Escape and Safe (2)

355 18 0
                                    

Naruto berdiri membelakangi Sasuke, menjadi 'tameng' tambahan untuk kekasihnya. Naruto menatap pria yang tersenyum 'aneh' itu. Apa yang sebenarnya diinginkan pria tua bangka ini?

"Sudah kuduga...kau mau bertarung denganku kan? Karena kau tak bersenjata, sebagai abdi negara yang baik...aku juga harus melepaskan senjataku. It's fair, right?" Naruto tetap diam dan menatap wajah Hizashi.

Mereka mulai pasang kuda-kuda. Kedua berteriak dan mulai duel 1:1 dengan kemampuan karate dan silatnya. Baik Naruto maupun Hizashi takkan pernah memandang remeh lawan, mereka tahu itu. Jika sedikit saja lengah maka keselamatan tubuhmu menjadi taruhannya.

Sasuke terus mengintip jalannya pertandingan di balik tempat persembunyiannya. Sesekali ia harus merintih kesakitan karena perutnya berkontraksi kembali, ia harus meredam suaranya agar tak menarik perhatian orang lain. Sasuke memakai korsetnya kembali untuk bersiaga sekaligus meredakan rasa mulas di sana.

Tanpa sadar Stewart melangkah terseok-seok mendekati dirinya. Tangan pria itu menarik pergelangan kaki Sasuke secara mendadak.

"Lepaskan aku! Lepaskan!" Sasuke menendang tangan yang masih memegang kakinya. Tangannya merogoh saku bajunya, dengan cepat ia 'melawan' Stewart dan membiarkan pria itu kesakitan

Berterimakasih kepada pisau lipat Naruto yang terjatuh dekat dengannya. Ia sembunyikan di saku bajunya untuk berjaga-jaga.

CRAASHHH

Sasuke menebas tangan itu sekali lagi, tepat di bagian pembuluh darah. Ia berdiri, melangkah menuju tubuh Stewart yang masih terlentang karena rasa sakit dan darah yang terus mengucur dari pergelangan tangannya. Tangannya menarik kerah baju Stewart dan menyeret alpha itu ke tempat lain yang lebih luas.

Tubuh mungilnya ia dudukkan di atas perut Stewart, tentu saja pria itu merasa sesak karena bobot tubuh Sasuke beserta perut besar milik si manis yang menekan dadanya.

"M-minggir kau, jalang! B-badanmu berat, perut sialanmu ini!" Mata hitam bulat itu menatapnya penuh amarah. Ia mengumpulkan semua rasa dendam yang berkecamuk di dadanya. Stewart mendorong tubuh mungil nan berat itu ke arah kiri dan membuat Sasuke terjatuh.

"Ughhh..." Perutnya kembali sakit. Stewart mencoba bangkit dan berjalan pincang ke arah Sasuke yang masih menetralkan rasa sakitnya.

"Kau itu, hanya omega...semua usahamu akan sia-sia!" Ia menyentuh perut besar itu dengan kakinya dan mendorongnya hingga perut itu menghantam sisi drum bekas dengan cukup keras.

"Aakhhhh..." Stewart mengangkat tubuh mungil itu dan mendorongnya ke dinding. Sasuke mengusap perutnya, bayinya kembali bergerak.

"Kau bisa apa? Apa kekuatanmu sebesar kami? Tidak!"

"A-aarggghh, Stewart...hentikan! Kau mendorongnyaa!" Tangan besar pria itu menekan sedikit ke bawah, Sasuke bisa merasakan bahwa kepala bayinya bergerak ke arah lain.

"Memang, aku ingin bayi itu meninggal dan kau harus mengandung anakku!"

"Dalam mimpimu!" Sasuke mendorong keras tubuh Stewart, dengan cepat ia kembali duduk di atas perut Stewart. Ia tak peduli pria itu berontak atau terbatuk karena kehabisan nafas yang terpenting ia harus memberi pelajaran padanya.

Kepalanya menoleh ke arah si pirang yang masih berduel dengan Hizashi. Ia tak mau menyusahkan Naruto, setidaknya ia harus berjuang juga. Ia tak mau terus berada di balik punggung kekasihnya, ia harus melakukannya sendiri.

Tangannya mengambil pisau yang ia ambil diam-diam dari saku Stewart saat dia terpojok di dinding. Ia mengoyak kemeja Naruto yang kotor karena darah dan ketubannya, menyumpalnya di mulut Stewart dalam-dalam. Jemari lentiknya ia persiapkan seoptimal mungkin.

Love Behind PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang