•••
Dulu, Jimin hanya anak kecil yang tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Jimin muak. Bahkan hanya dengan beberapa kali mendengar ocehan tidak penting saudara-saudara Uncle-nya yang selalu membicarakan apapun yang membuat Jungkook terlihat buruk.
Jimin tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Jungkook ketika mendengarkan caci maki mereka tiap waktu.
Dan rasanya sudah sangat cukup.
Jungkook, adik kecilnya itu...
Tidak boleh lagi mendengar omong kosong orang-orang itu karena Jimin sudah tahu apa yang harus dia lakukan.
"kabur saja Jungkook"
"Jauhi mereka, buktikan kalau mereka benar-benar menerimamu.. kalau kamu tidak mau pun. Aku yang bakal menyeretmu sendiri tinggal bersama kami di mansion Daddy"
Saat itu dia sedang dikuasai amarah.
Mendengar apa yang terjadi di mansion paman dan bibiknya beberapa waktu lalu.Jimin marah bukan hanya karena Jungkook yang di sakiti terang-terangan seperti itu. Dia sangat marah karena para sepupunya masih saja bodoh.
Seokjin, sejak awal yang dia pedulikan hanya Jihoon. Jihoon saja sudah cukup.
Yoongi, terlalu sibuk dengan dunianya sendiri.
Namjoon memang orang yang tegas, baginya, semuanya harus ada di tempatnya. Ketika orangtuanya membawa presensi baru yang tiba-tiba masuk kedalam sirkel hidupnya, Namjoon tidak bisa menerimanya begitu saja.
Taehyung yang labil berada diantara peduli dan tidaknya, sikapnya kebanyakan terpengaruh dari saudara-saudaranya yang seolah menolak Jungkook.
Mereka memang bodoh.
Dan rasanya sudah sangat cukup.
Jimin tidak akan lagi tinggal diam.
Karena itu dia menyusun rencana, melakukan semuanya sendirian.
Apartment dan semua perlengkapan Jungkook disiapkan dari jauh Hari, untuk menjauhkan Jungkook dari mereka.
Dan rencananya itu berhasil. Jungkook tidak bisa dilacak selama lebih dari dua minggu, bahkan oleh Daddy-nya sendiri.
Hingga kemudian Dia sendiri yang memberitahu Alex, tentunya tidak serta merta secara langsung.
Alex yang tengah gusar menanti laporan dari suruhannya yang sedang mencari Jungkook saat itu dibuat tercekat.
Butuh beberapa saat bagi Adik mendiang Tiffany itu agar menangkap maksud anak bungsunya.
Sampai dia terdiam begitu akhirnya menyadari clue yang diberikan Jimin.
"Jimin kakak yang baik kan Daddy ? Menjauhkan Jungkook dari orang-orang jahat ?"
"Tapi mereka tidak jahat, boy. Hyung-hyungmu itu hanya belum sadar"
"Kalau begitu Ayo buat mereka sadar"
Sementara diantara mereka semua, ada Hoseok yang tahu semuanya.
Hoseok memilih untuk diam dan mengawasi secara langsung.
Mengawasi bagaimana saudara-saudaranya diselimuti oleh penyesalan perlahan-lahan.
.
.Back in nowtime.
Malam, Pukul 3 dini Hari, Jungkook terbangun dengan Jantung berdegup kencang.Si bungau merasa seluruh dunia berputar, pening pada kepalanya semakin menjadi begitu telinganya menangkap suara rintik hujan di luar sana.
Tangan dan kaki mulai terasa dingin, dengan titik-titik keringat muncul di dahinya.
Jungkook lagi-lagi dibuat kalah dengan ketakutannya sendiri.
Hujan selalu berhasil membangunkannya, tidak peduli selelap apapun dia tertidur.
Kurang lebih semeter darinya, Taehyung mengernyit, terbangun dari tidurnya begitu telinganya menangkap samar isakan lirih.
Taehyung perlahan bangkit, mencari sumber suara yang ternyata sangat dekat.
Dia menyalakan lampu dan mendapati adiknya berusaha menutupi kepalanya dengan bantal.
Dengan cepat Taehyung mendekat.
"Jungkook.. ?"
Hujan semakin deras, kilatan petir beberapa kali memecah langit diluar sana.
Jungkook semakin gelisah.
Taehyung yang sontak ikut berdiri saat tiba-tiba sang adik ingin turun dari ranjangnya, dengan sigap menahan si bungsu yang ingin pergi.
"Hey.. tenang- Jungkook.. kamu kenapa ?!"
Taehyung yang kebingungan lantas memanggil Jimin yang tertidur di sampingnya tadi.
Jimin yang terbangun menatap keduanya lantas dengan cepat menghampiri.
Memeluk si bungsu yang panik ketakutan.
Diluar, gemuruh petir seakan membelah langit hingga menghasilkan kilatan cahaya.
Jimin bisa merasakan tubuh Jungkook yang gemetar hebat.
"Jangan takut... Jungkook nggak papa.. Jungkook nggak sendirian, lihat ? Hyung disini, ada Tae Hyung juga, Kami disini untukmu, dek"
Bisikan penenang Tak pernah surut terucap dari Jimin, sementara Taehyung terdiam didepan keduanya, masih berusaha untuk mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
Setelah Jungkook kembali tenang dan susah payah dibuat kembali terlelap. Taehyung menarik Jimin keluar dari ruangan itu.
"Jangan sembunyikan apapun lagi, Jimin.. Please"
Taehyung bersumpah, dia tidak pernah merasa seterkejut ini sebelumnya, ini pertama kalinya dia memohon pada sepupu sepantarannya itu.
"Jungkook punya trauma"
Jimin berujar ringan, menatap lekat pada lawan bicaranya.Dia tersenyum remeh pada sepupunya sepantarannya itu ketika kalimatnya membuat Taehyung terdiam.
"Well, Hujan bukan satu-satunya kalau mau tahu.. kamu pasti tidak sadar. Tapi menurutmu, kenapa dia bersikeras tidak mau kembali kemari dan menemui nenek dan bibik-bibikmu yang gila harta itu ?"
Taehyung terduduk lemas, tercekat dan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Trauma ? Jungkookie ?"
Jimin mendengus, mendadak merasa kesal. Jika pembahasan ini dilanjutkan, mungkin mereka akan berakhir baku hantam nanti.
"Sudahlah, Just admit it.. kalian memang tidak pantas buat Jungkook"
Tak jauh beberapa meter dari mereka, Kim Yoongi mengeratkan rahangnya.
Sesuatu seakan menghantamnya hingga dia tercekat saat ingatannya akan perkataan sang Bunda berputar di kepalanya.
"Adek Kookie gemes banget ya Yoongi hyung. kalo ada hujan, pasti larinya ke kamar ayah bunda"
Malam ini, Kim Taehyung & Kim Yoongi tertampar dengan fakta-
Mereka memang tidak tahu apapun tentang Jungkook.
•••
Dikit lagi end lho ini booknya🌞
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Naughty Bunny - JJK x BTS
Fanfiction"Halo dek, makin gembul aja. Jangan main dijalan lama-lama ok, nanti manisnya dibawa angin" "Hiiiih.. siapa ya, Kenal ?" Taehyung terbungkam seketika. Terdiam Menatap Jungkook dan teman-temannya yang melongos dengan santai. Sesaat kemudian, senyumny...