duabelas

28.4K 1.1K 64
                                    

Aku mengganti bajuku dengan baju tidur sebelum tidur di kamar Abi. Aku sudah tak sabar mendengar cerita yang akan di ceritakan Abi. Kira-kira tentang apa yah? Tentang hubungannya dengan om Julian? Jangan ini ah. Atau Abi mendengar curahanku semalam? Eih gak mungkinlah, jangan buat aku jadi deg-degan gini.

Sebelum masuk ke kamar Abi, aku harus ke kamar mandi dulu, sikat gigi sebelum tidur. Abi terlalu cerewet jika menyangkut kebersihan diri. Abi meski tinggal di kampung, kerjanya bertani, tiap hari kena matahari, ia sama sekali tak pernah abai tentang kebersihan dan perawatan diri. Liat aja pas aku masuk, Abi sedang di depan cermin, mengoleskan wajahnya dengan serum dan juga krim perawatan kulit. Aku sendiri tak seribet itu sih, aku tidak memakai produk perawatan kulit sebanyak itu, hanya sebatas krim pencuci wajah. Aku masih muda, belum saatnya kulitku terpapar dengan produk-produk kimia itu.

Aku langsung naik ke atas tempat tidur. Posisiku kembali seperti semula, di sisi tempat tidur yang menempel ke dinding. Aku tak langsung tidur, aku bersandar di headboard sambil memainkan ponselku. Aku harus menunggu Abi menyelesaikan rangkaian perawatan kulitnya demi mendengarkan cerita Abi. Namun sepertinya Abi lupa, kok ia belum cerita-cerita juga yah.

Abi juga tak langsung tidur, ia juga bersandar di headboard sambil memainkan ponselnya. Lampu utama sudah dimatikan, kini kamar hanya diterangi remang-remangnya lampu tidur. Biasanya sih Abi langsung tidur kalo lampu udah dimatiin. Apa ia menunggu aku tanya dulu?

"Abi..." Panggilku memalingkan wajah kearahnya.

"Mmm..." Abi hanya bergumam tanpa mengangkat kepalanya dari layar ponselnya. Liat apa sih Bi? Aku jadi kepo. aku memanjangkan leherku, mengintip layar ponsel Abi. Abi membuka facebook, sedang menjawab komenan orang di status barunya. Abi semenjak pulang kampung, ia tak memakai lagi instagram, akunnya ia block dan sekarang hanya punya akun facebook layaknya bapak-bapak kampung. Lucunya, mereka itu kadang rusuh di facebook, saling berdebat yang sebenarnya bukan urusan mereka. Dan paling lucu lagi, misalnya si Abi posting foto, kemudian di komen sama temannya, padahal mereka lagi nongkrong bareng. Masih banyak deh kelakuan pengguna facebook orang-orang kampung kami yang kadang membuatku geleng-geleng kepala.

"Bi..." Panggilku lagi yang sekali lagi, Abi hanya bergumam. "Kok om Arman bisa bisa meninggal sih Bi, padahal dia seumuran kan Abi?" Tanyaku penasaran, yang hanya dijawab Abi dengan jawaban yang membuatku kesal.

"Udah ajalnya kan." Jawabnya tanpa sedikitpun mengangkat kepalanya dari layar ponselnya. Ngeselin kan jawabannya? Gak salah juga sih, tapi maksud aku, apa gitu penyebabnya yang ilmiah, dia mungkin sakit, atau kecelakaan, atau apa gitu. Tapi yah udah lah, aku udah malas, Abi terlalu sibuk dengan teman facebooknya. Aku kesal, aku menurunkan badanku dan memunggungi Abi.

"Dih ngambek lagi anak Abi. Sini-sini." Abi mencoba menghiburku, ia menarikku kearahnya.

"Abi cuman balas komenan om Rian." Ucapnya memperlihatkan aku layar ponselnya. Aku pura-pura tetap kesal sambil melipat tanganku di depan dada.

Tunggu-tunggu, ini kok?
Aku jadi mesem-mesem, kesal tapi ingin ingin tersenyum lebar juga saat menyadari posisiku sekarang, aku terlalu dekat dengan Abi, kepalaku bersandar di lengannya.

"Abi, katanya tadi mau ceritain sesuatu ke Alden. Mau cerita apa sih Bi?" Tanyaku yang sekarang tak lagi kesal.

"Kamu mau dengar cerita apa?" Tanyanya balik Abi yang membuatku mengerutkan kening.

"Yah terserah Abilah. Kan tadi katanya, Abi punya banyak cerita yang seharusnya Alden dengar." Jawabku menirukan ucapan suara Abi.

"Yah itu, banyak. Alden mau dengar yang mana?"

"Ah Abi ah, php. Semuanya deh, Alden dengerin sampai pagi."

"Mau begadang lagi nih ceritanya?"

Wait....wait...wait, otakku masih loading.

StepFatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang