Setelah ibunya meninggal, Alden memilih mengikuti Abi, ayah tirinya, untuk pindah ke kampung. Hidup Alden berubah setelah ia pindah ke kampung halaman Abi. Ia yang dulunya tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu apalagi ayah kini ia bisa dapat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Uhh apa lagi kalo disorot makin kebawah.
______________ Hari minggu, aku membantu Abi di kebun. Pohon vanili Abi sekarang telah berbunga, dan tau gak, bunga vanili itu gak mau kawin kalo gak di kawinin. Harus bangun pagi-pagi, karena kalo matahari udah tinggi, bunganya udah akan layu. Belum lagi, kita harus ekstra hati-hati, jangan sampai putiknya patah.
Kebun vanili Abi lumayan luas, selain aku, ada om Ian membantu kami pagi ini. Kalo kawininnya benar, bunga vanili ini akan jadi buah lonjong-lonjong gitu, kek buncis, tapi besaran dikit.
Tau gak, harga sekilo vanili itu mahal banget, ratusan ribu. Belum lagi kalo yang sudah dikeringin dan diperam, harga sekilonya bisa sampai jutaan.
Selepas ngawinin bunga vanili aku dan Abi memetik sayur di samping rumah. Banyak sayuran yang di tanam Abi, ada bokcoi, kangkung, bayam, kacang panjang, labu, terong, tomat, banyak deh pokoknya, cabe juga ada. Abi juga menanam beberapa jenis tanaman rempah yang entah itu namanya apa, yang kutahu cuman sere doang, selebihnya aku gak tahu. Terlalu banyak dan sekilas, pohonnya sama semua.
Pagi ini kami memanen beberapa sayuran bokcoi saja, ini salah satu sayur favorit Abi, yang sekarang aku juga ikutan suka. Om Ian sendiri sedang memanjat pohon pete yang ada di belakang rumah. Pohonnya lumayan besar, buahnya tak begitu banyak, tapi om Ian rela manjat pohon gede itu demi istrinya yang sedang ngidam. Aku dan Abi sendiri tak suka pete. Pohon itu ada karena sudah memang ada saat Abi membeli kebun ini. Ia memilih tidak menebangnya karena nenek dan tante Rani sangat doyan dengan pete.
Tak banyak bokcoi yang kami panen, toh hanya untuk kami berdua. Kami juga memetik beberapa buah tomat dan juga cabe yang nantinya akan dibuat sambel. Saat ingin membawa masuk hasil panen kami ke dalam rumah, sebuah mobil berhenti di depan rumah kami. Mobil tipe MPV berwarna hitam. Aku nampak tak asing dengan mobil itu. Meski mobil itu katanya mobil sejuta umat, aku bisa bedain dan mengenali pemilik mobil itu. Tapi untuk apa dia datang sepagi ini di rumah kami?
Tebakanku benar, seorang wanita paruh baya turun dari mobil. Aku kenal wanita itu, wanita yang beberapa hari belakangan ini tiba-tiba perhatian banget sama aku.
"Pagi nak Abi." Sapanya melihat kami berdiri di depan rumah serasa sedang menyambut dia.
"Pagi bu." Balas Abi, sedang aku hanya menganggukkan kepala. Abi tak menanyakan maksud kedatangan ibu Jum pagi-pagi bertamu ke rumah kami, sangat tidak sopan. Ia hanya mempersilahkannya masuk, memperlakukannya selayaknya tamu "Mari bu, masuk."
"Gak usah-gak usah. Ini ibu mau kenikahannya Dini. Kebetulan tadi ibu masak banyak dan kepikiran sama nak Abi, jadi ibu sekalian bawain nak Abi ini." Ibu Jum memberikan rantang bersusun yang ia bawah.
Wait....wait.... Sepertinya ada yang salah. Nikahannya Dini katanya? Setahuku itu seminggu lagi. Nih ibu emang sengaja kan datang ke mari tentu saja, pake alasan ke nikahan orang segala.