Pagi-pagi sekali Off memutuskan untuk kembali ke rumah terlebih dahulu. Setelah ia menitipkan Gun pada Pim, adiknya yang datang subuh-subuh membawa beberapa keperluan Gun di rumah sakit.
Off memasuki halaman rumah kakeknya yang cukup luas. Beberapa pohon tumbuh menghijau dan berjajar rapih di halaman rumah. Rumput hijau merimbun mengelilingi air mancur berukuran sedang. Ia melangkahkan kakinya memasuki rumah yang begitu sepi.
"Off darimana saja semalam?" Off dikejutkan oleh kakeknya yang tengah duduk santai di ruang tamu.
Off menutup pintunya perlahan. "Off semalam di rumah sakit," ujar Off masih berdiri menatap kakeknya.
Kakek Adul hanya mengangguk pelan. "Apa sepenting itu sampai membuatmu tidak pulang ke rumah?"
"Iya Off harus menjaganya karena ini ada hubungannya sama Nanon," terus terang Off membuat kakeknya mengernyitkan dahinya.
"Nanon? Hmm yasudah jaga dia baik-baik," ujarnya tidak ingin bertanya lebih lanjut. Ia kembali menikmati teh krisannya sembari membaca koran harian.
"Kalau begitu Off ke atas dulu," pamitnya dan segera meninggalkan kakeknya yang hanya mengangguk tanpa bersuara lagi. Off bergegas ke kamarnya untuk membersihkan dirinya.
....
Sudah kesekian kalinya Tay menghela nafasnya. Dari semalam ia belum memejamkan matanya, ia masih mengamati foto-foto yang didapatnya semalam. "Kurasa dia bukanlah pembunuh biasa," gumamnya meratapi foto yang menurutnya tidak berguna. Ia melempar 5 lembar foto itu asal, merasa kesal karena ia gagal menangkap pelaku pembunuhan yang sudah ia kejar beberapa tahun terakhir.
"Tay kamu sebaiknya istirahat dulu, hari ini biar aku yang gantikan kamu patroli." Arm salah satu teman seperjuangannya menghampiri Tay yang tampak kelelahan.
Tay menatap Arm dengan mata pandanya kemudian mengangguk. "Sepertinya tempat itu harus dipasang CCTV."
Arm mengangguk setuju dengan Tay. "Serahkan padaku Tay, aku akan memanggil petugas pemasang CCTV."
"Aku percayakan padamu, aku akan istirahat sebentar sebelum menyusulmu." Tay beranjak dari kursinya meninggalkan Arm yang sudah siap-siap untuk pergi.
Sementara itu di rumah sakit Pim tengah memotong beberapa buah apel. Setelah kepergian Off ia memilih untuk mengupas apel untuk dirinya dan P'Gun yang barangkali akan bangun hari ini. Sebelum meninggalkannya Off sudah berpesan untuk tidak mengijinkan dokter selain dirinya memasuki ruangan.
Tok tok tok
Pim menghentikan aktivitasnya saat mendengar ketukan pintu ruangannya dan beranjak untuk membuka pintu dan melihat siapa yang datang sepagi ini.Seorang pria mengenakan seragam petugas kebersihan dan topi lengkap dengan peralatan kebersihan menunduk sopan. "Saya akan membersihkan ruangan ini," ujarnya tanpa memandang wajah orang dihadapannya.
Tanpa pikir panjang Pim melebarkan pintunya mengijinkannya memasuki ruangan. Toh ia hanya tukang bersih-bersih di sini, batinnya. Pim menatap sekilas pria yang bisa dibilang belum cukup tua itu, setelahnya ia memilih untuk pergi ke kamar mandi.
Setelah buang air Pim membersihkan tangannya kemudian mencuci mukanya. "P'Gun bertahanlah, Pim janji akan menjadi anak penurut setelah P'Gun bangun," gumamnya disertai senyuman. Ia menepuk kedua pipinya menguatkan dirinya sendiri sebelum keluar dari kamar mandi. Setelah keluar ia tidak mendapati petugas kebersihan di sana.
"Mungkin dia sudah se-" mata Pim terbelalak, "P'Gun," teriak Pim panik saat melihat tubuh kakaknya kejang-kejang. "P'Gun, P'Gun kenapa?" Pim mendekati ranjang kakaknya dan segera memencet tombol darurat untuk memanggil dokter.

KAMU SEDANG MEMBACA
Limited Edition (END)
FanfictionKisah seorang Jumpol Adulkittiporn dengan profesinya sebagai dokter. Secara tidak sengaja ia dipertemukan dengan Gun Atthaphan yang tengah di ambang kematiannya.