05

113 99 76
                                    

Tok tok tok

Suara ketukan pintu kamar Mia dari luar. Arka dan Eri, mereka sedari tadi menunggu Mia didepan pintu kamar Mia. Mereka sangat khawatir akan keadaan Mia saat ini. Sudah beberapa kali mereka membujuk Mia untuk keluar, tapi tetap saja tidak ada respon dari Mia.

Sementara didalam, Mia masih duduk dipojok kamarnya sambil meringkuk. Masih terdengar suara isakan Mia.

"Assalamu'alaikum," salam seseorang yang baru saja pulang.

"Wa'alaikumsalam." jawab Arka dan Eri.

"Loh kok katon kuwatir ngono? Lan maneh, kok ana ing ngarep kamare Mimi?" tanya Teguh dengan logat Jawa, yang baru saja pulang dari pasar.

(Loh kenapa kalian keliatan sangat khawatir? Dan lagi, kenapa kalian didepan kamar Mimi?)

Arka yang mengerti ayahnya tidak tau apa yang terjadi sekarang ini, ia pun menjelaskan semua yang ia dengar dari Lola kepada Teguh.

Setelah mendengar semua penjelasan dari Arka, Teguh menjadi ikut khawatir. Karena Mimi, putrinya ia selalu penasaran dan berantusias bagaimana nantinya jika ia bisa tinggal di luar negeri.

Yah. Teguh, ayah Mia dulunya bekerja di kapal pesiar. Tapi, Teguh sudah berhenti bekerja sejak 6 tahun lalu.

Tok tok tok

Kini Teguh yang mengetuk pintu kamar Mia, "Mimi..." lirih Teguh.

"Buka pintunya... Papa duwe jajan akeh, ana kesukaane Mimi. Metu yo?" rayu Teguh.

(Buka pintunya... Papa punya jajan banyak, ada kesukaannya Mimi. Keluar ya?)

"..."

"Mimi, ga buka sekarang? Papa dobrak loh!" ancam Teguh lagi.

Ceklek

Mia membuka pintu kamarnya. Terlihat jelas dari raut wajahnya yang sembab, mereka bertiga langsung memeluk Mia. Mia, ia tersenyum.

"Aku gapapa kok, kalian ga usah cemas." bohong Mia, padahal dirinya masih saja merasakan rasa sesak di dadanya. Tapi, apa boleh buat, ia juga tidak mau keluarganya terlalu mengkhawatirkan keadaannya.

Mereka melepaskan pelukannya.

"Mia lagi pengen sendiri, Mia balik ke kamar ya?" tanya Mia kepada mereka bertiga.

"Kakak pengin nemenin adek, boleh?" pinta Arka.

Awalnya Mia menolak, tapi dengan segala cara yang dilakukan Arka, akhirnya Mia mengizinkannya. Kedua orang tuanya tersenyum melihat putra-putrinya yang saling menyayangi itu.

Dikamar, Arka merebahkan tubuhnya di atas kasur Mia. Sedangkan Mia, ia duduk di kursi putarnya. Mereka berdua tengah asik mengobrol. Tapi, disini yang paling banyak berbicara adalah Arka. Mia menanggapinya dengan ber-oh ria. Saat ini, sebenarnya Mia sedang malas bicara pada siapapun. Tapi, Mia ingat Arka adalah kakaknya, jadi sepatutnya ia menghormati kakaknya.

Arka? Dia juga sebenarnya irit berbicara pada siapapun. Tapi tidak dengan keluarganya. Yah, capek sih berasa ngomong sendiri. Tapi itu salah satu cara agar Mia tidak terlarut dalam kesedihannya. Semangat Arka!

"Em... kak," panggil Mia.

"Ya?"

"Mia- belum lancar bahasa Jepang nya ya? Apalagi, Mia belajarnya bukan bahasa Inggris nya dulu." ucap Mia.

Arka bangun dari kasur Mia, dan menghampiri adiknya, "gak kok. Adek udah lancar. Sampai kakak gatau adek ngomong apa. Dipelajari terus, sampai lebih lancar lagi ya? Jangan patah semangat, kakak tau adek pasti bisa!" jawab Arka tersenyum sambil mengelus-elus kepala Mia.

Travel is My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang