/Flashback/
"Distempered psychopath..." gumam seorang wanita saat membaca selembar kertas yang tergeletak di meja. Salah satu ujung bibirnya terangkat menampilkan senyum setengahnya. "Dasar pria gila." Wanita itu kembali meletakkan kertas yang sudah lusuh itu ke meja lalu pergi keluar rumahnya yang remang.
"Halo-" wanita itu memasuki mobilnya. "Oke aku akan segera ke sana," sahutnya kemudian melajukan mobilnya. "Akhirnya aku bisa mengendalikan mu," seringainya. "Ternyata selain kelewat bego dia juga gila."
Wanita itu pergi ke sebuah tempat yang cukup jauh dari perkotaan. Ia harus melewati hamparan sawah yang sangat luas. Sampai diujung jalanan yang mengarah ke hutan ia menghentikan mobilnya. Ia berjalan memasuki rumah tua yang kotor. Dari bawah ia sudah bisa mendengar teriakan seseorang.
"ARRRGGHHHH..." Wanita itu menaiki anak tangga yang mengarah ke sebuah ruangan di atas. Satu-satunya ruangan yang masih tampak layak pakai. Ia berjalan mengendap-endap mendekati pintu yang tertutup rapat di hadapannya. Perlahan ia mengambil ponselnya dan mulai merekam semua aksi pria gila di dalam ruangan gelap itu.
"Akhh..." Suara tangisan dan rintihan terdengar jelas dari balik pintu kayu yang sudah mulai rapuh. Wanita itu terus merekam tanpa rasa takut. "Dasar pria gila," umpatnya menampilkan senyumnya, "lihat saja nanti." Wanita itu menarik ponselnya lalu pergi meninggalkan rumah tua itu. Ia tidak mau tertangkap basah tengah mengintipnya melakukan hal gila diluar nalarnya.
Wanita itu melajukan mobilnya ke arah perkotaan. "Selama aku memiliki kartu as nya, dia takkan bisa menang melawanku." Tangannya meraih ponsel yang bergetar di sebelahnya.
"Halo, ada apa ma?"
"Pria tua itu sekarang masuk rumah sakit."
Suara di sebrang telefon seketika membuat senyum di bibir wanita itu merekah."Oke ma, tunggu aku ke sana." Wanita itu mematikan telfonnya dan bergegas menancapkan gasnya menuju rumah sakit.
Cukup memakan waktu lama, wanita itu akhirnya bisa memarkirkan mobilnya di pelataran RS Elisabeth. Rumah sakit elit yang menjulang tinggi di pertengahan hiruk-pikuk kota. Wanita itu bergegas keluar dan memasuki rumah sakit mewah dihadapannya.
"Namtan," seru mamanya ketika melihat batang hidung putrinya. Ia segera menghampiri kemudian memeluknya. "Sayang kita tinggal menunggu ajalnya menjemput," ucapnya senang.
"Kalau ajal tak kunjung menjemputnya..." Namtan menaik turunkan alisnya. "...Bagaimana kalau kita saja yang mengantarnya ma," ucap Namtan meminta persetujuan mamanya.
"Jangan terburu-buru sayang, kita seharusnya merawat pria tua itu dengan baik dulu."
"Ishh ma aku malas merawat-"
Pssst. Wanita itu meletakkan jarinya di bibir Namtan. "Sayang nurut sama mama yaa, kamu tidak tahu warisan yang dia punya sebanyak apa?" tanya mamanya membuat Namtan mengernyit.
"Apa hubungannya dengan merawat pria tua itu?"
"Namtan sayang, anak mama," wanita itu mengusap rambut putrinya, "kita harus selalu ada dan baik-baik padanya agar kita tak perlu memohon warisannya, kamu paham?"
Namtan mengangguk. "Ohh iya ma," Namtan menepuk jidatnya, "bagaimana bisa aku sebodoh itu, mama pinter dehh." Kedua wanita itu cekikikan di dalam ruangan yang hening.
"Oiya bagaimana dengan Joss, apa yang kamu dapatkan?"
Namtan merogoh ponselnya di dalam tas kemudian menggoyangkannya di udara. "Tenang saja ma, pria gila itu sudah aku tangani."
...
Gun duduk termenung di sebuah halte. Jam yang melingkar di tangannya menunjukan pukul lima lebih sepuluh menit. "Sepuluh menit lagi," gumamnya melirik jam tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Limited Edition (END)
FanfictionKisah seorang Jumpol Adulkittiporn dengan profesinya sebagai dokter. Secara tidak sengaja ia dipertemukan dengan Gun Atthaphan yang tengah di ambang kematiannya.