We're Mated

521 38 0
                                    

"Na-Naruto..."

.......

Pria yang dipanggil itu hanya tersenyum hangat dan mulai meninggikan sedikit tubuhnya. Mata biru yang hangat itu menatap sang pujaan hati dengan penuh cinta. Tangan kanannya tak berhenti mengusap air mata yang mengalir di pipi putih tembam itu.

"Kenapa sayang? Ada yang bisa ku bantu?"

"I-ini bukan mimpi 'kan? Ini bukan mimpi?" Naruto mengambil tangan kecil itu dan meletakkannya di pipi tegasnya, ia biarkan kekasihnya meraba wajahnya dengan penuh rasa puas.

"Kau bisa meraba wajah ini, bibir ini bahkan semua yang ada pada diriku. Kau adalah milikku. Aku adalah milikmu. Kita sudah terhubung, sayang."

"Benarkah? Ini...ini..." Dengan sabar pria itu menuntun Sasuke pada cermin panjang di belakang ranjangnya. Mereka bisa melihat itu bersama-sama.

Bekas gigitan dan hisapan itu ada di kedua leher mereka. Luka berbentuk bulan sabit hasil goresan gigi taring tercetak jelas.

Sasuke tak dapat menahan rasa bahagianya. Ia begitu bahagia bisa bersama pasangannya, ia sudah sah milik seorang Alpha dengan rambut pirang dengan kumis kucing di wajahnya itu.

Apa Naruto juga bahagia?

Lihat saja wajah tampannya begitu bahagia menatap pasangannya yang tersenyum manis. Ia begitu bahagia ditakdirkan sebagai pasangan Sasuke, seorang omega yang ia cintai sejak pandangan pertama. Ia tak bisa membendung rasa bahagianya hingga meneteskan air matanya.

"Naru...kenapa menangis? Kau tak suka?" Sasuke mengusap wajah kekasihnya dengan khawatir. Ia begitu ketakutan melihatnya bersedih.

"Tidak, baby. Aku menangis karena aku senang. Aku ditakdirkan menjadi pelengkap hidupmu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri untukku. Aku...sangat bahagia." Sasuke menghela nafas lega. Ia begitu bahagia kalau Naruto bahagia.

"Naru...cermin ini...ada yang mengawasi kita... Stewart di sana..." Sasuke ingat perkataan itu, ia begitu ketakutan saat alpha yang menyiksanya itu berbicara pasal cermin panjang itu. Tubuh mungilnya bergetar ketakutan mengingat kejadian itu.

"Baby, listen to me. Pria jahat itu akan mendapat hukuman. Dia jahat telah menyakiti kekasihku yang cantik dan manis ini. Dia takkan bisa melawan kita setelah ini. Kau aman bersamaku, baby."

"Naru...tubuhmu penuh luka. Aku ambilkan salep untukmu." Belum sempat ia bergerak, tubuhnya dipeluk hangat oleh Naruto. Tak lupa kecupan manja di pipi dan bibirnya ia berikan untuk Sasuke.

"Tidak usah, baby. Nanti akan sembuh sendiri."

"Tapi luka itu banyak. Aku ingin kekasihku sembuh..." Ya Tuhan, tolong jaga iman dan hormon Naruto agar tidak kembali melanjutkan ronde keduanya. Wajah memelas nan imut Sasuke adalah hal kelemahan Naruto saat ini.

"It's okay, baby. Lagipula... luka-luka lain ini hasil ulahmu sendiri, baby." Senyum menggoda Naruto sukses membuat Sasuke memerah merona.

Astaga...jadi yang tadi siang hingga malam itu sungguhan. Gigitan di bahu kekar Naruto, cakaran di punggung, desahan hingga...

"Hentikan, Naru...aku malu..." Naruto memeluk gemas pujaan hatinya. Ia begitu bersyukur bisa ditakdirkan bersama boneka hidup yang cantik ini.

"Habisnya wangimu menggoda sekali, lagipula jadwal rut-ku ternyata bersamaan denganmu. Sebuah kebetulan yang baik bukan?" Sasuke hanya bisa memendam wajahnya di dada bidang Naruto.

"Baby, mau ku beri tahu sesuatu yang menarik?"

"Apa itu, Naru? Ehh...hummphh..."

Naruto mencium bibir cherry itu dengan lembut. Tentu saja Sasuke kembali mabuk dengan ciuman hangat yang mendalam itu, tetapi matanya kembali terbuka dan tersadar akan sesuatu.

Love Behind PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang