Chapter 49

12.6K 246 37
                                    

Kembali lagi pada Putra dan juga Sena keduanya duduk dengan tenang sambil menonton televisi di depan mereka, ah sepertinya hanya Putra yang merasa senang berbeda dengan Sena yang gelisah.

Gadis itu berkali-kali melirik ke arah Putra yang sesekali tertawa melihat adegan di film, tampan memang tampan Sena akui itu tapi Sena merasa tak aman. Gadis itu memandang keluar jendela dan melihat rintik gerimis yang semakin lama semakin melebat saja.

“Kenapa dari tadi ngeliatin aku terus hmm?” tanya Putra tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.

Sena terkesiap, gadis itu hanya tersenyum dan menggeleng pelan. “gapapa kok.”

“Sini!” titah Putra namun di balas gelengan oleh Sena sebab lelaki itu menyuruhnya duduk di pangkuannya.

Berdecak, Putra segera menarik tangan Sena hingga akhirnya gadis itu duduk di pangkuan Putra dengan tubuh menegang.

Putra terkekeh pelan sambil memeluk perut Sena dan menompang dagu nya di pundak gadis itu.

“Kamu tau, kamu itu lucu banget ah lihatlah pipi merah ini rasanya aku ingin menggigit nya.” ujarnya sambil mengelus pipi Sena yang memang terlihat chubby.

Tubuh Sena makin tak bisa di gerakkan, gadis itu bingung harus bagaimana. Untung saja saat ini posisinya membelakangi Putra. “Ga usah tegang gitu aku ga akan ngapa-ngapain kamu.” ujar Putra seakan mengerti apa yang di rasakan Sena.

Sedikit relax Sena mencoba menatap Putra yang ternyata pemuda itu juga tengah melihat ke arahnya.

“A-aku mau pulang.” cicit Sena mencoba memberanikan diri berbicara pada pemuda itu.

“Kenapa mau pulang hmm? Bukan kah di sini menyenangkan?” tanya Putra dengan kening berkerut.

“Ma-mama pasti nyariin aku, ini sudah sangat larut dan aku-aku bahkan ga bilang apapun ke mama gimana kabar aku.” jawab Sena dengan gugup.

“Itu masalah gampang aku akan menghubungi mama mu.”

“TIDAK JANGAN, apa nanti yang akan mama pikirkan tentang kita.” ujar Sena panik, ini bukan perkara mudah tapi meminta ijin ibunya untuk menginap di apartemen laki-laki, sungguh tak wajar bukan?

“Baiklah aku akan membolehkan mu menelpon mama mu tapi harus ada aku di samping mu.” ujar Putra dan menatap Sena dengan tatapan yang dalam.

Gawat gimana caranya aku minta tolong sama Gilang?” batin Sena dan menatap Putra yang tengah menatap dirinya curiga.

“Ta-tapi—”

“Iya atau tidak?”

“Huh, baiklah!”

Pasrah akhirnya Sena pasrah. Putra menurunkan Sena dari pangkuan nya dan berjalan memasuki kamarnya dengan cepat untuk mengambil handphone milik Sena.

“Ini handphone nya.” ujar Putra dan memberikan handphone itu pada pemiliknya.

Sena mengambilnya dengan cepat dan mulai membuka handphone miliknya, jujur saat ini tangan gadis itu gemetaran akibat di tatap putra begitu dalam.

“Tuhan bisakah jauhkan dia dari ku sebentar saja, sungguh dia menakutkan.” racau nya dalam hati.

Sena mencoba tenang dan langsung mencari kontak Gilang bagaimana pun caranya ia harus mencari cara supaya bisa kabur dari Putra.

“Oh iya satu syarat lagi, kau harus loud speaker telepon itu dan aku akan diam, jika tidak aku akan melakukan apapun yang tidak pernah terduga oleh mu.!” Bisik Putra membuat Sena menelan Saliva nya kasar, baru saja dia akan menelpon Gilang akhirnya mengurungkan niatnya dan menelpon ibu nya di rumah.

“Halo Sena kamu di mana? Kenapa belum pulang?” tanya sang ibu khawatir.

“Ma—, ee... Sena minta ijin sama mama mau nginep di rumah temen Sena boleh? Hanya dua malam kok, kasian orang tua nya sedang keluar kota dan dia sendirian. Jadi, Sena berniat menemani nya.” jelas Sena senatural mungkin agar tidak di curigai mama nya jujur saat ini dirinya ketar ketir karena tatapan Putra dan telpon dari ibunya.

“Oh syukurlah kalau begitu mama kira kamu kemana? Ya sudah hubungi mama jika terjadi sesuatu okay, sayang?”

“Baik ma, maafin Sena ya ma.”

“Iya sayang, sudah sana istirahat ini sudah malam.” ujar sang mama dan memutuskan panggilan telpon nya setelah berbasa-basi sebentar.

Sena dengan enggan mengembalikan handphone miliknya ke Putra saat pemuda itu mengadahkan tangan nya meminta handphone itu kembali.

“Gadis baik, aku semakin mencintai mu. Ayo kita tidur!” ajak Putra dan menarik tangan Sena namun gadis itu menahan bobot tubuhnya membuat Putra menatapnya bingung.

“Sa-satu kamar?” tanya Sena dengan suara gemetar nya.

Putra menyeringai awalnya ia tak ada niatan seperti itu namun saat Sena menanyakannya pasti seru tidur satu kamar dengan gadis itu dan bisa memeluknya sepanjang malam.

“Tentu saja, ayo!!”

“Ti-tidak, ini salah. Aku tidur di sini saja di sofa kamu tidurlah di kamar.” dengan cepat Sena membaringkan tubuhnya namun karena Putra kesal pemuda itu mengangkat tubuh Sena dengan mudah membuat gadis itu terkejut.

“Putra apa-apaan sih? Lepasin ga? Putra jangan gini!” tak mengindahkan seruan Sena pemuda itu terus berjalan dengan angkuh dan langsung meletakkan tubuh Sena di kasur.

Begitu gadis itu bangkit ingin keluar Putra langsung menahan gadis itu dan berkata dengan suara lirih namun tegasnya.

“Selangkah kamu keluar dari kamar ini, ku pastikan kedua kaki mu tak berfungsi lagi!” tekan nya dan menatap Sena dengan pandangan tajam.

“La-lalu ka-kamu-” belum sempat menanyakan nya Putra langsung memotong ucapan Sena.

“Tenang saja aku tidak akan tidur di kamar ini, jadilah gadis penurut selama dua hari ini aku hanya ingin kamu di sisi ku. Hmmm??" Ucap Putra dan menangkup wajah gadisnya.

“Aku pergi dulu, istirahat lah. Aku mencintaimu, selalu ingat itu dan jangan pernah coba berpikir untuk lari dari ku Sena. Karena apapun yang terjadi dan sejauh mana kau berlari aku akan menemukan mu, sayang.” ujar Putra kembali membuat Sena tergugu di tempat nya entah harus mengatakan apa.

“Aku pergi dulu, selamat malam.” setelah mengecup kening dan kedua mata Sena, Putra langsung beranjak dari kamar itu dan pergi dengan senyuman.

Sedangkan Sena di dalam kamar terdiam dengan seribu bahasa. Perlakuan Putra selama ini memang membuat hatinya bergetar kembali, namun terkadang rasa cemburunya membuat Sena ketakutan setengah mati. Apa yang harus dirinya lakukan? Saat untuk berpikir pun otak Sena tak memiliki jawaban apapun.

★★

“Sialan, kemana anak itu? Apakah dia tidak tau bahwa keluarga Lily akan datang malam ini?” gusarnya sambil melakukan panggilan telepon berkali-kali namun tidak di angkat sang pemilik.

“Mas, sudahlah kita batalkan saja pertemuannya bisa kan?”

“Tidak bisa aku harus bilang apa pada teman ku itu? Kita sudah membatalkan kepergian kita, lali sekarang membatalkan acara ini.”




To be continued.

Hai udah berapa lama aku ga update, masih nungguin ya? Maaf aku terkesan mengabaikan cerita ini, percayalah aku sibuk pulang kerja menyempetin satu dua kata, setelah itu istirahat hehehe ya Allah maaf ya semuanya. Aku minta maaf sebesar-besarnya, entah setelah ini aku akan update lagi kapan tapi jika kalian bosan dengan cerita ini, kalian boleh meninggalkan lapak aku. Bahkan aku Sampai lupa dengan semua nama pemeran di sini kecuali Sena dan Putra nya😭🙏🏻

Maafkeun sekali lagi teman-teman

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Possessive Ex-Boyfriend [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang