"Alden, habis makan bantuin Abi berberes rumah yah." Pintah Abi yang telah mencuci piring bekas makannya tadi. "Abi mau ke nikahan tante Dini, sekalian bantuin Abi nyuci kalo boleh."
"Iya Bi." Jawabku. "Tapi, bukannya nikahannya tante Dini seminggu lagi Bi?" Tanyaku. Aku heran, tadi ibu Jum juga ingin kesana, sekarang Abi ikutan kesana, padahal hari H-nya masih lama.
"Itu resepsinya, hari ini dia nikah secara agama." Jelas Abi yang membuat mulutku membulat, oh ternyata seperti itu. Sudah lazim di kampung kami antara resepsi dan pernikahan secara agama diadakan pada hari yang berbeda. Pernikahan secara agama tak seramai saat resepsi, biasanya hanya dihadiri sanak keluarga atau para tetangga. Abi sendiri dan tante Dini adalah teman seangkatan, mereka cukup dekat dari penglihatanku sejauh ini.
Setelah mandi dan berganti baju, Abi menuju rumah mempelai. Rumahnya cukup jauh dari rumah kami, paling ujung kampung ini.
Setelah Abi pergi, aku melaksanakan perintah Abi, membersihkan rumah, mulai dari nyapu, ngepel, cuci piring, hingga mencuci pakaian. Aku bukan dijadiin babu yah, emang kami tak punya pembantu rumah tangga. Selama ini, pekerjaan rumah dikerjakan Abi sendiri. Paling juga dibantu tante Rani, tapi karena dia sedang hamil, jadinya semua kerjaan rumah, Abi sendiri yang kerjakan.
Aku mengambil semua pakaian kotor di kamarku dan juga kamar Abi. Ternyata pakaian kotorku lebih banyak ketimbang pakaian kotor Abi.
Peralatan loundry di rumah kami lumayan lengkap, ada mesin cuci, pengering bahkan seterika uap. Abi paling anti memakai baju yang tak diseterika, dan mungkin menyeterika pakaian pakai seterika manual terlalu merepotkan dan menyita banyak waktu, makanya ia membeli seterika uap ini.
Saat ingin mencuci pakaian Abi, tiba-tiba pikiran jorok ini muncul lagi. Ada baju yang biasa Abi pakai ke kebun, yang tentunya bau keringat Abi pasti masih tertinggal di baju itu. Ada celana dalam Abi, banyak. Aku bisa puas mengendusnya, membaui aroma khas dari kejantanan Abi yang tersisa di celana dalam kotornya itu.
Ahh gila, aku memang sudah gila. Aku tak punya kendali untuk menghentikan apa yang kulakukan sekarang. Bau Abi terlalu membuatku candu, sehingga persetan dengan akal sehat itu.
Tubuhku rasanya dipenuhi adrenalin yang telah mempertajam seluruh indraku. Hormon-hormon seksualku bekerja hingga membuat kontolku menegang. Akhirnya, kumulai aksiku melakukan pertunjukanku meski masih pagi. Celana dalam Abi menjadi pemicu, menjadi bahan colian aku. Selain mengendusnya, aku gesek-gesekkan celana dalam Abi ke kontolku.
Aku sangat puas saat cairan putih kental kenikmatanku, tersembur keluar dari lubang kecil diujung kemaluanku. Cairan putih itu tertumpah diatas baju Abi yang kurentangkan. Aku membayangkan itu tubuh Abi. Ahhh puas banget.
Aku kembali melanjutkan kerjaan aku, memasukkan pakaian Abi ke dalam mesin cuci. Saat pakaian Abi hampir semuanya kumasukkan ke mesin cuci, aku menemukan satu celana dalam Abi yang tak biasa. Modelnya tetap segitiga sih, tapi bahannya terlalu tipis dan terlalu kecil. Warnanya juga terlalu nge-jreng, warna pink, warna pink. Why Abi? Why warna pink. Jangan-jangan Abi? Eih gak mungkinlah.
Tapi kalo aku bayangin Abi memakainya, mungkin seperti ini. Jangan di zoom yah😤😤😤
KAMU SEDANG MEMBACA
StepFather
RomanceSetelah ibunya meninggal, Alden memilih mengikuti Abi, ayah tirinya, untuk pindah ke kampung. Hidup Alden berubah setelah ia pindah ke kampung halaman Abi. Ia yang dulunya tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu apalagi ayah kini ia bisa dapat...