empat

47.7K 1.3K 36
                                    

Sayangnya malam itu tak ada sinyalyang kudapatkan bahwa Abi sedang bermasturbasi, tak ada getaran ranjang yang kurasakan. Mungkin Abi telah melakukannya sebelum aku masuk, atau mungkin ia melakukannya saat aku tertidur atau mungkin lagi, ia terlalu lelah untuk melakukannya. Di kampung kami masih kental dengan budaya gotong royong, kemarin Abi membantu tetangga menanam padi. Mungkin ia terlalu lelah setelah membantu di banyak sawah milik warga.

Sungguh sangat disayangkan, aku tak dapat pertunjukan yang telah lama tak ku saksikan lagi. Sayang seribu sayang, entah kapan lagi, kesempatan ini akan datang lagi. Tidak mungkin aku harus tidur di kamar Abi setiap malam jumat. Kalo gitu, aku ketahuan dong.

Eh tapi apa-apaan ini. Aku seperti sedang mengalami...., mmmm entahlah ini apa. Sepertinya ada hal menyenangkan yang terlewat oleh ingatanku.

Aku sangat kaget saat bangun dari tidurku, tanganku berada pada tempat yang tidak seharusnya. Tanganku meremas dada Abi, aku meremasnya sambil tersenyum.

Saat aku membuka mata, betapa kagetnya aku saat menyadari apa yang telah kulakukan, terlebih Abi sudah bangun. Buru-buru, aku menarik tanganku. Aku sangat malu, aku brsembunyi di balik selimut.

"Udah bangun?" Tanya Abi sekedar basa-basi. Ia tersenyum, entah senyuman itu berarti apa. Meledekku?

"I..iya. Pagi Abi." Sapaku menurunkan selimut dari wajahku. Sejak kapan aku mengucapkan selamat pagi ke Abi.

"Pagi anak Abi." Jawab Abi dengan suara terdengar masih meledek. ia belum bangkit dari tidurnya. Ia bersandar ke headboard sambil menatapku. Senyumannya masih tetap merekah. Sudah jelas ia meledekku.

"Ta..tadi itu..." Ucapku terbata-bata. Aku ingin menjelaskan ke Abi, aku tak ingin ia salah paham, tapi aku tak tahu harus menjelaskanny bagaimana. Aku juga tak mengerti kenapa tanganku tiba-tiba ada di dadanya.

"Mmm Abi tau." Potongnya. "Duh, anak Abi udah besar."  Lanjutnya makin meledekku.

Hah? Maksud dia apa sih? Bukan yang seperti yang kubayangkan kan? Bolehkah aku salah paham?

"Aaku mandi dulu." Aku menyingkap selimutku dan berjalan ke luar ke kamar mandi. Aku berjalan sambil tertunduk, menghindari tatapan Abi.

"Mmm cepetan mandi. Jangan lupa mandi wajib yah. Celananya taro di keranjang, nanti Abi cuciin." Ucapnya saat aku keluar.

Langkahku terhenti saat mendengar kata mandi wajib.

Mandi wajib? Celana?

Aku melihat kebawah, astaga bekas apa tuh diselangkanganku, kok basah? Aku ngompol? Heh bukan, aku mimpi basah?

"Yeey anak Abi udah gede." Abi tertawa sambil bersorak saat aku menyadari apa yang terjadi denganku barusan.

Aku berlari keluar, sumpah aku malu banget. Meski dia ayahku, ini tetap memalukan. Mengapa harus mimpi basah pertamaku berada di kamar Abi? Mengapa harus Abi tau kalo aku mimpi basah?

Tunggu! Mimpi basah? Aku mimpi basah?

Aku ingat, katanya saat kita mimpi basah, kita akan memimpikan sedang ena-ena dengan seseorang. Lah kok aku gak ingat apa-apa yah.

Hei otak, bekerjalah! Coba ingat mimpi semalam. Ayolah, berikan aku ingatan.

Aku seperti orang bodoh, aku membenturkan kepalaku di tembok kamar mandi demi mendapatkan ingatan itu.

Bangsat lu! Tai lu! Payah banget sih, gak bisa ngingat apa-apa.

Aku berharap banget loh, dalam mimpiku, aku melakukannya dengan Abi. Aku bisa membayangkan tubuh kekar Abi menindihku. Aku bisa membayangkan, mulutku dipenuhi oleh kontol Abi yang gede. Aku bisa membayangkan keringat Abi jatuh bercucuran diwajahku saat ia menggagahiku. Ayolah berikan aku ingatan itu.

StepFatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang