Hari telah berganti malam. Abi sudah sedari tadi sibuk di dapur menyiapkan makan malam untuk kami. Om julian yang baru saja mandi datang membantu Abi.
"Bisa masak sekarang Bi?" Tegurnya.
"Iya dong." Jawab Abi terdengar menyombongkan kemampuannya sekarang.
"Seingat gue dulu, elu gak bisa masak deh. Goreng ayam aja sampe gosong."
"Itu kan dulu, sekarang beda." Balas Abi. Abi telah memotong-motong sayuran, sudah menggoreng ayam juga.
"Diginiin doang ayamnya?" Tanya om Julian melihat ayam goreng Abi.
"Itu pake sambal entar." Jawab Abi.
"Eih, minggir ah. Biar gue aja yang selesaiin."
Abi mengalah, ia membiarkan Om Julian mengambil alih dapur. Abi tetap berdiri di sampingnya, membantu om Julian jika ada perlu selayaknya seorang asisten koki.
Sangat tidak enak menyaksikan pemandangan itu. Tapi aku tidak boleh lengah, aku tetap berada di meja makan, mengawasi om Julian agar tidak berbuat macam-macam kepada Abi.
Masakan om Julian telah jadi. Masakan Abi yang tadinya sederhana telah disulap oleh om Julian menjadk masakan yang menggugah selera. Ada ayam goreng saus mentega, sayur bokcoy saus tiram seperti yang biasa dibuat Abi, namun setelah di icip, rasanya lebih enak. Gurihnya pas, gak keasinan, bawang putih gorengnya pun gak pait. Selain itu masih ada tempe tahu dan sambel bawang buatan Abi.
Aku bisa makan dengan lahap malam itu, meski mataku harus tetap selalu mengintai om Julian. Usahanya yang terlihat selalu ingin mendekati Abi belum juga berubah. Membuatku jadi overthinking apa yang akan terjadi saat aku tidur nanti. Aku harus tidur bareng Abi, aku harus menjaga Abi dari lelaki mencurigakan itu. Tapi aku harus beralasan apa supaya bisa tidur bareng Abi?
Beberapa hari lalu, ada seorang warga kampung yang meninggal dunia. Seperti biasanya, kampung akan menjadi horor di malam hari ketika ada orang telah meninggal dunia. Banyak cerita yang beredar bahwa akan ada banyak makhluk malam yang mengintai di malam hari. Aku akan pake aja alasan itu.
"Alden..." Terdengar Abi memanggilku dari kamarnya. Segera aku ke kamarnya dan mendapati Abi sedang tidur tengkurap di atas tempat tidurnya.
"Ada apa Bi?" Tanyaku.
"Tolong pijitin Abi." Jawabnya. Ia terlihat kecapean, tak ada alasan bagiku untuk menolak perintah Abi. Aku duduk di sisinya, mengambil minyak urut dan mengoleskan ke punggung Abi. Abi sudah tidak pakai baju saat aku masuk.
Aku mulai memijat punggung Abi, menggunakan teknik pijatan yang biasa kugunakan. Yah, ini bukan pertama kali aku memijat Abi.
Saat aku masih memijat Abi, om Julian melihat kami dan ia masuk ke kamar Abi. "Kenapa Bi, kecapean?" Tanyanya berdiri di samping tempat tidur. Om Julian ini tinggi banget by the way, Abi aja tingginya 179 masih kalah tinggi jauh dari om Julian. "Sini gue aja yang pijitan." Tawar om Julian kemudian merebut posisi aku. Aku tersingkirkan olehnya. Ia sekarang yang memijat Abi.
Membiarkan mereka berdua di dalam kamar dalam keadaan sedang memijat Abi, tentu saja tak akan ku biarkan. Aku tidak akan keluar dari kamar sebelum ia selesai memijat Abi. Aku memilih berbaring di samping Abi sambil mataku yang tak mau lepas dari om Julian. Sekali lagi, aku harus melindungi Abi, dan untungnya om Julian tak berbuat macam-macam. Sepertinya memang aku yang terlalu over thinking.
"Udah. Makasih yah." Ucap Abi setelah merasa badannya terasa lebih enak dan om Julian pun tak lagi memijat Abi.
Aku pura-pura tertidur saat ia selesai memijat Abi. Melihat aku tertidur di samping Abi, membuatnya bertanya-tanya. "Alden tidur bareng elo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
StepFather
RomanceSetelah ibunya meninggal, Alden memilih mengikuti Abi, ayah tirinya, untuk pindah ke kampung. Hidup Alden berubah setelah ia pindah ke kampung halaman Abi. Ia yang dulunya tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu apalagi ayah kini ia bisa dapat...