#25 Denganmu

13 1 0
                                    

Seperti biasa, pagi itu kita bertemu di gedung pustaka. Semalam hujan lebat, karena atap bocor, mau tak mau kita juga yang membereskannya.

Kita bahu membahu mengeringkan segala yang basah. Meski lelah, aku takkan berkeluh kesah.

Denganmu, segala resah menghilang tanpa arah. Terlebih melihatmu baik-baik saja, tandanya Tuhan mengabulkan doaku.

Genangan air ada di beberapa titik. Jarimu begitu lentik, maka aku yang turun tangan untuk mengepelnya.

Terlebih, semalam kau posting di status whatsappmu, baru saja mengecat kuku indahmu. Merah. Persis warna bibirmu.

Aku ingat saat itu kau kesal denganku karena hal sepele. Ekspresi kesalmu, dengan kaki menginjak, badan membusung tegak, mata indah membulat, namun dengan senyum.

Kenapa kau membingkai semuanya dengan senyum? Apa sengaja kau buatku terpaku? Setelah tubuhku kaku, kau membidiknya dengan panahmu.

Sial.. kali ini aku sungguh terpana... tepat dijantungku. Membuatku mematung untuk beberapa detik.

Kau begitu lucu saat itu. Dan aku takkan mungkin melupakannya, kecuali jika aku amnesia.

Aku suka wangimu yang tertinggal disela-sela pagi. Membuatku begitu sulit tuk melangkah pergi.

Wajahmu bulat. Matamu coklat. Bibirmu indah. Senyummu membuat senja mengaku kalah. Meski tak ada yang sempurna di dunia, namun aku percaya, cinta mempercantik segalanya.

Obrolan kita kesana kemari, tak jelas, namun asik, karena yang penting bukan isi obrolannya, tapi kita berbagi cerita.

Jika saat ini aku yang banyak bicara, kelak, aku mau kok lebih banyak mendengarmu. Segalanya boleh kau adukan padaku. Dari mulai sandal jepit yang putus, sampai suatu saat, ada keinganmu yang harus kau pupus. Aku ada untuk mendengarmu bercerita.

Waktu bergulir begitu cepat. Meski merangkak, mentari sudah gagah saja berdiri tegak. Kita pun bergegas untuk pergi. Cari makan. Boncengan, dengan motor bututku. Sesekali helm kita beradu, membuat kepalaku sedikit miring. Pegal sih, tak apa.

Kau bebas mau makan dimana, karena bukan makan yang lebih aku inginkan, namun denganmu, aku ingin melewati detik demi detik bersama.

"Di kedai biasa yaa.." katamu,

sepertinya kedai itu tempat favoritmu. Sekarang, menjadi tempat favoritku juga.

Kita sampai, kau memilih tempat yang kursinya hanya sepasang. Meski mejanya kecil, namun bahagianya begitu besar. Bagiku.

Tak disengaja, ditengah keheningan, mata kita beradu. Aku gugup saat itu. Dan kau salah tingkah. Pipimu mulai memerah.

"Apaan sih.. udah, mau pesan apa?" Katamu, sambil menyodorkan daftar menu.

Meski tak ada yang salah, namun kau merubah posisi dudukmu. Kau mulai gelisah.

Oh iya, dulu, aku sempat angkuh dengan berkata, "aku malas mikir, mau makan apa, samakan saja dengan pesananmu." Apa kau tahu? dibalik itu, sebenarnya, aku ingin mengecap yang kau kecap, itu saja.

Tapi untuk kali ini, kau ingin aku memesan menu yang berbeda. Tak pernah ku bayangkan akan seperti ini. Kita berbagi. Aku menyantap separuh makananmu, dan kau menyantap lahap makananku.

Kau bilang menuku lebih enak dari yang kau pesan. kau memaksaku tak memiliki pilihan, selain lebih suka menahan lapar.

Melihatmu senang, aku seperti menjadi investor kebahagiaan, sahamku adalah senyummu, dan labaku, adalah gelak tawamu.

Waktu berlalu begitu cepat.

Kita berdua sadar, terjebak dalam zona pertemanan. Aku yang mencoba merangkak keluar, namun kau selalu berhasil menariku dalam-dalam, seakan-akan, seperti ini saja sudah nyaman.

Kita yang begitu dekat, ternyata tak mampu membuat hatimu lekat. Kau membias, merubah wujud menjadi bunga mawar yang tumbuh sendiri di lahan tandus, tentu aku tak boleh memetiknya. Atau mungkin, kau sudah ada pemiliknya? Aku tak berani bertanya.

Sebenarnya, aku ingin kita ada apa-apa. Namun sikapmu kini, tak ingin menyapa hatiku lagi.

Kita dekat, namun berjarak. Kita saling sapa, namun tanpa rasa. Senyummu kini berlalu, meninggalkan saat hangat di waktu itu. Meski aku bukan tempatmu menetap, setidaknya kau pernah singgah tuk beristirahat.

Apapun itu, terima kasih, segalanya begitu indah, denganmu.

Dan Kau HadirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang