"Sasuke!"
..
.
Naruto menatap si manis yang meringkuk gemetar di pelukannya. Ia memeriksa semua tubuh kekasihnya, ia bersyukur orang yang ia cintai tak terluka"Naru...my darling..." Sasuke mengusap wajah pria-nya. Ia begitu bahagia bisa melihat wajahnya. Namun bahagianya hanya sebentar, ia menangkap suara lirih dari pasangannya.
"Naru...kau kenapa?" Ia ikut melihat ke arah Naruto mengamati sumber sakitnya. Ternyata timah panas itu mengenai betis kiri Naruto.
"Naru, kau terluka..."
"It's okay baby, ini tak apa." Sasuke menggeleng kepalanya. Ia tak setuju dengan sikap Naruto yang tenang walau sedang kesulitan/kesakitan. Tangannya merobek ujung dressnya, mengangkat kaki celana jeans Naruto serta mengikatnya dengan kencang untuk hentikan pendarahan.
Hizashi semakin kesal dan mulai mengambil pisau lipatnya, Naruto dengan cepat menggendong Sasuke dan meninggalkan ruangan itu. Si manis langsung mengeratkan pelukannya di leher Naruto.
"Sial, aku lupa ada sensor di sini."
"Naru, aku tahu tempat mematikan sensor itu. Turunkan aku." Naruto langsung menurut dan menyesuaikan langkah Sasuke yang cepat.
"Jangan lari, baby. Hati-hati!"
"Kalau tidak cepat, mereka akan temukan kita." Ia menuju ruang kontrol. Ia terkejut melihat dua orang tentara seperti menunggu kehadirannya. Baru saja dua tentara itu ingin menangkapnya, mereka berjalan mundur dengan wajah ketakutan.
Naruto-nya sudah bersiaga berdiri di belakangnya. Sasuke tersenyum bangga.
"Ayo Naru...kita ke sana!" Sasuke mulai duduk di salah satu kursi. Tangannya dengan lincah mencari pemrograman sensor itu. Sesekali ia terhenti untuk menetralkan rasa sakit karena kontraksi di perutnya.
"Baby..."
"I'm fine. Aku sudah lama tidak 'bermain' dengan program kesayanganku." Ia kembali fokus dengan monitornya. Naruto ikut duduk di sebelahnya sambil terus mengelus perut Sasuke, berharap agar bayinya tidak menggangu ibunya.
"Thank you, darling."
"Anything for you, baby. Lanjutkan pekerjaanmu, programmer."
"Mungkin lebih tepatnya, hacker."
"Baby..."
"Hihi...just kidding, just wait for a while and...voilla!"
Naruto kagum dengan bakat Sasuke. Ia tak menyangka jika kekasih manis dan cantiknya ternyata seorang programmer handal. Ia langsung merangkul kekasihnya saat Sasuke sedikit limbung karena rasa sakit di perutnya.
"I'm okay...i can still hold in for a while. Ayo, kita harus lari dari sin-AHH.." Tubuhnya dipeluk Naruto dan digiring ke arah bawah pintu. Hizashi ternyata lewat dan melihat ruang monitor. Dua tentara yang diam meringkuk di sana mendapat kode ancaman dari Naruto
'Berani bersuara tentang kami, ku habisi kalian'
"Ayo baby, dia sudah pergi." Naruto menarik tangan Sasuke dan mulai keluar dari sana. Naruto sempat ingin menggendong Sasuke, namun ditahan oleh si manis.
"Aku tak mau digendong. Aku masih bisa berlari. Efek obatnya baru berjalan, lagipula aku sudah pakai korset-ku. Tenang saja." Naruto sedih, sepertinya Sasuke sudah mempelajari kapan obat itu akan bereaksi atau berakhir.
"Baiklah, kalau terjadi sesuatu...bilang padaku."
"Ayayay...captain."
Naruto terus menggandeng tangan Sasuke, mencari celah sembunyi dan keluar menuju lantai tiga. Sesekali Naruto melihat Sasuke yang terdiam untuk menetralkan nafasnya yang sedikit sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Behind Pain
Fanfiction[Naruto × Omegaverse (A/B/O) × AU] Setelah Perang Dunia III berakhir, semua negara terkhusus negara kecil, Konoha, salah satu negara turunan dari Jepang, terkena imbasnya. Efek nuklir membuat banyak wanita ataupun beberapa laki-laki omega tak bisa...