Aku bangun kesiangan hari ini. Semalam aku tidur jam tiga pagi demi melindungi Abi dari serangan om Julian. Sepertinya misiku berhasil, seharusnya Abi aman sampai ia bangun. Namun rumah kok sepi banget yah. Abi kemana? Om Julian juga tak ada.
Aku melihat jam, sudah hampir jam 11 siang. Aku kemudian menerka-nerka kemana perginya mereka. Biasanya Abi kemana di jam segini. Mungkin Abi ke kebun, tapi om Julian? Ahh aku gak ingin berburuk sangka, mungkin saja mereka ke rumah nenek.
Di meja makan, tersaji makanan yang seharusnya itu untukku. Aku langsung menyantapnya karena perutku memang sudah keroncongan sedari tadi. Setelah makan, aku tidur lagi, aku masih ngantuk dan ternyata aku terlelap tidur hingga jam 2 siang.
Saat aku bangun, Abi masih belum ada di rumah. Tidak ada tanda-tanda jika ia balik saat aku tidur tadi. Om Julian juga belum ada di rumah. Kemana sih mereka? Apakah mereka sedang pergi kencan. Yah, walaupun ini kampung, bukan berarti tak ada tempat kencan. Apapun bisa dijadikan tempat kencan di desa ini, yang bahkan akan lebih romantis dari sekedar kencan di restoran ataupun di bioskop.
Aku kemudian teringat dengan ucapan om Julian di meja makan semalam. Ia akan pulang hari ini. Aku langsung mengecek ke kamar yang sebelumnya di tempati olehnya, tak ada lagi barang om Julian di kamar itu. Untunglah kalo dia sudah pulang, tak ada lagi pengganggu di rumah ini. Tapi itu sepenuhnya tak membuatku lega. Abi kemana?
Aku keluar rumah, tak ada mobil Abi di garasi. Bisa kusimpulkan bahwa Abi sedang mengantar om Julian ke terminal atau bahkan mungkin ke bandara, bisa jadi, sudah sesiang ini, ia belum balik ke rumah. Aku sangat kecewa, ternyata di mata Abi mengantar om Julian lebih penting bahkan sekedar membangunkan aku. Hufffttt terima kenyataan Alden.
Sudah jam 2 siang? Aku harus ngapain? Aku masih malas untuk mandi. Makan pun rasanya malas jika aku yang harus menyiapin sendiri atau mungkin selera makanku belum kembali semenjak om Julian datang ke rumah kami. Yang kulakukan sekarang hanyalah duduk di depan komputer, bermain game online hingga sore telah menjelang dan Abi belum kembali juga.
Aku akhirnya memutuskan untuk ke rumah nenek. Namun saat sampai di sana, tak ada siapa-siapa juga di rumah nenek. Mereka kemana?
"Tante, nenek ke mana?" Aku bertanya ke tetangga rumah nenek.
"Eh bukannya mereka pergi melayat? Alden gak ikut?" Jawab tante Dira, tetangga nenek yang sangat ramah orangnya.
"Melayat? Emang siapa yang meninggal tante?"
"Sepupunya Abi kamu, om Arman. Kamu darimana sih Den, kok sampai gak tau?" Jelas rante Rani. Aku ga tau apa-apa karena aku baru bangun. Dan Abi juga tidak memberitahuku apalagi membangunkan aku.
Hah om Arman meninggal? Kok Alden gak dibangunin sih? Alden kan juga ingin melayat. Apa Alden gak dianggap lagi di keluarga ini?
Aku kemudian kembali ke rumah. Agak ngeri juga sih, sudah hampir malam dan aku hanya sendiri. Sesampai di rumah barulah aku menelpon Abi, aku enggan menelponnya tadi karena tak ingin dengar ia sedang mengantar om Julian.
"Halo Bi." Sapaku yang langsung dibalas Abi.
"Halo sayang, baru bangun?"
"Udah dari tadi." Jawabku sedikit ketus.
"Kok baru telepon Abi? Masih marah yah sama Abi?"
"Abi dimana?" Tanyaku tanpa menjawab pertanyaan Abi tadi. Bisa dibilang, aku memang masih marah sama Abi.
"Ini dari melayat. Udah tau kan kalo om Arman meninggal dunia?" Jawab Abi.
"Mmm tadi di kasih tau tante Dira. Kok Abi gak bangunin Alden?"
KAMU SEDANG MEMBACA
StepFather
RomanceSetelah ibunya meninggal, Alden memilih mengikuti Abi, ayah tirinya, untuk pindah ke kampung. Hidup Alden berubah setelah ia pindah ke kampung halaman Abi. Ia yang dulunya tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu apalagi ayah kini ia bisa dapat...