Selamat membaca~
Axel memegang stir erat, ia mengendarai dengan kecepatan tinggi membuat pengendara lain menjauh dari mobilnya dan bahkan ada yang mengira jika yang mengendarai mobil ini sedang mabuk.
"Jangan bikin saya khawatir, Mita" gumam Axel dengan lirih.
Matanya terpejam sejenak ketika mengingat berita itu rasanya hatinya sangat hancur. Tidak mungkin istrinya begitu saja meninggalkannya.
Pikirannya sudah berkalut. Axel memberhentikan mobilnya ketika sudah sampai di lokasi kejadian dengan tergesa gesa ia menghampiri kerumunan orang.
"Maaf pak, bapak dilarang masuk di area sini" ujar pak polisi.
"Saya mau menemui istri saya pak" sahut Axel yang tetap nekat mendekati mobil pra Korban yang sudah ditumpuk.
Axel tak mau mengubris sahutan para polisi, ia tetap dengan tujuannya memastikan jika plat nomor mobil yang diucapkan penyiar berita itu salah, tidak benar.
Seketika matanya kian memerah. Bulir panas membasahi pipinya dengan deras, namun tak ada suara sama sekali. Sangat sesak rasanya.
Axel menggelengkan kepalanya, tak percaya melihat plat mobil yang sangat amat mirip dengan mobil yang dibawa istrinya.
Axel meraih potongan kain bewarna putih yang sudah kotor oleh bercak darah, dengan tangan yang gemetar ia terkulai lemas disana. Salah seorang polisi menghampirinya dan langsung mengusap punggungnya.
"Ikhlaskanlah pak, mungkin ini sudah takdir" ucap polisi itu.
Axel menatap polisi itu dengan sarkas. "Jangan berucap kalimat seperti itu di telinga saya!" Tegas Axel. "Istri saya masih hidup, dan anda tidak berhak sekalipun berkata seperti tadi!" Setelah itu ia berlalu meninggalkan lokasi tempat kejadian.
"Cepat temukan istri saya, jika tidak kalian tau sendiri akibatnya" Axel memutuskan panggilan lebih dulu. Terlihat dari mata tajamnya yang menyorot kesedihan.
******
Mira sedari tadi tidak berhenti menangis didalam pelukan suaminya, Jody. sejak Axel memberitahukan langsung pada mertuanya disitu Jody dan Mita terkejut mengetahui jika anaknya mengalami kecelakaan beruntun dan tewas dilokasi.
"Pih... Mita..." Lirih Mira.
Axel mengalihkan pandangannya ke arah lain, merasa tak sanggup melihat
Pemandangan yang membuat matanya panas.Begitupun Jody, ia benar-benar merasakan kesedihan yang mendalam mendengar kabar yang tak mengenakkan hati pada anaknya. Sungguh rasa sakitnya 20 kali lebih hebat melebihi ditusuk oleh ribuan anak panah.
"Tenang Bun, ikhlaskanlah Mita" ucap Jody. Mira menggeleng didekapan sang suami. Tangisnya semakin kejar.
"Nggak pih... Mita belum matii" elaknya.
Jody menghela nafasnya. matanya beralih menatap menantunya. Ia juga merasakan apa yang dirasa oleh mantunya. Ia jadi tak terbayang nanti saat ajal menjemputnya dan harus meninggalkan anak dan istrinya, rasanya begitu sulit untuk diterima oleh hati.
Tiba tiba ponsel yang di genggam Axel bergetar pertanda panggilan masuk. Axel beranjak dari duduknya lalu berjalan keluar, setelah itu ia mengangkatnya.
"Mas, mas sekarang dimana? Kok sekarang nggak ada disamping ku"
"Maaf Ly, mas nggak bisa menemanimu disana" ucap Axel.
"Berarti Lily disini sendirian ya mas?"
"Iya ly, nanti mas kirim orang buat jagain kamu. Mas juga udah bilang mama dan mungkin mama besok kesana" ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer || On Going ||
Teen FictionStart: 6/12/21. End:? Jangan lupa tinggalkan jejak in here! ⚠️ DILARANG KERAS UNTUK PLAGIARISME⚠️