14

1.6K 93 30
                                    

Kini Sehun telah tiba didepan rumah mewah milik Ibunya, ia turun untuk menemui sang Ibu yang mungkin sudah lama menunggunnya, karena pekerjaan Sehun hari ini sangatlah banyak.

Sehun menghampir sang Ibu, yang sedang duduk dengan pakaian yang sudah rapi. "Bu, apa sudah siap?"

"Sudah, kau ini lama sekali," omelan mulai keluar dari mulut Ibunya. Sehun sudah biasa mendengarnya setiap saat, ia mulai menggenggam tangan Ibunya, untuk segera pergi.

Sehun hanya tinggal bersama sang Ibu, karena ayahnya sudah meninggal saat dirinya masih kecil. Sehun juga sangat menyayangi Ibunya, mungkin jika orang melihatnya, mereka akan mengira jika Ibunya itu adalah kekasih hatinya, karena wajah sang Ibu yang masih terlihat muda.

"Kapan kau akan menikah Hun?" Pertanyaan yang selalu sehun dengar, saat mereka berada didalam mobil.

"Nanti Bu, jika aku sudah mendapat wanita pujaanku, untuk sekarang aku masih ingin membahagiakan Ibu terlebih dahulu, agar suatu saat aku bisa membahagiakan istriku,"

"Jangan terlalu lama Nak, usiamu sudah matang, dan lagi pula Ibu juga ingin segera memiliki cucu," wajah Ibu Sehun terlihat sedih, saat mengatakan hal itu.

"Iya Bu.., tapi jika aku sudah menemukan pujaan hatiku, ku harap Ibu bisa menerima kekurangannya, suatu saat nanti," Sehun mencoba memberi pesan, agar sang Ibu menyukai kekasihnya kelak.

"Ibu tahu itu Hun, siapapun yang akan menikah denganmu, Ibu pasti akan menyetujuinnya," dengan senyum tulus Ibu sehun membalas ucapan putranya.

Mobil mereka kini tiba didepan sebuah bangunan yang tidak terlalu besar. Namun, sering dikunjungi oleh banyak wanita, dari anak-anak, dewasa dan orang tua, untuk mempercantik diri.

Sehun membukakan pintu mobil, senyum indah terukir dibibir sang Ibu, saat tiba ditempat tujuannya.

"Kau mau ikut masuk, atau mau pergi dulu?" Ibu bertanya pada putranya, karena kebiasaan Sehun selalu pergi dan kembali saat Ibunya sudah selesai.

"Aku akan pergi kesuatu tempat Bu," Sehun kembali masuk kemobil, setelah memberi jawabannya.

"Baiklah, jika sudah selesai, Ibu akan menghubungimu,"

Sehun menganggukan kepala, melajukan mobilnya kesuatu tempat yang akan ia tuju.

**********
Seungwan baru saja tiba di rumah dengan belanjaan begitu banyak, untuk kebutuhan satu bulannya, Seungwan mulia menata semua sayur-sayuran, buah,telu, daging dan minuman kaleng di dalam kulkas hingga penuh, karena ukuran kulkas miliknya yang sangat kecil.

"Astaga....ternyata kulkas ini terlalu kecil, padahal aku baru memasukkannya sedikit," geruty Seungwan, memikirkan ia akan menaruh dimana lagi kaleng minuman yang ia beli.

Setelah menata semua dengan rapi, Seungwan ingin menjenguk kedua orang tuanya, untuk memberi kabar jika ia sekarang tinggal di changwon, agar lebih dekat dengan makam mereka.

Seungwan kembali mengambil tas, dan pergi dengan berjalan kaki, jarak antara makam dengan rumahnya tidak terlalu jauh, karena tujuan Seungwan pindah kesini hanya ingin lebih dekat dengan kedua orang tuanya, walaupun mereka sudah tiada.

Selangkah demi selangkah Seungwan mulai menelusuri jalanan kota Changwon, dimana dulu ia dan kedua orang tuanya tinggal. Seungwan kini tiba didepa pemakaman dimana orang tuanya dimakamkan.

Ia mulai melangkah masuk. Menuju makam ayah dan Ibunya, Seungwan mulai berjongkok didepan makam, dengan wajah terlihat sedih.

"Ayah....Ibu, aku kembali menemui kalian lagi, sekarang aku tinggal di daerah ini, agar bisa lebih dekat dengan kalian, dan........aku ingin memulai hidup baruku disini, bekerja disini, ku harap kalian selalu bersamaku," Air mata Seungwan mulai menetes, mengusap pelan nisan kedua orang tuanya yang memang disemayamkan bersebelahan.

"Apa bebanmu terlalu berat hingga kau selalu menangis dimakam orang tuamu," suara berat seorang pria, membuat Seungwan mendongak melihat siapa yang sedang berbicara padanya.

Seungwan terkejut, ia kembali bertemu dengan pria yang meminjamkan saputangan miliknya. "Eoh..anda lagi tuan, sedang apa anda disini?"

"Aku sedang melihat makam ayahku, jangan panggil aku tuan, bukankah kau sudah tahu namaku," jelas pria yang tak lain adalah Sehun.

"Aaa...i..ya tuan, aaa maksudku Sehun," seungwan merasa canggung dengan pria didepannya.

"Namamu, Seungwan kan?" Sehun mulai penasaran dengan sosok gadis yang berada didepannya.

Seungwan hanya menganggukan kepalanya, saat menjawab pertanyaan Sehun. Dengan memperlihatkan senyum manisnya, entah mengapa membuat Seungwan teringat pada pria bernama Park Chanyeol, memang tidak mirip namun, sikap manisnya sedikit sama, walaupun aku belum mengenal sepenuhnya.

Entah perasaan apa, hingga Seungwan memikirkan kembali tantang malam panjang bersama Chanyeol, disitulah sentuhan manis pria itu berikan, membuatnya terbang melayang dengan seketika menjatuhkan dirinya dengan kata-kata tajamnya.

"Kenapa kau melamun, hari sudah sore apa kau tidak pulang?" Sehun membuyarkan lamunan Seungwan yang sedang memikirkan pria lain.

"Ah...ya, rumahku tidak jauh dari sini, mungkin aku akan pulang sebentar lagi," Seungwan menjawab pertanyaan Sehun.

"Kalau begitu aku pulang dulu, sampai jumpa," Sehuh berjalan pergi meninggalkan Seungwan dengan tersenyum.

Tidak biasanya Sehun akan tersenyum pada seorang wanita, karena sifat dinginnya yang selalu cuek terhadap siapapun termasuk seorang wanita, untuk pertama kalinya Sehun bisa tersenyum kepada wanita selain Ibunya.

Seungwan melihat sebentar punggung Sehun, lalu kembali melihat kearah makam orang tuanya.

"Ayah...Ibu, aku pulang dulu, aku akan sering datang kesini," Seungwan beranjak dari tempatnya, berjalan pulang.

Namun, tanpa Seungwan ketahui, Sehun masih berdiri didepan mobil mewahnya, menunggu kedatangan Seungwan. Melihat Seungwan yang berjalan keluar dari pemakaman, membuat Sehun mengelurkan senyumnya.

"Apa kau sudah selesai?" Pertanyaan Sehun membuat Seungwan terkejut.

Seungwan menatap heran kearah Sehun. "Kenapa anda masih disini, apa sedang menunggu seseorang?" Seungwan balik bertanya melihat kearah kana dan kiri, mencari sosok lain selain dirinya yang berada dipemakaman.

"Tidak..aku sedang menunggumu,"

"Eohh...a..ku, kenapa menungguku? Apa kau mau meminta saputanganmu, aku minta maaf saputanganmu masih dirumah," Seungwan menunduk, merasa tidak enak, karena pemilik saputangan yang ia bawa, ingin mengambilnya kembali. Namun, Seungwan malah tidak membawanya.

"Bukan..aku hanya ingin mengantarmu pulang saja, apa rumahmu jauh dari sini?" Sehun bertanya kembali tentang rumah Seungwan.

Seungwan menggelengkan kepala dengan canggung. "Tidak..rumah ku berada didekat sini, jadi aku bisa berjalan kaki tuan," Sehun menatap kearah Seungwan dengan wajah tidak senangnya, karena mendengar wanita didepannya ini memanggil dengan sebutan tuan.

"Sudah ku katakan, panggil aku Sehun, atau Sehunnie itu terdengar manis,"

"Sehunnie, aaa....tidak, aku akan memanggilmu Sehun saja,"

"Baiklah, sekarang masuklah, aku akan mengantarmu sampai rumah, anggap saja aku temanmu," Seungwan kembali diuat heran dengan sikap pria ini, mereka baru dua kali bertemu. Namun, pria ini justru ingin dipanggil teman oleh Seungwan.

Sehun tahu jika wanita disampingannya heran, karena memintanya untuk mejadi teman dirinya. Entah mengapa ia merasa wanita ini sangat manis baik, polos dan cantik, membuat Sehun tidak bisa berhenti untuk menatapnya.

Long Night With  Ceo ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang