07

94 80 84
                                    

"Hoaaammm..." Mia menguap panjang, lalu melipatkan tangannya untuk menopang kepalanya di atas meja.

"Mi," ucap Lola yang ada disebelah Mia.

"Hm?"

"Keliatannya kamu—" Lola menatap Mia dengan serius. "Ga jadi deh."

"..."

Mia kembali menenggelamkan wajahnya didalam lipatan tangannya.

Melihat keanehan dari sahabatnya, membuat Lola ingin menanyakannya, tapi ia enggan bertanya. Tapi, jika ia tidak menanyakannya, ia terus dikelilingi rasa penasaran. Sebab, sedari pagi Mia terus berekspresi yang sulit diartikan.

"Psstt... ajak Mia ke kantin coba! Udah bel nih!" bisik Lola pada Putra, bahwa bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu.

"Ye lu aja, lu kan sebangkunya!" bisik Putra.

"Ga enak gue, dari tadi gue mau ngomong tapi ga jadi-jadi, yang ada Mia bisa ngambek, bisa jadi bencana buat kita!"

"Iye, bawel lu!"

Pletak!

Satu jitakan mendarat mulus di dahi Putra. Putra meringis kesakitan, lalu mengusap dahinya yang terkena jitakan Lola.

'Jitaknya pake tenaga dalem kali ye? Keras bener, cenut-cenut nih kepala gue.' , batin Putra.

'Rasain tuh!' , batin Lola tersenyum miring.

Putra berjalan menuju didepan meja Mia. Kini dirinya sudah berhadapan dengan Mia yang masih menenggelamkan wajahnya.

"Mi, kantin yo?" ucap Putra tanpa basa-basi.

"Iya tuh, yok kantin!" sambung Lola.

"Hm," jawab Mia, ia bangkit dari bangkunya. "Yok!" Mia tersenyum.

'Ekspresinya— langsung berubah?' , batin Lola.

Lola tak menghiraukan nya, ia langsung merangkul Mia menuju ke kantin. Di kantin, seperti biasa mereka bertiga duduk ditempat yang selalu mereka tempati.

"Sekarang aku yang pesen ya?" tawar Mia.

"Putra aja," sahut Lola lalu mendapatkan sorot mata tajam dari Putra.

"Udah aku aja, lagian kalian udah sering,"

"Em... oke deh," pasrah Lola.

"Jadi mau makan apa?" tanya Mia.

"Gue bakso deh, udah lama gue ga makan. Tapi inget, no ijo-ijo. Minumnya es teh," sahut Putra.

"Maksudmu seledri?"

"Emm... ya itulah gua ga ngerti."

"Oke. Lola?"

"Samaain deh,"

"Dasar penyama!" umpat Putra.

"Mau gua jitak lagi, huh?!" ancam Lola.

"Udah-udah, aku pesen dulu ya, kalian jangan berantem loh! Nanti jodoh. Hahaha." ucap Mia sambil pergi meninggalkan mereka.

"DIH GAK!" jawab mereka berbarengan.

Mia tersenyum, dan melambaikan tangannya pergi menjauh. Sedangkan mereka hanya ngedumel tidak jelas. Lola tersadar, ia melihat ekspresi Mia yang ceria tadi tidak seperti sebelumnya.

"Put, lu tau Mia kenapa?" tanya Lola, ia pikir kali aja Putra tau.

"Kenapa apanya?" Putra bertanya balik.

Lola mempersiapkan jari tangannya yang siap untuk menjitak Putra, lagi. "Lu tuh..." geram Lola.

"Eh hehe... Sorry-sorry. Tapi emang kenapa? Diliat dia baik-baik aja," enteng Putra.

Travel is My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang