21. [KELUARGA]

4.6K 628 3
                                    

***
"Ngapain kamu pikirkan komentar pedas orang lain tentang hidupmu. Hidup ya hidupmu, yang jalanin ya juga kamu, ngapain peduliin. Kamu hidup bukan untuk membuat dia puas, kamu hidup untuk dirimu sendiri, ada paham? "
_Author

***

☜ HAPPRED ☞

Matahari yang tadinya pergi beberapa jam yang lalu kembali dengan sinar hangatnya. Cahayanya sama sekali tidak membuat mata emerland yang terus menatap ke arah jam pasir di atas meja terganggu.

"astaga Lord!? Apakah itu anda?"ujar suara yang baru saja membuka pintu.

Dia Victor, lelaki itu kembali memastikan penglihatannya, siapa tau ia memiliki gangguan penglihatan akibat bangun tidur.

Victor mendekat dengan ekspresi tak percaya saat menyentuh kulit tangan seseorang yang ia anggap tidak nyata.

"Lord? Anda masih tetap di sini dari kemarin?"ucap Victor saat menatap pakaian tuannya yang masih sama dengan kemarin.

Sean yang menjadi objek pengamatan bawahannya itu menatap tetap pada fokusnya sedari semalam tanpa menghiraukan keberadaan Victor.

"anda belum tidur semalaman Lord? Apa ada yang bisa saya bantu?"ujar Victor menatap prihatin pada tubuh berantakan Sean.

Sean dengan rambut awut-awutan dengan kantung hitam di bawah kelopak mata serta pakaian kusut tidak serapi kemarin.

Victor menyingkirkan jam pasir yang berada dia atas meja karena tidak mendapatkan sahutan dari tuannya. Sean mendongak lalu menatap datar ke arah Victor.

"kau sudah datang?"ujar santai Sean membuat Victor hanya memberi senyum terpaksa dengan wajah masam.

"ini sudah pagi Lord, sebaiknya anda membersihkan diri dan sarapan. Anda dari semalam berada di sini terus, anda terlalu rajin lembur sampai-sampai berkas itu tak berkurang dari kemarin"sindir Victor sambil menatap tumpukan berkas yang berada di atas meja dan yang sebagian masih berada di atas lantai.

Sean tanpa banyak bicara langsung berdiri dan melangkah keluar. Namun sebelum itu kakinya berhenti.
"aku tidak bekerja hari ini, jadi kau yang menggantikanku"ujar datar Sean membuat Victor melebarkan senyum seperti orang tersiksa.

Asisten itu menatap punggung Sean yang hilang di balik pintu dengan nanar.

"sialan, si bodoh itu tega sekali melemparkan tubuhku ke arah kertas-kertas menyebalkan ini"gumam Victor dengan wajah kesal
namun tak urung melakukan perintah tuannya dengan sungguh-sungguh.

Madelaine dengan wajah gusar terduduk di kursi dapur istana sambil menunggu shift Azzura selesai. Azzura yang baru selesai mencuci tangan kini menghampiri Madelaine lalu menggandeng tangannya keluar menuju taman belakang yang sering digunakan pelayan untuk bersantai.

Azzura mendudukkan tubuhnya ke atas tanah berumput disusul oleh Madelaine.

"ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"ujar Azzura.

"tentu saja, tentang perbuatanku kemarin, aku takut jika Michelle menuntutnya, kau tau sendiri jika Michelle seorang putri terhormat, aku menyesal telah merundungnya"ujar Madelaine dengan khawatir.

She Is Railene [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang