Day After Day

123 19 0
                                    

Pagi yang cerah kembali hadir di atas Rumah Besar Adhiwangsa nan megah. Keadaan rumah sudah mulai ramai padahal tidak lebih dari seperempat isi Kelurahan yang tinggal di sana.

Tuan Jayeng, seperti biasa, dengan tampilannya yang berwibawa, tengah menyeruput kopi hangat paginya, ditemani dengan sebuah Koran ibu kota yang terbuka pada salah satu halaman yang tidak perlu ditanya berisikan tentang apa.

Bergeser sedikit, Lintang juga sama saja, hanya terlihat lebih sibuk dengan beberapa berkas yang ia perlukan demi mendaftar ke sebuah Universitas. Dengan keputusan paling matang yang ia dapat dengan tanpa berembuk dahulu dengan sang Ayah, Lintang memutuskan tetap mengambil Jurusan Bisnis di Universitas yang sama dengan Aji.

Bergeser sedikit lagi—ah, tidak. Tapi lebih ke dalam. Di dalam sebuah dapur bersih lebih tepatnya, terlihat dua orang yang memiliki tinggi tumbuh hampir sama karena yang satu kelihatannya enggan mengalah padahal usianya lebih kecil 2 tahun dibandingkan yang satunya lagi, masih sangat sibuk dengan perkara membuat sarapan. 

Apakah nasi goreng atau roti bakar? 

Walau tampaknya tidak ada satu pun yang menjadi pilihan karena berakhir dengan beberapa tangkub roti tawar dengan isian berbeda, juga seperti biasa.

Tidak perlu ditanya ke mana perginya para Pekerja Rumah Tangga yang biasanya melakukan tugas di dapur setiap pagi. Karena semenjak Lingga menetap di sana, Lingga mengambil alih tugas mereka yang satu itu. Tidak peduli seragam sekolahnya akan meninggalkan bercak makanan dan lain-lain saking sudah terbiasanya Lingga melakukan hal tersebut sejak dahulu.

Perbedaannya hanya lah, biasanya Lingga akan membuat sarapan untuk dirinya dan kedua orang tuanya. 

Kini, Lingga hanya harus membuat jatah sarapan dua orang lebih banyak, walau biasanya Dyo baru akan sarapan setelah semuanya sudah bersiap-siap untuk berangkat demi memenuhi kewajiban masing-masing.

Ayah ke Kantor.

Lingga dan Lintang ke Sekolah.

Aji ke Kampus kalau kebetulan ia memiliki kelas pagi. Terkadang pun Aji tetap berangkat mengikuti jadwal yang lainnya dan menghabiskan waktu di dalam Perpustakaan hingga waktu kelas menjelang.

Seperti pagi ini, Dyo belum kelihatan batang hidungnya karena baru saja pulang hampir menjelang pagi. Pastilah Dyo masih sangat lelap di dalam tidur cantiknya.

Lingga sudah selesai dengan buah karyanya dan sedang bercuci tangan, sedangkan Aji kedapatan tugas menghidangkan buah karya tersebut, sebelum akhirnya kebiasaan Lingga yang belakangan muncul kembali membuatnya tersenyum bahagia.

"Hehe..." Lingga mengelap kedua tangannya yang basah pada permukaan apron dapur milik Aji dengan air wajah tanpa bersalah sedikit pun, padahal ada kain bersih yang tergantung persis di atas keran wastafel dapur, namun Lingga berlagak tidak melihat.

Bekal yang cukup untuk membuat hati Aji sangat berwarna hari ini.

"Roti-nya, Yah." Aji meletakkan sebuah piring berukuran sedang yang sudah terhidang menu sarapan mereka ke hadapan Tuan Jayeng, yang disambut oleh Beliau dengan menganggukkan kepalanya sekilas dan tersenyum penuh hangat sambil mengucapkan terima kasih. Beliau memang begitu menghargai perlakuan sesederhana apa pun, terlebih yang anak-anak kesayangannya berikan.

"Hari ini kalian masing-masing ada rencana apa?" Tanya Tuan Jayeng kepada Aji, Lintang, dan Lingga.

Sejak keputusan bersama yang diambil antara Tuan Jayeng dan Aji sebagai jalan tengah beberapa bulan yang lalu, keduanya sepakat menyimpan rapat-rapat rencana baru tersebut hingga Lintang dan Lingga menyelesaikan ujian akhir SMA dan Aji merampungkan semester kedua-nya.

Glimpse of Heaven : Passé - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang