Sasuke dan Naruto baru saja akan santap siang bersama sebelum mereka menonton berita yang tak mengenakkan di televisi.
"Naruto, tunggu sebentar." Baru saja ia menyuap makanannya, tangannya ditahan Sasuke sambil ikut melihat televisi.
Telah terjadi kasus bunuh diri dengan korban bernama Sakumo Hatake. Pada tempat kejadian ditemukan sebuah cutter yang berdarah dan juga terdapat sayatan dalam pada pergelangan tangan kirinya, bisa dipastikan bahwa korban menyayat tangannya sendiri sebelum meregang nyawa. Saat ini belum bisa dipastikan apa yang menjadi dalang dari kejadian bunuh diri tersebut dan polisi masih harus mengumpulkan barang bukti lebih lanjut.
"Pa-Paman...hikss...kenapa kau harus bunuh diri? Hiks...hiks..." Sasuke menangis dengan kencang, baru seminggu yang lalu mereka bertemu dan ternyata pria paruh baya itu sudah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
"Sasuke..."
"Dunia ini begitu kejam, Naruto....hikss...kenapa semuanya pergi...hikss...paman bilang akan berjuang bersama, t-tapi paman...hikss..." Naruto hanya bisa memeluk erat Sasuke yang masih menangis kencang, tak peduli jas lab dan pakaiannya basah karena air mata si cantik. Setidaknya hanya pelukan dan gumaman untuk menenangkan Sasuke.
'Jangan khawatir, aku akan pastikan kita bisa bebas dari belenggu kekejaman ini.'
..
.
.
"Uchiha-san, maaf aku harus sampaikan ini padamu. Ayah dari bayi yang kau kandung, Letnan Jendral Kakashi Hatake...sudah menghembuskan nafas terakhirnya. Ia telah gugur pada malam hari pukul 7 malam. Maafkan kami sudah membuatmu merasa tidak enak."Tak banyak kata-kata yang bisa diucapkan oleh Sasuke, dalam satu hari sudah ada dua berita yang mengguncang mentalnya. Tak ada tangisan, tak ada teriakan yang ada hanyalah tubuhnya yang ambruk tepat di pelukan Naruto. Mata hitamnya dengan samar melihat Naruto yang terus memanggil namanya sebelum kesadarannya hilang total.
Satu jam kemudian, nyawanya kembali bangkit walau tubuhnya masih begitu lemah. Kedua tangannya begitu berat, di sisi kiri terdapat jarum infus yang memberikan asupan nutrisi untuknya dan di sisi kanan ada sosok pirang yang tertidur sambil memegang tangan dan menyentuh perut besarnya.
"Na..ru..to..." Suara lirih itu sukses membuat pria pirang itu terbangun dan mengucap syukur pada Tuhan.
"Sasuke, kau sudah sadar...Puji Tuhan! Apa yang kau rasa saat ini?"
"Ha...us..." Naruto langsung merubah posisi Sasuke agar lebih nyaman duduk dan dapat menegak minumannya perlahan.
"Naruto, aku...boleh bertanya sesuatu padamu?"
"Ya, tanyakan saja."
"Kenapa kau begitu melindungiku? Kenapa kau begitu setia di sisiku? Aku bukanlah siapa-siapa...aku hanya manusia dan seorang omega rendahan...tugasku tak lebih dari seorang pelacur dan breeder untuk dibuahi alpha...aku ini...tak suci..." Sasuke hanya bisa menundukkan kepalanya, hanya pertanyaan itu yang bisa ia utarakan. Ia akui bahwa pria Alpha itu selalu setia menemani dirinya baik senang maupun sedih, memberikan dukungan dan keceriaan untuk menghapus duka lara hatinya.
"Jika itu pertanyaanmu, maka inilah jawabanku. Kau, belahan jiwaku. Kau adalah pelengkapku. Mungkin aku terlalu dini untuk ungkapkan ini padamu, aku...aku mencintaimu...aku yakin...kau adalah mate-ku...ahhhh...Sasuke, maaf aku melantur...uhmm... sebaiknya kau istirahat dulu ya, aku harus memeriksa teman-temanmu yang lain." Pria itu beranjak meninggalkan si manis yang masih terdiam bingung dengan apa yang diutarakan si pirang.
"Naruto, apa yang kau katakan itu benar?"
..
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Behind Pain
Fanfiction[Naruto × Omegaverse (A/B/O) × AU] Setelah Perang Dunia III berakhir, semua negara terkhusus negara kecil, Konoha, salah satu negara turunan dari Jepang, terkena imbasnya. Efek nuklir membuat banyak wanita ataupun beberapa laki-laki omega tak bisa...