I Turn to You - Christina Aguilera
5 Desember 2005
Dengan suara bergetar Ibu memintaku untuk mencari inhaler-nya yang lagi-lagi habis di waktu yang enggak tepat, sedangkan aku sudah lebih dahulu berlari mencari tempat penyimpanan Inhaler dengan tanpa menghiraukan tubuhku yang menggigil walau penyebabnya jelas jauh berbeda dengan yang tengah Ibu rasakan saat ini.
Beberapa menit kemudian aku menghabiskan waktu hanya untuk mencari benda kecil berwarna biru yang sudah sejak kecil mendampingi Ibu yang mengidap asma, tiba-tiba saja aku bersyukur dengan tubuhku yang sebegini sehat tanpa pernah mengidap penyakit serius, dan semoga akan terus begitu.
Ketika Ayah pergi kemarin, aku sempat meminta bahwa sudah cukup sampai di situ kehilanganku, jangan sampai ada lagi.
Betapa pun anak laki-laki seharusnya kuat lahir dan batinnya, namun sepertinya aku enggak pernah masuk ke dalam situ.
Setelah aku berhasil mendapatkan apa yang Ibu butuhkan, aku bergegas kembali masuk ke dalam kamar orang tuaku untuk menyerahkan benda tersebut kepada Beliau, di dalam bayanganku, Ibu pasti sudah sangat letih karena mencoba meredakan tarikan napasnya yang seolah tersumbat.
Suara nafas Ibu bahkan sudah seperti pintu usang yang mendecit.
Dengan segenap kesadaran yang tersisa, lengkap dengan tubuhku yang ku rasakan kian menggigil hebat, kepalaku mulai sangat sakit, aku langsung menghubungi Mas Aji dan Dokter Damaris— dan lagi-lagi aku bersyukur memilih patuh ketika Tuan Jayeng meminta izin untuk mengaktifkan lagi Abodemen pesawat telepon— karena saat ini hanya kedua orang itu lah yang ku miliki.
Sejak malam itu aku sudah bersiap-siap untuk kembali absen dari pelajaran di Sekolah, setidaknya hingga keadaan Ibu sudah jauh lebih baik.
***
Ku pikir Tuhan akan mendengar do'a ku kemarin.
Ku pikir Tuhan akan berbaik hati dengan memanjangkan usia Ibu walau aku tau bahwa Beliau sudah sangat payah hanya untuk sekedar bernafas.
Karena kemudian aku menemukan tubuh Ibu yang sudah hampir satu minggu ini menempati salah satu kamar di Rumah Sakit Damaris enggak lagi bergerak, padahal aku hanya meninggalkan Beliau barang sebentar demi mencari makan malam.
Ruangan Ibu terdengar sangat berisik karena tombol emergency juga kehadiran beberapa orang Paramedis dan Perawat yang kemudian berhamburan masuk ke dalam.
Tubuhku kemudian terasa ditarik keluar dari ruangan itu.
Setelah hampir setengah jam menunggu Ibu yang tengah ditangani oleh tenaga medis dengan aku yang enggak diperbolehkan masuk hanya untuk mendampingi, Tuan Jayeng, Dyo, dan Lintang tiba dengan sedikit berlari, mendadak yang tadinya sangat sunyi karena waktu memang sudah menunjuk angka 10 malam, sekelilingku mendadak sangat ramai dan penuh.
Tentu saja Mas Aji juga ada di situ, dia mengambil alih tugasku apabila pihak Rumah Sakit membutuhkan data Ibu dan segala macamnya bahkan sejak aku rutin menginap di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimpse of Heaven : Passé - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]
Fanfic(2) "Kita berpikir sudah baik, tapi Tuhan belum tentu beranggapan demikian, Mas..." "Maksudnya, Lingga?" "Aku mencintai Seseorang yang enggak balas mencintaiku..." Laki-laki manis itu terdiam sebentar, jantungnya seperti ingin meloncat dari tempatn...