Kisah seorang Jumpol Adulkittiporn dengan profesinya sebagai dokter. Secara tidak sengaja ia dipertemukan dengan Gun Atthaphan yang tengah di ambang kematiannya.
New mendelik ketika tubuhnya tersingkir oleh seorang pria yang berdiri di belakangnya. "Hei!! Sialan, antri dong!!"
"Tay Tawan pasti ada," ucapnya dengan cepat seraya menyerahkan amplop berisi uang ucapan selamat.
"Oke silahkan masuk."
Tay tersenyum ketika menyempatkan menoleh ke arah New, pria yang akhir-akhir ini sering ia jumpai.
Tay sialan.. sayang ganteng. "Heiii namaku New Thitipoom pasti ada!!"
"Ohh jadi ini nama Anda?"
"Nahh iya itu, gimana sii.. besok mending cari kerjaan lain deh," kata New dengan kesal.
"Maafkan saya." (Saya hanya karakter tambahan tanpa nama)
"Gaada bedanya juga New sama Newwiee," cibirnya dan bergegas memasuki gedung yang sudah cukup ramai dengan dekorasi pink elegan. . . . . . .
"Bukannya ini terlalu mendadak yaa? Apa pengantinnya hamil duluan?" bisik Tay yang baru saja duduk di sebelah Arm.
"Hamil palamu!!" Arm menoyor kepala Tay. "Orang dia cowok mau hamil gimana??" Arm ikut berbisik dengan gemas.
"Oiya juga ya." Tay terkekeh seraya menepuk jidatnya.
"Nahh akhirnya ketemu juga." New menjatuhkan tubuhnya di kursi sebelah Tay.
"Apaan si, emang kita kenal ya?"
"Aku calon partnermu yaa, jangan pura-pura lupa." New menoyor kepala Tay. Dua kali dalam waktu kurang dari 5 menit, Tay mendapat toyoran dari dua orang yang berbeda.
"Partner apaan?" tanya Tay serius.
"Yee mau ku aduin sama pembaca!" New menodong dengan telunjuknya. "Mereka pasti berharap kita bersama, dan ini juga udah takdir dari penulis ya."
"Emang gitu yaa."
"Iyain aja si udah, repot amat," kata New gemas.
"Iya deh iya. Ampun!!"
"Saatnya mempelai pria masuk! Seluruh tamu undangan termasuk pembaca harap menyambut dengan tepuk tangan meriah dan ucapan selamat." Suara lantang MC membuat New dan Tay berhenti berdebat.
Gun dengan setelan jas putihnya berjalan dengan Pim menggandeng lengannya. Seluruh tamu undangan berdiri dan memberikan tepuk tangan meriah.
"Gun sangat cocok dengan setelannya," ucap Krist seraya menyenggol bahu Singto di sebelahnya.
Singto tersenyum. "Tentu, dia juga pernah menjadi model kalender di kantor kita."
Mendengar jawaban Singto, Krist menghentikan tepuk tangannya. Wajahnya berubah masam. "Kalo aku pakai kaya gitu, cocok gak ya?" Lagi, Krist berusaha memancing Singto.
"Siapapun yang mengenakan setelan pernikahan pasti cocok, karena jauh sebelum hari H kan udah fitting," sahut Singto kemudian duduk.
Krist memutar bola matanya kesal. "Susah juga ya ngomong sama orang gak peka."
"Maksudnya?" Singto menatap Krist yang hanya menghela nafasnya.
"Saatnya pemakaian cin-cin dari kedua mempelai."
Gun kini sudah berhadapan dengan Off yang menyambut kedatangannya dengan senyuman. Ia membuka kotak berlapis kaca yang berisi cin-cin pasangan dan meraih salah satunya. "Cantik," bisik Off seraya memasangkan cin-cin ke jari manis Gun.
Gun tersenyum memperlihatkan lesung pipinya. "Terimakasih." Kini giliran Gun yang memasang cin-cin itu pada jemari Off.
"Saatnya ucapan janji dari masing-masing mempelai."
Off menarik nafas panjang. "Baik! Di hadapan Tuhan serta semua yang hadir di sini, saya Jumpol Adulkittiporn menyatakan dengan tulus senantiasa mencintai engkau Atthaphan Punsawat, untuk tetap menjadi pasangan saya. Saya berjanji untuk senantiasa mengabdikan diri kepadamu dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit. Saya mau senantiasa mengasihi dan menghormati engkau sepanjang hidup saya."
Gun memberikan senyumnya. Air matanya hampir menetes. Kini gilirannya untuk mengucapkan janji. "Di hadapan Tuhan serta semua yang hadir di sini, saya Atthaphan Punsawat menyatakan dengan tulus senantiasa mencintai engkau Jumpol Adulkittiporn, untuk tetap menjadi pasangan saya. Saya berjanji untuk senantiasa mengabdikan diri kepadamu dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit. Saya mau senantiasa mengasihi dan menghormati engkau sepanjang hidup saya."
"Sekarang adalah saatnya untuk mengambil langkah pertama menuju kehidupan baru untuk kalian berdua..."
Gun meraih lengan Off yang sudah bersiap. Mereka melangkahkan kakinya bersama meninggalkan podium dan MC yang masih berbicara.
"...kami berharap semua tamu akan memberi selamat kepada pasangan tersebut dengan tepuk tangan dan sorakan yang meriah atas setiap langkah yang mereka ambil."
Tepuk tangan dan juga sorakan menggema ke seluruh ruangan. Kelopak bunga berjatuhan mengiringi langkah mereka. Off terus memberikan senyum lebarnya, sementara Gun, ia sudah menitikkan air matanya seraya kagum dengan pemandangan di hadapannya.
"Terimakasih banyak, aku akan hidup bahagia," ucap Gun ketika matanya bertemu dengan Pim, adiknya.
Happy Ending
Menurutku ini foto udah kaya lagi nikahan banget. Sebenernya ada banyak tapi males scroll, nyari-nyari lagi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.