itu. Telapak tangan (Y/n) yang dingin dan mulai pucat ditaruh di atas punggungnya yang tegap.

"Tidak. Maaf, Megumi. Maaf. Maafkan aku," ujar (Y/n) dengan air mata yang ikut hadir di tengah percakapan mereka. Isak tangisnya itu terdengar pilu seiring dengan tetes-tetes air mata yang mengalir.

Megumi justru menggeleng. Entah untuk apa gelengan kepalanya itu. Namun, wajahnya yang tak dapat terlihat menjadi saksi bisu atas isak tangis (Y/n).

"Aku tahu, namun aku memilih untuk diam. Aku juga tahu, namun aku tidak ingin melepaskan dirimu. Karena itu, sekali lagi, kumohon tetaplah di sini, (Y/n)," ujar Megumi pelan. Kedua tangannya sudah mendekap tubuh gadis yang kini hanya sanggup tergugu. Tak mampu berkata-kata meskipun atmanya masih berada di sana.

"Tidak, Megumi," sahutnya.

Kembali Megumi menggeleng. Tidak, ia tidak ingin melepaskan (Y/n) begitu saja. Semudah itu. Mungkin memang inilah yang terbaik bagi mereka berdua. Namun, raganya menolak. Menolak untuk melakukan hal tersebut.

"Tolong lupakan aku, Megumi. Ingatlah, bahwa aku sudah tak berada di dunia yang sama denganmu lagi."

Hingga detik terakhirnya, di saat raga milik (Y/n) perlahan lenyap, Megumi masih tak mampu mengatakannya. Dirinya terlampau kaku, diam. Terpaku di atas permukaan lantai. Lebih tepatnya, ia memilih untuk menyimpannya rapat di dalam relung hati.

"Aku mencintaimu."

Pada akhirnya, untaian kata itu berhasil diucapkan. Meskipun gadis yang ia cintai telah menutup halaman terakhir bukunya.

━━━━━━━━━━━━━━━━

⸙;; Arafura_Chiyo ⊱

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⸙;; Arafura_Chiyo

Thank you for your request, sweetie!! ♡

I luv ya!
Wina🌻

04.01.22

REQUEST'S CLOSED ━━ # . 'Rêveuse ✧ Your HusbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang