delapan

36.6K 1.2K 30
                                    

Ahh akhirnya aku bisa bernafas lega, ujian kenaikan kelas sudah tiba. Itu artinya tak ada lagi les di sore hari, tak ada lagi ibu Yana yang makin haru rasanya mengganggu ketentraman hidupku. Sepertinya ia sangat berharap untuk balikan dengan Abi, dan lebih berharap lagi mamanya, ibu Jum. Ia makin santer mendekatkan anaknya dengan Abi dan tentu saja, aku yang selalu menjadi objek sasarannya.

Kesal juga sih lama-lama dengan ibu bermuka dua itu. Didepan mata, ia begitu baik denganku, sangat perhatian, pas di belakang, ia selalu menganggap rendah aku dengan statusku yang hanya sebagai anak tiri Abi. Belum lagi ucapan kalo aku ini anak haram, paling kejamnya, aku dibilang anak yang telah membunuh ibunya, jahat banget deh pokoknya. Bagaimana aku bisa memberi restu jika belum apa-apa aja, udah sejahat itu. Padahal kesan pertama aku, meski aku tak suka, aku menganggap dia tetap sebagai sosok yang protagonis. Ternyata makin kesini, makin ketahuan karakter antagonisnya.

Ahh lupakan tentang sosok ibu dan anak pengganggu itu. Aku tetap berpegang teguh dengan ucapan Abi bahwa ibu Yana tak memiliki peluang satu persen pun untuk menjadi ibu tiri aku. Aku percaya Abi.

Sekarang aku harus fokus ujian, aku harus menunjukkan hasil les marathonku selama sebulan terakhir ini. Aku harus masuk sepuluh besar, aku harus bikin bangga Abi, agar aku makin disayang Abi.

Ujian dilaksanakan satu minggu full, dan kurasa, hasilnya tidak akan membuat aku kecewa. Aku bisa menjawabnya dengan lancar, tak begitu sulit, dan saat pengulangan pun, tak ada satupun namaku tertulis di setiap mata pelajaran. Tinggal menunggu hasil, apakah aku bisa masuk sepuluh besar atau tidak.

Untuk pertama kalinya di sekolahku, pengambilan raport harus diwakili oleh orang tua atau wali siswa. Entah karena apa, semoga ini bukan pengaturan ibu kepala sekolah. Karena aku hanya punya Abi, tentu saja tak ada orang lain selain dia yang datang mengambilkan rapor aku.

Sekolah tiba-tiba heboh saat hari pengambilan rapor. Entah sumber kehebohan itu karena apa. Tetapi dilihat dari banyaknya kaum betina yang heboh sudah pasti penyebabnya adalah cowok. Siapa? Mungkin salah satu wali murid? Gak mungkin bapak-bapak kan yah? Ya kali mereka kesemsem sama om-om.

Aku baru tahu sumber kehebohan itu, saat teman sekelasku mengusikku. "Eh Al, ayah kamu cakep banget." Ucapnya terlihat seperti ikan yang terklepek di darat.

Ternyata sumber kehebohan itu adalah Abi. Abi terlalu mencolok diantara semua orang tua siswa yang datang. Bayangin, kami semua direntang umur 15 tahunan keatas, seharusnya orang tua kami sudah berkepala empat. Abi terlihat paling muda diantara orang tua siswa. Bukan hanya muda, Abi terlalu keren diantara mereka semua. Abi mengenakan kemeja slim fit berwarna putih yang lengannya digulung sampai ke siku, hingga bisa menunjukkan tangan kokohnya. Kaki bajunya di masukkan ke dalam celana. Celana yang digunakan Abi seharusnya tak cocok digunakan untuk acara seperti ini. Namun karena celana ripped jeans itu yang membuat Abi makin keren. Supaya terkesan formal, Abi memakai sepatu pantofel berwarna coklat. Betapa stylishnya Abi untuk ukuran orang tua yang ingin mengambil raport anaknya.

 Betapa stylishnya Abi untuk ukuran orang tua yang ingin mengambil raport anaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
StepFatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang