"...Tidak semua hari yang indah berakhir dengan kebahagiaan, bisa jadi mereka menjadi tragedi yang berakhir membuat kita trauma..."
...
Gun bersama Newwie memasuki halaman rumah yang sudah di dekor sedemikian rupa. Gun dengan balutan jas warna pink serta celana senada dengan jasnya berjalan mendekati kursi-kursi yang sudah tertata dengan rapih.
"Gun sebaiknya kita duduk di sana," ujar New menunjuk kursi kosong paling depan.
Gun yang sebenarnya malas hanya mengikuti keinginan Newwie. Sejujurnya ia tidak ingin di tempat ini, ditambah lagi perasaannya yang kacau oleh Off membuatnya tidak ingin melihat wajah pria brengsek tidak tahu diri itu. Semenjak kejadian Minggu lalu, Off benar-benar tidak menghubungi Gun atau sekedar menemuinya sekali. Ia menghilang begitu saja setelah mengantarnya sampai rumah malam itu, dan hari ini ia baru melihat kembali batang hidung Off tapi dengan posisi Off akan menikah. "Secepat itukah," pikir Gun yang merasa agak tersakiti, tapi mengingat kembali bahwa dirinya bukan siapa-siapa dari pria bermata sipit itu dan fakta tersebut membuat Gun mengesampingkan perasaannya.
"Gun, Gun sayang heiii." New sedikit mengguncang tubuh Gun yang melamun sejak ia duduk.
"Eh iya New." Gun mengerjapkan matanya kemudian menatap sumber suara itu.
"Berhenti melamun Gun, pengantin wanitanya sudah mulai berjalan ke depan." Mendengar ucapan New, Gun langsung melihat seorang wanita dengan balutan gaun pengantin warna putih senada dengan jas yang dikenakan oleh Off. Ia menatap kedua insan yang kini berdiri berhadapan. "Bukankah mereka cocok," gumamnya.
"Dih cocok apaan," sahut New membuat Gun terkejut. Melihat keterkejutan Gun, New segera berbisik, "kamu tidak tahu kalau P'Off terpaksa menikahinya, ia dituduh menghamili Namtan, jalang tidak tahu malu itu." Gun terkejut mendengar penjelasan New.
"New tidak baik berbicara sembarang tentang orang lain."
"Ya ampun Gun, aku tidak mungkin asal bicara, tentu semua yang kukatakan benar adanya dan aku dapat dari sumber terpercaya," ucap New seraya menatap sinis pada Namtan.
"Sudahlah lupakan, aku tidak peduli dengan mereka."
"Ehem, cek-cek..." Off meraih mic dari MC. "... Sebelum acara di mulai, ijinkan saya untuk menyampaikan beberapa hal," ujarnya disertai senyum tulus. Gun bahkan tidak melihat unsur paksaan dalam wajah Off seperti yang New katakan.
"Para tamu undangan yang saya hormati, dengan berdirinya saya di sini sebelumnya mengucapkan banyak terimakasih atas kehadiran kalian semua di acara yang sudah saya tunggu-tunggu dari lama," ujarnya kemudian pandangannya menyapu deretan kursi yang sudah penuh oleh para tamu undangan. Mata Off berhenti ketika melihat Gun yang tengah memperhatikannya. Ia tersenyum tipis. "Sejujurnya untuk bisa berdiri di hadapan kalian semua membutuhkan banyak keberanian yang tidak saya miliki sedikitpun, tapi..." Gun mulai merasa dirinya menjadi pusat perhatian Off. Ia mulai bergerak gelisah, takut orang lain menyadarinya. "...Tapi seseorang yang hadir di sini membuat saya memiliki keberanian itu." Gun mengalihkan pandangannya agar tidak bertemu dengan mata Off yang terus menatapnya.
"Gun tidakkah kamu merasa kalau P'Off terus melihatmu," bisik New membuat Gun tersadar.
"Mana mungkin," sangkalnya.
"Mataku tidak pernah salah lihat Gun, coba kamu perhatikan tatapannya." Gun menggeleng tidak peduli, ia memilih untuk menatap sepasang sepatunya.
"...Dan sebelum semuanya di mulai, saya sudah menyiapkan hadiah untuk calon istri saya yang cantik ini," ujar Off lalu menatap Namtan yang tersipu. "Saya sudah menyiapkannya selama seminggu ini hanya untuk calon istri saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Limited Edition (END)
FanfictionKisah seorang Jumpol Adulkittiporn dengan profesinya sebagai dokter. Secara tidak sengaja ia dipertemukan dengan Gun Atthaphan yang tengah di ambang kematiannya.