Chapter 05

48.8K 2.2K 49
                                    

Pagi-pagi sekali seorang laki-laki sudah siap dengan seragam putih abu-abu miliknya, tanpa kancing dua di atas, tanpa dasi dan baju yang di keluarkan tas di sampirkan di bahu kokohnya sebelah kanan.

Di ruang makan mamanya tengah menyiapkan sarapan dengan sang papa yang membaca koran sambil meminum kopi hitam nya dengan tenang.

“Ma, pa Putra berangkat dulu,” pamitnya dan segera mencium pipi mamanya, ya dia Putra lebih tepatnya Putra Ananda Mikola.

“Loh gak sarapan dulu? Nanti kamu sakit perut Putra, ayo sarapan dulu!” ajak mamanya.

“Gak usah ma aku buru-buru soalnya, Assalamu'alaikum” ujar Putra dan segera pergi menuju garasi rumah nya.

Ia mengambil motor sport hitam miliknya. Ada yang bertanya bukankah Putra memiliki apartemen? Ya namun hanya sesekali saja ia ke sana. Karena ia sebenarnya lebih suka tinggal dengan orang tuanya.

Putra melajukan motornya dengan kecepatan penuh menuju rumah seorang gadis yang sudah ia klaim menjadi miliknya dan ialah satu-satunya pemilik gadis itu.

Sesampainya di rumah sederhana milik gadisnya ia tak mendapati siapa pun di sana. Rumah nampak sepi dan juga kondisi gerbang yang di gembok. Putra mengambil handphonenya ingin menghubungi gadisnya. Ah namun ia lupa ia tak memiliki nomor gadis itu, bodoh. Dengan kekesalan Putra mencoba memanjat pagar rumah tersebut, siapa tau gadisnya masih di dalam.

Berhasil Putra memanjat pagar rumah milik Sena ia segera mengitari rumah tersebut mencari di mana letak kamar gadis itu, hingga pandangannya mengarah ke salah satu jendela kamar dengan gorden Mickey Mouse. Ya di lihat dari tas dan segala teteh bengek memang Sena adalah gadis pecinta Mickey mouse. Putra mencoba membuka jendela tersebut dengan susah payah. Akhirnya ia bisa membuka jendelanya, di tatapnya kamar nuansa putih dengan segala pernak-pernik Mickey mouse itu dengan seksama. Ranjang yang terlihat sangat rapih dan tak tersentuh, juga suasana yang terasa dingin seperti nya sudah agak lama tak di tempati.

Putra menggeram, ia segera keluar dari kamar tersebut dan menuju motornya kembali. Dengan kecepatan penuh Putra melajukan motornya menuju SMA Cendana, hingga tak lama kemudian ia telah sampai di parkiran SMA Cendana dan melihat murid-murid yang sudah memenuhi area sekolah.

Putra berjalan cepat setelah melepas helm full face miliknya, tatapan para anak-anak sekolah menatapnya bingung, karena keadaannya saat ini Putra terlihat begitu kacau dengan rambut berantakannya. Terkesan badboy dan kadar ketampanan bertambah.

Sesampainya di depan kelas IPA 5 yang berdampingan dengan IPS 1 sayup-sayup Putra mendengar suara seorang lelaki yang menggoda miliknya.

“Pagi Sena cantik, gimana hari ini? Ada yang gangguin ayang embeb gak?”

“Baik.”

“Alhamdulillah calon Makmun gue baik, nanti ya Sena kalo aku udah sukses aku bakal bawa ortu aku ketemu kamu.”

Dengan amarah memuncak, Putra langsung menghampiri kelas IPS 1 dengan rahang mengeras dan wajah merah padam menahan amarah.

Brak...

Pintu kelas ia dorong kuat hingga menimbulkan suara gedebum membuat warga +62 eh salah maksudnya warga kelas berjengkit kaget dan menatap tak percaya seorang Putra Ananda Mikola.
“MAKSUD LO APA GODAIN SENA HAH?! SENA ITU PUNYA GUE!!” teriaknya dengan menarik seragam lelaki jangkung di depannya.

“Putra.” ujar Sena menatap takut Putra, urat-urat di lehernya menonjol menunjukkan betapa besar amarahnya seorang Putra Ananda Mikola.

“Sena milik lo? Bukannya Sena jomblo ya? Bebas dong gue deketin dia.” ujar Dito membuat amarah Putra semakin menjadi.

Bugh...

Satu tinjuan lolos dari Putra menghantam rahang Dito membuat foto terjatuh.
“Maksud Lo apa nonjok-nonjok gue?!” teriak Dito tak terima saat di tonjok.

Saat akan membalas tubuh Putra langsung merasa tertarik dan menjauhi Dito.
“Woi gue belum bales dia setan!!” teriak Dito tak terima saat Putra malah di bawa menjauh.

÷÷÷÷÷÷÷

“Lepasin, lepasin gue!!” ujar Putra tak sadar siapa yang menarik dirinya.

Hingga di koridor genggaman tangan itu terlepas dan Putra dapat melihat siapa yang menariknya.
“Kenapa kamu tarik aku? Oh apa kamu gak seneng liat selingkuhan kamu terluka?” tanya Putra sinis.

“Cukup Putra cukup, kamu kenapa sih? Ngapain kamu nonjok Dito? Dito salah apa sama kamu?” ujar Sena dan menatap Putra dengan pandangan campur aduk.

“Dia udah lancang sebut kamu calon Makmun dia, Inget Sena kamu cuman milik aku!” ujar Putra dan mencengkeram erat bahu Sena.

Sena meringis, bahunya sakit. Ia mencoba melepaskan cekalan tangan Putra namun percuma, karena itu terlalu erat. “sakit Putra,” ujar Sena dengan mata berkaca-kaca.

Seakan tersadar Putra langsung melepaskan tangannya namun sekarang malah memeluk gadis itu di tengah koridor hingga menjadi bahan tontonan murid.

“Maafin aku Sena, aku gak mau kehilangan kamu, maaf aku lepas kontrol, maaf...maaf,” ujarnya berulangkali dengan nada terdengar sangat menyesal.

Sena membeku dalam pelukan Putra, jujur baru pertama kalinya ia di peluk oleh Putra karena memang sebelumnya mereka tak pernah berinteraksi. Entah dorongan dari mana perlahan tangan Sena naik dan mulai membalas pelukan Putra hingga tak sadar sudah menjadi tontonan pak Kardi yang saat ini tengah memandang mereka begitu tajam.

“BAGUS... KALIAN KE SEKOLAH NIAT BELAJAR ATAU PELUK-PELUKAN? JIKA INGIN PELUK-PELUKAN KE HOTEL SANA. INI SEKOLAH TEMPAT MENCARI ILMU BUKAN MALAH PELUK-PELUKAN!!” teriak nya menggelegar dengan toa yang selalu di bawanya. Kenapa toa? Percuma mistar dengan rotan doang, sekali-kali mereka harus di teriaki yang mana membuat telinga seluruh siswa-siswi SMA Cendana sakit.

Semua murid yang tadinya asik menonton langsung membubarkan diri begitupun dengan Sena yang mencoba melepaskan pelukan namun selalu gagal karena lelaki itu memeluknya begitu erat.

“PUTRA SENA NGAPAIN KALIAN MASIH DI SANA, CEPAT KE KELAS SEKARANGGG...” teriakan bak petir itu kembali terdengar.

“Putra lepas aku harus kembali ke kelas...” ujar Sena mencoba melepaskan pelukannya.

Putra melepaskan namun tangannya mesih bertengger manis di bahu Sena membuat gadis itu menghela nafas panjang. “Bapak bisa gak sih gak ganggu momen? Bapak gak pernah muda ya?” sinis Putra membuat Pak Kardi semakin melotot

“Berani kamu sama guru kamu?” ujar pak Kardi murka.

Tanpa bicara lagi, Putra langsung menyeret tangan Sena meninggalkan Pak Kardi.
“Putra mau kemana kamu, ini masih jam pelajaran, Putra... PUTRAAAA...!” teriakan pak Kardi di hiraukan hingga panggilan terakhir menggunakan toa masih saja di hiraukan.

“Putra ini masih jam sekolah, aku pengen balik ke kelas...”

“Putra lepasin,”

“Putra!”

Sena pasrah, tak ada sahutan dari Putra hingga lelaki itu membawanya keluar sekolah tanpa bisa di cegah. Mereka memasuki taksi yang kebetulan baru saja menurunkan penumpang yang tak lain adalah guru mereka.

“Loh kalian mau kemana? Ini masih KBM.” ujar guru perempuan itu terheran-heran.

“Bukan urusan anda.” jawab Putra dingin dan langsung masuk taksi meninggalkan tanda tanya besar guru cantik beranak satu dan termasuk guru paling sabar seantero sekolah.

“Astagfirullah hal'azim, anak jaman sekarang sama guru sudah berani. Yaallah semoga anak hamba kelak tidak seperti pemuda tempramen tadi, Aamiin.” ujar guru itu sambil mengangkat tangannya berdoa.

Selesai berdoa guru itu langsung masuk ke kawasan SMA Cendana dan tak lupa senyum manis bagai gula itu ia pamerkan ke seluruh orang-orang yang berpapasan dengannya.





To be continued.

Say hello semuanya gimana kabarnya?☺️
Sorry lama update nya, yuk komen dan votenya.

Possessive Ex-Boyfriend [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang