The Epilogue : 2

324 17 0
                                    

Menunggu memanglah sesuatu yang melelahkan, menyebalkan dan membosankan.

Tapi apa tiga kata itu berlaku untuk Naruto? Jawabannya tidak.

Si pirang selalu setia mendampingi si manisnya dari pagi hingga malam. Orangtuanya bahkan rela jauh-jauh terbang dari Amerika untuk menemani dirinya. Minato dan Kushina meminta maaf pada Fugaku karena putra semata wayangnya sudah menyusahkan dirinya.

"Maafkan kami, Tuan...mungkin putra kami sudah menyusahkan Tuan selama ini." Fugaku hanya tertawa kecil pada sepasang suami istri ini.

"Naruto kalian tak pernah menyusahkan kami. Dia anak yang sangat baik walau sedikit keras kepala."

"Naruto kami adalah putra kami satu-satunya. Kami mungkin terlalu memanjakan dia."

"Tidak, dia tidak manja seperti anak tunggal pada umumnya. Dia anak yang baik dan tangguh. Putraku bahkan sangat mencintainya." Minato dan Kushina sedikit bingung apa maksud pria yang ada di hadapannya ini.

"Sepertinya Naruto belum cerita pada kalian. Naruto dan Sasuke adalah sepasang kekasih, mereka adalah mate. Mungkin kalian sedikit terkejut tapi inilah adanya."

Sepasang suami istri itu juga setuju. Mereka melihat sendiri bagaimana putranya memanjakan seseorang yang terbaring di ruang ICU. Minato dan Kushina mengusap rambut pirang putranya, mereka begitu tahu betapa terlukanya orang yang terkasih terbaring tak berdaya di sana.

"Naruto, kau pergilah makan. Kau belum makan dari tadi pagi kan? Biarkan kami yang berganti menjaganya." Naruto yang baru saja terbangun hanya menggelengkan kepalanya pelan. Ia takkan pernah bisa berpisah dari kekasihnya, ia takut akan melewatkan sesuatu yang akan terjadi.

"Aku tak lapar, Mum. Aku masih mau di sini, mau di samping Sasuke."

"Ayolah nak. Nanti kami akan menghubungimu kalau ada sesuatu." Naruto terdiam beberapa menit hingga akhirnya ia setuju untuk makan siang. Sepeninggal sang putra, kedua orangtua si pirang menatap orang yang tertidur itu.

"Dia anak yang manis. Kau setuju, kan sayang?" Kushina meraba wajah putih vyang sedikit pucat. Minato melihat tanda bulan sabit di leher Sasuke, pria itu tersenyum bahagia. Sebuah tanda yang sama dengan tanda yang ada di leher putranya.

"Iya kau benar. Mereka benar-benar sepasang kekasih."
.

.

.

.
Oraangtuanya pulang ke apartemen miliknya dan Fugaku kembali bertolak ke Konoha untuk menjemput istri notabene ibu kandungnya Sasuke. Sekarang hanya si pirang sendiri di ruangan ini. Setelah menyantap makan malamnya, ia kembali membersihkan tubuh kekasihnya yang sedikit kering.

"Baby, aku hari ini baru selesai makan malam. Aku baru saja menjenguk bayi kita, dia begitu menggemaskan." Tak ada balasan, ia bicara pada orang yang terlelap panjang.

"Baby, aku menamakan putri kita Alexa...Choi Alexa. Seorang pelindung umat manusia. Kau suka kan?" Naruto mengecup kening yang tertutup ponny rambut Sasuke yang memanjang. Rambut itu tetaplah lembut seperti dulu.

"Baby, apa kau marah padaku karena tak beritahu kisah cinta kelamku bersama gadisku yang dulu? Maaf...aku memang tak mau sakiti hatimu, tapi aku tak bisa berbohong. Kau benar-benar seperti reinkarnasi dari Nameera. Sepertinya Tuhan ingin aku menjaga Nameera dengan sosok dirimu. Jadi, kau jangan marah lagi ya baby..."

"...."

"Aku tahu ini takkan berguna. Aku seperti berbicara sendiri, tapi aku bisa bercerita pada siapa lagi? Ku mohon kembalilah padaku..."

Love Behind PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang