Seperti yang Aji katakan, setelah ia menyelesaikan pertandingan dengan memperoleh kekalahan sangat tipis oleh team sekolahnya yang hanya ketinggalan 2 angka, keduanya berakhir di sebuah Mall yang Lingga ketahui sebagai salah satu kekayaan milik Adhiwangsa Group.
Namun, tanpa perasaan sungkan, Lingga menikmati sore pertama mereka sebagai teman baru.
Aji menuruti keinginan Lingga.
Bahkan sebenarnya Lingga membayangkan menyantap bakso yang ada di emperan jalan dekat sekolah Aji, bukan yang dijual di dalam Mall seperti ini, karena menurut Lingga rasanya akan jauh sekali dari ekspektasinya tentang semangkuk bakso super pedas yang lezat.
Namun Aji membujuk Lingga tanpa henti, sambil meyakinkan Lingga bahwa rasa bakso yang akan mereka kunjungi nanti pun tak kalah lezatnya.
Dan benar.
Lingga tidak mengeluarkan satu pun kalimat protesnya hingga tetes kuah penghabisan.
Aji tersenyum puas melihat wajah Lingga yang bahagia semenjak menyantap makanan enak adalah salah satu dari hobi Lingga sejak kecil. Tubuh kecilnya yang tampak sehat itu adalah lebih dari sekedar bukti.
"Abis ini jadi ke toko buku?" Tanya Lingga sambil menyeruput sedotan es teh manisnya yang tak kalah enak.
Semangkuk bakso pedas dan es teh manis memang perpaduan yang super lezat!"Jadi. Kamu mau, kan?"
Lingga menganggukkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan Aji.
"Mas Aji mau beli buku apa?" Tanya Lingga ingin tahu, sambil mengikuti langkah Aji yang mengarah ke meja kasir, membiarkan laki-laki itu membayar makanan mereka, dan beranjak ke luar restoran.
"Ada deh!" Jawab Aji sambil menarik lengan Lingga dengan lembut agar berjalan bersisian di sampingnya. Karena ia perhatikan, Lingga lebih banyak mengikuti langkahnya dari belakang sedari tadi.
Wajah Lingga terkejut walau tak lama, karena berikutnya ia memilih mengikuti kehendak Aji tanpa bersuara.
"Kalau kamu, mau beli buku apa?" Giliran Aji yang bertanya hal serupa kepada Lingga.
Kini Lingga menggelengkan kepalanya, "Belum tau. Uang jajanku minggu ini belum dikasih Ayah."
Aji tidak menjawab lagi, karena akhirnya mereka tiba di sebuah toko buku yang cukup terkenal di Ibu Kota.
Keduanya memilih lorong yang berbeda.
Lingga melangkah ke kanan, ke bagian Design : Interior & Fashion.
Sedangkan Aji melangkah ke kiri, ke bagian Profesi Profesional.
Keduanya tenggelam dan melupakan waktu hingga hampir satu jam. Sebelum pada akhirnya Aji menyadari bahwa dirinya telah kehilangan keberadaan Lingga dari sisinya.
Ia memang seperti ini, tidak dapat membagi fokusnya dengan baik, apalagi kalau sedang menghadapi sesuatu yang ia sukai.Aji mengambil satu buah buku yang tadi sempat menarik perhatiannya, lalu kembali mencari si laki-laki kecil yang entah berada di mana.
Dan mendapati Lingga tengah memperhatikan dua buah buku sketsa yang sebenarnya tak ada bedanya di mata Aji, namun seolah begitu penting untuk Lingga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimpse of Heaven : Passé - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]
Fanfiction(2) "Kita berpikir sudah baik, tapi Tuhan belum tentu beranggapan demikian, Mas..." "Maksudnya, Lingga?" "Aku mencintai Seseorang yang enggak balas mencintaiku..." Laki-laki manis itu terdiam sebentar, jantungnya seperti ingin meloncat dari tempatn...