Possessive Ex-Boyfriend [On Going]

Chapter 18

Putra tengah kelimpungan saat mencari keberadaan Sena, ya pemilik hatinya itu entah di mana saat ini. Pemuda itu bahkan sudah mencari tempat-tempat di mana yang jarang sekali di datangi oleh murid-murid sekolah seperti perpustakaan, lapangan indoor, dan ruangan ekstrakurikuler namun tetap tak menemukan di mana Sena berada.

Bahkan tadi di kantin ia tak melihat Sena bersama kedua temannya yang berisik. Pemuda yang sudah menyelesaikan makan siangnya di kantin tentu saja langsung mencari keberadaan Sena.

“Heh cupu, lo liat cewek gue gak?” tanya Putra saat melihat seorang pria berkacamata yang berada di perpustakaan sekolah nya.

“Eng—enggak.” jawab nya dengan gugup. Jujur bahkan saat di tanya di mana pacar Putra teman beda kelasnya itu, ia tak tau mana yang merupakan pacar dari seorang Putra.

Putra berdecak dan langsung meninggalkan perpustakaan begitu apa yang di carinya tidak ada di sana.

Hingga akhirnya satu tempat yang belum ia singgahi, taman belakang sekolah. Dengan cepat Putra melangkah ke sana hingga akhirnya suara seseorang yang di carinya terdengar, namun saat akan menghampiri Putra terdiam sesaat.

“gue ngerti, semoga lo baik-baik aja ya. Ingat saat lo butuh bantuan, lo gak perlu ragu untuk hubungi gue.”

Dengan siapa Sena berada di taman belakang, tak ingin berpikiran negatif Putra langsung melangkahkan kakinya dan di sana terlihatlah Sena dengan salah satu sahabatnya yang kelewat judes ketimbang kedua sahabatnya yang lain.

“Aku cariin ternyata kamu di sini!” ujarnya hingga membuat kedua gadis itu tersentak kaget, membuat Putra menyerengitkan keningnya heran melihat reaksi berlebihan mereka.

“Pu—Putra, kamu di sini? Sejak kapan?” pertanyaan Sena membuat spekulasi spekulasi yang ada di kepalanya menjadi yakin.

Tatapan Putra menajam, pemuda itu dengan cepat menyentak Sena hingga gadis itu berdiri dengan tangan yang berada dalam genggaman Putra.

Rena ikut berdiri dan menatap tajam Putra yang seenaknya menarik Sena begitu saja. “lepasin Sena!” tekan Rena tidak ada takutnya pada Putra yang kini sudah menatap tajam dirinya.

“Lepasin? Lo siapa berani merintah gue?” ujar Putra dan langsung pergi dari sana tanpa memperdulikan Rena yang emosi dan Sena yang mencoba mengimbangi cara jalannya yang cepat.

Rena hendak menyusul, namun Sena meyakinkan bahwa tidak akan terjadi apa-apa padanya.

Putra membawa Sena ke roftoof sekolah, ketika sampai di sana Putra langsung mendudukkan Sena di sofa usang yang ada di sana dan memeluk gadis itu dari samping.

“Jauhin sahabat-sahabat kamu, mereka bukan orang-orang baik.” bisik Putra tanpa mengangkat kepalanya dari leher Sena.

Sena terdiam mencoba untuk tak memaki Putra. “Kamu gak ada hak untuk larang-larang aku dekat dengan siapapun, akhhh...!” ujarnya dan langsung saja ia menjerit merasakan sakit ketika Putra menghisap dan menggigit lehernya hingga menimbulkan bercak merah keunguan, Putra menatap puas karyanya dan kembali menyelusupkan kepalanya pada leher Sena.

“Kamu milik aku, jelas aku punya hak atas kamu.” ketus Putra dan melanjutkan lagi aktivitas nya.

Pemuda itu menciumi leher Sena dengan seenaknya membuat Sena tak nyaman. “Putra lepasin.” Sena mencoba mencegah Putra yang terus saja menciumi lehernya.

Tak mengindahkan peringatan Sena, Putra terus saja berada di sana membuat Sena makin tak nyaman. Belum lagi remasan pada pinggang nya membuatnya semakin tak nyaman.

“Putra ahh..” tak sadar, satu desahan lolos membuat Putra mengangkat wajahnya dan menatap Sena dengan pandangan berbeda.

Sena seakan tersadar dan menggeleng. Tidak tatapan Putra menajam dengan kabut gairah yang perlahan menguasai pemuda itu. Sena buru-buru berdiri dan menjauh, namun tak bisa. Putra menahannya dan mendudukkannya kembali di sebelah pemuda itu.