"Kalian tidak perlu mengenalku, aku hanyalah bayangan di siang hari yang kemudian menghilang dalam kegelapan."
*****
Distrik 11 merupakan pemukiman yang cukup kumuh. Wilayah yang menurut Tay masih tertinggal jauh dengan peradaban dunia yang sudah maju. Meskipun letaknya tidak cukup jauh dari pusat kota tapi tempat ini belum banyak mendapatkan sentuhan pemerintah. Pemerintah kota yang selalu sibuk memperebutkan kursi seolah tidak peduli dengan kota terpencil yang kumuh itu.
"Persetan Akuma, kenapa dia memilih tempat seburuk ini untuk ia tinggali," umpat Tay untuk yang kesekian kalinya.
Ia melajukan motor maticnya melalui jalanan setapak dipinggir sungai penuh sampah. Setelah melaju cukup jauh ia harus memasuki gang kecil yang hanya muat untuk dirinya. Alhasil Tay meninggalkan motornya di sebuah warung kopi sebelah gang. Berkali-kali Tay menghembuskan nafas kesalnya. Keningnya mulai berkerut. Jika tidak karena membutuhkan orang dengan julukan Akuma itu, ia tidak akan sudi kemari.
Setelah berjalan sekitar setengah jam melalui gang-gang sempit akhirnya Tay dapat bernafas lega. Kini ia berdiri dihadapan rumah yang bisa dibilang lebih seperti gubuk sederhana. Rumah tua yang sudah mulai rapuh itu tidak begitu luas dan hanya memiliki halaman sepetak dengan rumput liar yang sudah mulai tinggi.
Tok tok tok
Tay mengetuk pintu kayu itu perlahan, dalam hatinya ia takut merobohkan rumah tua itu.Tok tok tok
Tay masih berdiri menunggu pintu terbuka tapi setelah beberapa waktu ia menunggu pintu itu tidak kunjung terbuka. Tay menarik nafas panjangnya kembali.Tok tok tok
Masih tidak ada jawaban. Tay yang tidak sabar menunggu terlalu lama akhirnya memberanikan diri untuk membuka pintu kayu itu.Kriieeet...
Suara pintu yang berdecit membuat Tay takut membuka lebih lebar pintu rapuh itu. Ia takut akan mencopot pintu itu dari tempatnya berada. Tay memasuki ruang tamu yang hanya diisi oleh 2 kursi dan satu meja serta lemari kaca usang. Ia mendekati lemari kaca itu dan mengusap debu tebal yang menempel di sana. Tay dapat melihat seisi lemari dipenuhi dengan figur anime yang tidak diketahuinya. Ia melihat sekelilingnya kemudian menemukan satu ruangan tertutup. Tanpa pikir panjang ia langsung mengetuk pintu yang ia pikir adalah sebuah kamar.Tok tok tok
Hening, tidak ada jawaban ataupun suara sekedar helaan nafas seseorang. Tay kemudian memberanikan diri membuka pintu ruangan itu yang tidak terkunci. "Ceroboh sekali," gumamnya. Matanya terperangah saat melihat isi dari ruangan itu.Beberapa komputer masih menyala memperlihatkan kode-kode, grafik, dan kalimat dengan bahasa asing yang tidak Tay ketahui. Ia mendekati meja itu. "Bagaimana bisa rumah setua ini menyimpan benda-benda mahal seperti ini," gumam Tay masih tidak percaya. Pandangannya kini beralih ke layar laptop yang tampaknya tengah memindai file atau semacamnya. Tay yang tidak tahu kembali mengedarkan pandangannya, berharap seseorang dengan julukan Akuma itu muncul dihadapannya. Ia kemudian mendekati set futon¹ yang tidak memiliki kakebuton². "Tidak ada kakebuton," pikirnya, "artinya dia tidak ada di sini."
Tay masih memperhatikan sekelilingnya yang dipenuhi buku-buku dan komik. Ia masih penasaran dengan Akuma. Semenjak ia mengenal Akuma, belum pernah ia menunjukan identitas aslinya. Meskipun Akuma mau memberitahu di mana ia tinggal, tapi sekalipun Tay belum pernah bertemu dengan orang itu. Tay yang tidak sabar untuk menunggu lebih lama lagi akhirnya memutuskan mencatat sebuah memo untuk Akuma. Ia kemudian menempelnya di salah satu komputer di sana.
Bantu aku melacak nomor ini.
Thanks.Tay menuliskan nomor yang dimaksud kemudian ia pergi meninggalkan kamar yang menurutnya bersih dibanding ruang tamunya. Tay kembali menutup pintu kayu itu dengan hati-hati sebelum pergi meninggalkan rumah tua itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/304297154-288-k436245.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Limited Edition (END)
FanfictionKisah seorang Jumpol Adulkittiporn dengan profesinya sebagai dokter. Secara tidak sengaja ia dipertemukan dengan Gun Atthaphan yang tengah di ambang kematiannya.