Chasing After You

158 20 7
                                    

Love - Finding Hope



Lingga menyerah mencoba.

Ia pikir akan sangat mudah mengubah perasaannya terhadap Aji, walau apapun yang tengah dihadapinya saat ini selalu saja berujung dengan keberadaan laki-laki itu. 

Padahal sebisa mungkin ia mengusahakan segalanya sendiri, namun segalanya selalu saja berujung dengan keberadaan laki-laki itu.

Lingga melirik ke arah salah satu buku milik Aji yang sempat dipinjamkan laki-laki itu tempo lalu, membuka-bukanya seolah dengan begitu ia mampu mengirimkan rasa rindu yang teramat sangat karena pertemuan terakhir mereka terasa tidak seharusnya.

Kalau saja saat itu yang datang hanya Aji, tidak ada Lintang atau pun Dyo.

Walau Lingga yakin sekali ia tidak akan mampu mengatakan apapun karena lidahnya seolah tiba-tiba terasa sangat pendek kalau Aji sudah berada di dekatnya seperti kemarin.

Seperti kemarin...

"Lingga...?"

Lingga mengerjapkan kedua matanya berkali-kali, mencoba mengembalikan ingatannya yang mulai ke mana-mana, apalagi kalau bukan tentang satu sosok itu.

"Kenapa, Bu...?"

"Inhaler Ibu habis, bisa tolong ambilkan yang baru, 'Nak?"

Tanpa menjawab, Lingga melesat beranjak dari hadapan Ibu-nya, mencari-cari sebuah kotak penyimpanan di mana Nyonya Asmarini menyimpan stock Inhaler yang memang Beliau gunakan setiap kali sesak nafas-nya kambuh di samping mengonsumsi rutin obat yang telah diresepkan oleh Tuan Damaris, seorang Dokter langganan yang telah menangani seluruh Penghuni Rumah Besar Adhiwangsa, bahkan termasuk dirinya kalau sedang jatuh sakit.

"Besok jadi ke Rumah Sakit, Bu?"

Nyonya Asmarini mengangguk pelan sembari menggunakan alat bantu yang berhasil ditemukan oleh Anak semata wayang-nya itu.

"Lingga anter, ya?"

Kali ini Beliau menggelengkan kepalanya, "Ibu bisa sendiri, Lingga... Kamu harus masuk Sekolah, kan?"

Lingga bahkan harus menghadapi sebuah Ulangan pada beberapa mata pelajaran esok hari, namun ia menggelengkan kepalanya, "Ibu enggak ada yang anter. Lingga izin aja sehari, boleh ya, Bu...?"

Sebuah hembusan pelan perlahan keluar bersamaan dengan raut wajah sendu milik Ibu-nya. Lingga paham sekali bahwa Beliau tidak setuju dengan permohonannya barusan, namun ada sesuatu yang Lingga anggap sebuah hutang.

Di mana ia selalu meyakini bahwa nyawa kedua orang tua-nya akan setia sekali menemaninya hingga dewasa, malah berbanding terbalik dengan akhirnya ia kehilangan Ayah dengan tanpa pernah mendapat pesan terakhir yang mampu ia jadikan sebuah pegangan demi melanjutkan hidup dengan lebih baik.

Lingga enggan kembali menelan hal persis sama seperti kala itu.

"Ya, Bu...? Boleh, ya...?"


*

*

*


"Keluarganya Lingga Nareswara?"

Aji menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan salah seorang Guru piket yang bertugas jaga pada salah satu loket Administrasi yang terletak tidak jauh dari gerbang Sekolah. Ia memutuskan menjemput Lingga sore ini di Sekolah, sekalian berbagi kabar terkini tentang Nyonya Asmarini yang sudah dua hari ini tidak hadir bekerja di rumah seperti biasa. Mungkin Lingga membutuhkan bantuan, dan lain-lain. Aji belum terlalu paham apa yang harus dilakukannya saat ini maka ia berpikir harus bertemu dengan Lingga terlebih dahulu secepatnya.

Glimpse of Heaven : Passé - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang