10

36 34 37
                                    

Hari demi hari, Mia lewati dengan rasa—— yang sulit diartikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari demi hari, Mia lewati dengan rasa—— yang sulit diartikan. Bagaimana tidak? Dirinya masih saja memikirkan Study tour nya. Padahal, ia sudah meyakinkan orang tuanya, jika dirinya tak masalah tidak ikut. Walaupun demikian, hati tetap tidak bisa berbohong. Hanya saja, rasa keinginannya ia tutupi rapat-rapat hingga mereka semua tidak tau.

Matahari sudah memunculkan dirinya dengan memancarkan cahaya yang dimilikinya. Kali ini, kelas terasa sangat tenang membuat Mia merasa nyaman belajar. Dan guru yang mengajar di kelas, ikut merasakan ketenangan ini, dan membuatnya semangat mendidik anak-anak muridnya.

Kring... Kring... Kring...

Bel menandakan istirahat berbunyi. Yah, seperti biasa sebagian murid merapikan bukunya terlebih dahulu, dan ada pula yang langsung meninggalkannya. Tapi, sebelum itu, guru yang mengajar tadi, alias wali kelas Mia memerintahkan untuk mendengarkan yang ingin dibicarakan guru itu.

"Anak-anak, ibu minta perhatiannya sebentar!" ucap ibu guru yang masih tetap berdiri didepan kelas.

"Baik bu!" jawab mereka kompak.

"Baik anak-anak, ibu akan mengumumkan siapa saja yang sudah dan yang belum membayar biaya study tour, karena sebentar lagi kita akan berangkat." ucap ibu guru itu lantang.

Mia sudah menduga akan hal itu. Sedikit rasa iri dari lubuk hatinya. Oke, no problem Mia. Ga usah iri, jangan ngarep! , batinnya ia menundukkan kepala, dan memainkan pulpennya seraya mengalihkan keinginannya itu.

Ibu guru mulai mengabsen dari nomor urut satu, hingga seterusnya.

"Intan, sudah lunas ya," ucap ibu guru mengabsen.

"Alhamdulilah."

"Jamal, baru bayar separuh. Separuhnya lagi mau kapan?"

"Besok bu!" sahut anak yang bernama Jamal.

Ibu guru mengangguk dan mengabsen lagi. "Lola, sudah lunas,"

"SIP BUK!" sahut Lola dengan nada tinggi.

"Tidak perlu teriak-teriak Lola," ucap ibu guru seraya menggelengkan kepalanya dibalas cengengesan oleh Lola.

"Selanjutnya, Mia. Kamu sudah lunas ya," ucap ibu guru sontak membuat Mia mengangkat kepalanya dengan penuh tanda tanya.

"Loh bu, saya 'kan ga ikut. Kenapa saya dikatakan sudah lunas?" heran Mia.

"Loh apa benar begitu, Mia?" jawab ibu guru itu juga heran. "Baiklah, jika Mia merasa begitu, nanti temui ibu di ruang guru ya?"

"Baik bu."

Setelahnya, ibu guru melanjutkan absennya hingga selesai. Seusai mengabsen, barulah para siswa pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan sedari tadi.

Tidak dengan Mia, ia bergegas ke ruang guru, untuk memastikan yang tadi.

Saat ini, tepat dihadapan wali kelas Mia, ia tercengang melihat jelas buku itu dengan mata kepalanya sendiri. "Bu... saya tidak pernah sekalipun membayar," ucapnya dengan nada lirih tetapi masih tetap terdengar oleh ibu guru.

Travel is My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang