3. Awake

759 88 2
                                    

Happy reading🥰🥰
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Sebaiknya kita pasang CCTV nya disebelah sini," ujar Arm menunjukan tempat yang menurutnya strategis.

Petugas CCTV itu hanya mengikuti perintah Arm dan mulai memasang CCTV nya.

Arm mendekati kawasan yang sudah di batasi garis polisi. Ia memperhatikan dinding dengan permukaan yang masih kasar itu. Terdapat bercak darah yang sudah mengering di sana. Ia melihat sekeliling mencari-cari sesuatu yang mungkin bisa membantunya. Ia kemudian melihat sebuah batu penuh darah yang mulai mengering, tanpa pikir panjang ia mengambilnya dan memasukan ke dalam plastik transparan. "Bagaimana bisa Tay melewatkan ini," gumamnya mengingat seberapa detail Tay Tawan dalam melakukan segala sesuatu.

"Pak Arm sudah selesai." Petugas CCTV itu menghampiri Arm yang masih sibuk mencari bukti lain di sekitar lokasi kejadian.

"Terimakasih Mike," Arm mengehentikan aktivitasnya sebentar, "kamu bisa kembali duluan, aku masih belum selesai."

Mike mengangguk kemudian meninggalkan Arm yang masih sibuk mencari barang bukti.

Tidak selang lama Tay datang mengenakan jaket kulitnya. "Arm bagaimana?" teriak Tay menghampiri Arm.

"Tay, aku menemukan ini." Arm menyodorkan batu seukuran genggaman tangannya yang sudah ia amankan di dalam plastik. "Sepertinya pelaku sempat menghantam bagian pelipis yang bocor dengan batu ini," asumsinya dan Tay membenarkan.

Ia segera menerima batu itu untuk memeriksa sidik jarinya.

"Bagaimana kondisi Gun saat ini?" tanya Arm menghentikan pencariannya.

"Seseorang datang keruangannya sebagai dokter," Tay mengambil nafas, "sudah dipastikan dia akan terus mencari celah untuk bisa masuk ke ruangan Gun."

"Atau mungkin dia juga seorang dokter." Arm menerawang menatap awang-awang dan mengerutkan keningnya.

Tay menatap Arm kemudian mengangguk menyetujui pernyataan Arm.

"Oiya Tay satu hal lagi, bisa jadi dia adalah orang yang sudah tidak asing di wilayah ini. Kemungkinan dia juga tinggal di dekat wilayah ini," ujar Arm mengingat detail wilayah yang sudah menjadi tempat pembunuhan adalah tempat yang terbebas dari CCTV.

"Lalu apa yang menjadi motif pembunuhannya?" Tay mengernyitkan dahinya. "Mau seberapa banyak orang yang akan menjadi korbannya."

Arm menggeleng, "aku masih belum bisa memberikan kesimpulan, sejauh ini sudah ada lima kasus termasuk Gun, bukan?"

Tay mengangguk. "Kuharap Gun yang terakhir, karena dia pasti tidak akan membiarkan Gun hidup dan untuk sementara waktu kurasa dia belum bisa melakukan aksinya selagi Gun belum terbunuh," ujar Tay menatap tembok yang penuh bercak darah, "dia pasti akan melakukan segala cara untuk mendapatkan nyawa Gun."

....

"Halo ayah," seru Gam, "apa yang ayah lakukan di sore hari seperti ini?" tanya Gam menatap ayahnya yang masih sibuk menyirami tanaman.

"Aku merawat tanaman ini untuk cucuku." Kakek Adul menghentikan aktivitasnya dan menatap anak semata wayangnya yang baru saja tiba beberapa jam yang lalu.

Gam kemudian tersenyum. "Sebaiknya ayah minum teh terlebih dahulu, Gam sudah membuatnya untukmu Yah."

Kakek Adul meletakkan selang airnya dan berjalan memasuki rumahnya mengikuti Gam yang membawanya ke ruang tamu.

"Ayah bagaimana kabarmu?" tanya wanita itu kemudian menyesap tehnya sendiri.

Kakek Adul hanya tersenyum. "Lama tidak melihatmu pulang, sesibuk apa pekerjaanmu?"

Limited Edition (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang