Part 23 : Pertarungan Berakhir

4 2 0
                                    

Pertarungan sengit pun tak terhindarkan antara Singa jantan keemasan dan manusia kekelawar. Keduanya saling menyerang dan melukai berusaha membunuh satu sama lain. Tak ada satupun hewan peggunungan es itu keluar dari sarang mereka. Semuanya ketakutan.

Dua kekuatan hebat sedang bertarung hingga salah satu dari keduanya kalah dan terpental jauh kebelakang membentu pohon pinus besar yang menjulang. Manusia kekelawar tertawa jahat. Suaranya terdengar sangat mengerikan bahkan burung-burung yang ada di sekitar mereka terbang menjauh dengan terbirit-birit.

"Ternyata hanya segitu saja kekuatanmu, Saka sang Raja Hutan yang Agung!" ejeknya.

Saka yang tertimbun salju es akibat benturan keras pertarungan mereka keluar dengan wujud manusianya. Tak pernah dipikirkannya manusia kekelawar di hadapannya sangat kuat dari yang ia bayangkan. Baru saja ia hendak melangkah kedepan tubuhnya langsung limbung dan terjerembab kembali ke tanah. Tawa Meldera semakin keras begitu melihatnya jatuh.

"Ternyata sesenang ini tertawa diatas penderitaan orang, ya?" katanya di sela tawa tanpa henti.

"Sialan kamu, Meldera!" maki Saka sambil menegakkan tubuhnya.

Kini, baju yang dikenakan Saka telah compang-camping disana sini. Wajah, tangan dan kaki hampir di seluruh badan banyak luka lebam, darah, luka sobek akibat cakaran. Tubuh Saka juga sudah melemah, tapi dirinya tidak mau kalah begitu saja. Ada Asa yang harus ia lindungi. Laki-laki itu berharap Asa baik-baik saja. Namun, saat matanya melihat ke arah tempat di mana Asa berada gadis itu raib hilang entah kemana. Hanya menyisakan jaket tebal milik Saka.

Dengan tergesa laki-laki itu berlari mengandalkan kekuatan yang tersisa untuk mengecek Asa. Belum saja ia sampai dirinya sudah di hadang lagi oleh Meldera.

"Hei, mau kemana? Kita belum selesai."

"Minggir kamu, aku tak berurusan denganmu sekarang ini," sahut Saka jengkel sambil menyingkirkan Meldera dengan tangan kosongnya. Tapi Meldera tetap Meldera belum tuntas urusannya ia tidak akan berhenti.

Meldera menahan Lengan Saka dengn tangan yang penuh dengan bulu-bulu tipis berwarna hitam dan kuku-kuku hitam yang panjang.

"Apa kamu bilang? Tak berurusan. Urusan kita belum selesai. Jangan seenaknya kamu lari dariku bajingan!" sentaknya memberikan serangan dengan memelintir lengan Saka yang digunakannya untuk menyingkirkannya.

Saka berteriak kesakitan dan tak bisa melawan. "Sakit kan?" Meldera semakin mempererat pelintiran pada lengan Asa membuat Laki-laki berambut coklat madu itu semakin kesakitan.

Meldera segera mendorong Saka hingga tersungkur setelahnya ia terbang menerjang Saka kembali. Kini Saka berada di bawah Meldera yang bersiap memberinya cakaran lebar pada tubuhnya.

"Aku akan melakukan seperti apa yang keluargamu lakukan pada Ayah dan Ibuku!" Meldera memperlihatkan jari jemarinya yang panjang nan hitam. Kemudian ia arahkan jari-jemarinya ke arah wajah Saka.

Sayang sebelum itu terjadi seseorang menusuk senjata tajam ke punggungnya dari belakang. Meldera berteriak kesakitan dan berbalik melihat siapa gerangan yang menusuknya dari belakang. Ternyata seorang gadis kecil berwajah manis yang sudah bersiap menembak musuhnya. Siapa lagi kalau bukan Asa.

Sementara, Saka terkejut, melihat Asa yang melakukan itu.

"Aarrgh! Sialan kamu gadis kerdil!" Meldera mencabut golok di punggungnya dan melemparnya sembarangan.

The Silver AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang