Part 7 : Bertemu Kawan Lama

5 2 0
                                    

"Semesta akan melindungi orang-orang berhati mulia."

Selama perjalanan kali ini, Asa terus mengoceh menceritakan semua yang terjadi dan Saka mendengarkannya dengan sangat antusias. Bahkan laki-laki itu tertawa saat Asa menceritakan dirinya diejek gadis kerdil oleh Oger bersaudara.

"Bukankah kedua raksasa itu benar. Tubuhmu itu mungil. Pantas mereka memanggilmu, gadis kerdil." Saka masih terbahak di atas kudanya.

Mendengar hal itu, Asa langsung menghunuskan tatapan tajamnya ke arah Saka. "Ternyata kamu sama menyebalkannya dengan oger-oger jelek itu," sungut Asa kesal. Kini gadis tomboy itu tidak lagi berbicara formal setelah apa yang keduanya alami.

Saka menggeleng tak setuju. "Tidak sama dong, aku 'kan tampan," ujarnya sombong sambil membusungkan dadanya.

"Tampan sih tampan, tapi ... sombongnya itu, lho. Ngurangin." Asa menyahut pedas.

Saka yang mendengarkan merasa terbang ke awang-awang mendengar hal itu namun tiba-tiba ia di paksa jatuh dengan keras setelah mendengar kalimat selanjutnya. Membuat laki-laki itu dongkol.

"Hei, pencuri manis! Sebenarnya kamu sedang memuji atau mengejekku, hah?"

Asa langsung menghentikan kudanya kemudian berbalik menatap Saka yang berada di belakangnya.

"Menurutmu bagaimana, laki-laki beruang?" sengit Asa.

"Apa kamu bilang aku laki-laki beruang?" tunjuk Saka pada dirinya sendiri.

"Lalu, kamu apa?" tanya Saka sambil menahan tawanya.

Asa terdiam. "Aku? Tetaplah Asa," tegasnya.

"Bukan. Kamu itu ... Gadis kerdil," ucap Saka sambil mencubit gemas hidung Asa yang mungil setelahnya ia melarikan diri meninggalkan Asa.

"Hei! Tunggu! Dasar laki-laki beruang!" teriaknya lantang sambil mengejar Saka yang meninggalkannya.

Asa dan Saka terus melanjutkan perjalanannya. Keduanya pergi meninggalkan gurun panas yang kini telah kembali menjadi padang rumput hijau secara ajaib, setelah lenyapnya Oger bersaudara.

***

Sampai di gerbang Desa Putih, seperti yang terpampang jelas pada gapura desa. Desa ini adalah desa yang harus kedunya lewati menuju hutan kabut. Kebetulan Saka memiliki seorang kenalan di sana. Saka berniat untuk beristirahat sejenak di penginapan mengingat keduanya sama-sama letih. Selain itu, ia ingin membeli perbekalan tambahan.

"Asa," panggil Saka menghentikan laju kuda Asa.

"Ada apa?" tanya Asa memandang heran Saka.

Sekarang Asa dan Saka sudah memasuki kawasan desa yang terbilang cukup jarang penduduk yang lewat, mengingat desa ini dekat dengan Hutan Kabut. Dengar-dengar Desa ini sangat rawan, karena banyak pencuri, pencopet dan penipu.

"Kita akan mengunjungi rumah temanku dulu," ujar Saka memberitahu.

Asa mengangguk. "Baiklah."

"Oh iya, kamu harus hati-hati di desa ini. Jangan mudah percaya dengan orang lain, jika tidak ingin barang-barangmu hilang." Saka memperingatkan Asa.

The Silver AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang