Note: terdapat OC untuk mendukung cerita
Sesuai saran Gaara, Sasuke memutuskan untuk mengatakan semuanya pada Naruto. Bukan dengan baju pasien sebagai sandangnya, melainkan celana training yang sedikit longgar dan sweater berwarna baby blue. Rambutnya yang biasanya ia biarkan memanjang menutupi mata kirinya ia selipkan di daun telinganya. Sasuke ingin melihat Naruto seutuhnya.
Berkali-kali ia menyentuh-melepas handle pintu kamar, ia begitu gugup padahal semalam ia sudah pertimbangkan baik-baik untuk jujur dengan perasaannya sendiri dan mengatakannya pada alpha pirang itu.
"Ayolah Sasuke, jangan pengecut. Kau harus bisa!"
Sepatu kets miliknya menapak setiap koridor rumah sakit. Mata hitamnya melihat sekeliling yang hanya beberapa orang yang berjalan dan terkadang menyapa serta memuji dirinya yang manis dengan tampilan seperti itu. Seorang office girl yang sedang membersihkan tempat sampah adalah objek pertanyaan pemuda manis ini.
"Permisi, apa kau lihat Naruto-ahh maksudku dokter Naruto Uzumaki?"
"Dokter Naruto hari ini masuk, saya baru saja melihatnya keluar dari ruang kerjanya."
"Apa kau tahu kemana dia pergi?" Binarnya berharap bahwa pria itu belum pergi jauh.
"Maaf, nona. Tapi aku tidak tahu kemana dia pergi. Seingatku, dia pergi ke arah kiri."
"Baik, terimakasih."
Tanpa pikir panjang, ia segera pergi sesuai petunjuk gadis belia itu. Tak puas berjalan pelan, ia mulai jalan cepat kemudian mempercepat tempo menjadi berlari. Ia begitu senang akhirnya bisa menemui orang yang ia cintai empat mata bahkan ia tak peduli dengan ucapan 'nona' dari orang barusan karena saking senangnya.
Koridor kiri ternyata ada sebuah pintu besi yang terbuka. Dengan pelan ia membuka pintu itu dan matanya membola, ternyata ini adalah taman rahasia. Padang rumput hijau dengan beberapa pohon rindang ini belum pernah ia temui selama hampir dua tahun di banker ini. Bunga-bunga liar yang bermekaran itu menjadi pemandangan cantik bagi Sasuke.
"Lihatlah siapa yang datang ke sini." Suara berat itu membuat Sasuke merinding. Itu bukan Naruto, hidungnya bisa mencium bahwa aroma yang keluar dari orang itu adalah aroma tanah dan kayu yang terbakar. Aroma yang membuat Sasuke mual dan ketakutan.
Bukan satu, melainkan tiga alpha dengan pakaian tentara dengan senjata api jenis shotgun terpasang di punggungnya. Wajahnya yang seram dan seringainya yang mematikan membuat Sasuke harus mundur perlahan.
"Kau omega yang terkenal dengan kecantikan luar biasa dan sikap dingin itu, bukan?" Salah seorang dari mereka mendekatinya dan mulai membelai pipi tembamnya dengan penuh nafsu.
"Astaga, aku hanya menyentuh pipi gembil ini...tapi nafsuku untuk membuahinya meningkat tajam."
"Hey, apa kau tak lihat? Dia sedang hamil. Tapi ku rasa tak apa, Julio. Bukannya berhubungan seks itu bagus untuk persalinannya." Alpha dengan wajah bekas luka bakar di pipinya mengelus perut besar milik Sasuke dengan penuh nafsu.
"Tumben sekali kau pintar, Robert. Jangan menjauh, cantik. Kau itu bidadari surga di antara semua omega di sini. Sudah lama aku mendambakan mu, Sa-su-ke. Kalian berdua minggir lah, aku yang dahulu mencicipi nya!"
"Tidak bisa, Stewart. Aku sudah menyentuh pipinya. Aku yang harus memulainya."
Pria bername-tage Stewart Adkins itu mengeluarkan aura dominan pada dua alpha di belakangnya. Robert dan Julio kalah telak dengan kekuasaan dari alpha tubuh tinggi besar itu. Ia langsung membalikkan badannya dan melihat sang omega yang terdiam di tempatnya.
"Sasuke, kau tahu? Sudah lama aku menantikan momen ini. Setiap hari, 24 jam pagi dan malam aku selalu mengawasimu. Kau tau, sayang? Di balik cermin besar di dinding kamarmu itu...ada aku yang melihatmu di sana." Deep voice itu terdengar jelas di telinga Sasuke. Stewart membisikkan sebuah rahasia besar di biliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Behind Pain
Fanfiction[Naruto × Omegaverse (A/B/O) × AU] Setelah Perang Dunia III berakhir, semua negara terkhusus negara kecil, Konoha, salah satu negara turunan dari Jepang, terkena imbasnya. Efek nuklir membuat banyak wanita ataupun beberapa laki-laki omega tak bisa...