Dirt and Lost

685 47 2
                                    

Matanya masih terjaga, tak sedetikpun ia coba untuk pejamkan matanya untuk tidur. Jejak air mata masih membekas di pipinya dan jejak gigitan kecil merah pada pundak, leher dan dadanya. Ia lirik sekilas betapa berantakan ranjangnya bahkan pakaiannya entah kemana.

Matanya dalam sekejap terpejam, merasakan deru nafas pada belakang lehernya. Alpha brengsek itu sudah bangun.

"Sasuke, ahh kau masih tidur. Semalam sangat indah. Terimakasih, oh iya...aku akan sering mengunjungimu dan bayi kecil kita. Dia semakin tumbuh sehat di perutmu. Aku harus pergi, jadwal kunjungan ku sudah selesai. Jaga diri kalian." Pria itu bergerak sedikit mengesot dan mengambil tongkat jalannya, tak lupa memungut pakaiannya serta milik Sasuke yang terlempar. Lima belas menit kemudian, pintu kamar terbuka dan kembali tertutup (terkunci otomatis).

"A-aku kotor..."
.

.

.

.
Kucuran air shower di kamar mandi begitu deras. Air hangat menyapa badan putih mungilnya serta perut besar. Kepala surai hitam legamnya basah kuyup, ia tak peduli. Matanya menatap tubuh, tangan dan kakinya dengan nanar dan kecewa.

"Kotor...kotor...kotor...harus bersih...bersih... hikss...kenapa tidak bersih? Kenapa?! Kenapa tidak bersih juga, huh?! Perutku juga...masih kotor...anak ini juga ikut kotor, kau harus bersih juga.... hikss..."

Ia menangis hebat di dalam kamar mandi. Meraung hebat bahkan terduduk di lantainya sambil memeluk dirinya dan perutnya. Guyuran air berhasil menutupi air matanya dan membiarkan sang calon ibu membasahi tubuhnya. Tak lama, ia pun tertidur lelap karena terlalu lama menangis tanpa siapapun yang tahu.

2 jam kemudian

Matanya terbuka perlahan, membiaskan pandangan pertama saat tersadar. Samar-samar ia mendengar jeritan orang di samping kirinya. Ternyata ia belum mati, pikirnya. Tubuhnya sudah kembali terbalut baju pasien dengan outer rajut dan selimut tebal. Ia merasa hangat.

"Sasuke-chan... syukurlah kau sadar....hiksss...."

"I-Ino-chan... a-aku dimana?"

"Kau pingsan dengan guyuran air di tubuhmu....hikss...kenapa kau selalu keras kepala? Kau tidak boleh sakit...hikss...."

"K-ku pikir...aku sudah mati...bertemu kakakku di surga sana..."

"Tidak! Berhenti bilang seperti itu...hikss... aku tak suka! Kalau kau pergi, siapa sahabatku di sini? Hikss..." Sasuke menoleh pelan ke arah Ino. Gadis itu selalu berada di sisinya baik saat senang maupun sedih, tak pernah meninggalkannya sedikitpun. Kecuali semalam tadi.

"Sasuke-chan...maaf, aku tak menyelamatkanmu semalam...aku ditahan Jenderal Hyuuga itu..."

"T-tidak apa-apa...sekarang aku menyadari posisiku...aku memang ditakdirkan sebagai pelacur dan mesin penghasil anak...nasibku ternyata berakhir seperti ini...aku harus merendah dan menyerahkan tubuh ini untuk kepuasan mereka..."

"Jangan bicara seperti itu...aku yakin, kita pasti bisa keluar dari penyiksaan ini."

"Aku berharap itu, Ino-chan..."
.

.

.

.
"Bertahanlah, Uchiha-san! Dorong lagi!"

"Mnnnnghh...ahhh...tidak bisa...aku lemas..."

"Tarik nafas, dorong lagi!"

"Arrghh....mnnnnghh....hah-hah-hah...tidak...bisa..."

"Istirahat sebentar, saat kontraksi muncul...kembali mendorong!"

"AARRGGGHHH!"

Persalinan perdananya tengah berlangsung, disaksikan puluhan tentara dan dokter yang mengawasi jalannya kelahiran penerus bangsa pertama di negara Konoha. Petinggi tentara menatap tegang saat omega itu berjuang melahirkan anaknya tepat sembilan bulan (kebetulan dia alami pecah ketuban saat istirahat).

Love Behind PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang